“Sarah,
besok tanggal 15 Mei, kamu ada meeting dengan
klien, kan?”
Gadis
berumur 24 tahun yang sejak tadi fokus dengan laptopnya itu tiba-tiba
menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard. “Ah? Aku hampir lupa. Besok
itu tanggal 15 Mei ya? Berarti sekarang 14 Mei?”
Lawan
bicara Sarah hanya menganggukkan kepalanya. “Ada yang spesial dengan tanggal 14
Mei?”
“Enggak,
kok,” sahutnya. “Sudah, sana, aku masih sibuk.”
“Aku
kan mau ngajak kamu ke kantin. Udah jam makan siang, kamu gak laper?”
Ah,
mengingat tanggal hari ini membuat rasa lapar Sarah hilang seketika. Dia hanya
tersenyum kecil, “Lagi gak selera.”
Temannya
itu hanya meringis, “Huh, dasar! Badan udah kurus gitu, sok pake acara diet-diet
segala.”
Sarah
hanya tertawa kecil mendengar ucapan teman sekantornya itu. Kalau boleh jujur,
sebenarnya sejak tadi ia sudah kelaparan, tapi begitu mengingat tanggal hari
ini, laparnya seketika hilang dan tergantikan dengan rasa mual.
Ingatan
kejadian yang terjadi 19 tahun lalu kembali berputar di kepalanya bagai sebuah
film hitam putih. Saat itu umurnya baru lima tahun dan ia harus kehilangan
kakak yang paling dicintainya saat itu.
Andai
saja saat itu ia bisa merengek lebih keras agar kakaknya ikut dengan mereka,
tapi sayangnya kakaknya terlalu keras kepala. Kakak perempuannya itu lebih
mengutamakan kelompoknya daripada keselamatan dirinya sendiri.
***
“Sarah,
ayo bangun, ikut sama Ibu sekarang ya?”
Sarah
mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum bisa melihat wajah kakaknya dengan
jelas. “Emang Sarah sama Ibu mau pergi ke mana?”
Kakaknya
tersenyum manis sambil menggendong tubuh Sarah kemudian membawanya ke ruang
tamu. “Mau jalan-jalan ke Bali. Sarah suka Bali, kan?”
Anak
berumur lima tahun itu seketika bersorak gembira sambil memeluk sang kakak. “Yes,
Sarah mau main di Pantai Kuta.”
“Iya,
iya, nah sekarang, kamu tunggu supir Bapak sama Ibu ya di sini.”
Sarah
dengan cepat turun dari gendongan sang kakak dan duduk di sebelah ibunya. Andai
saja saat itu umur Sarah lebih besar beberapa tahun lagi, ia pasti bisa membaca
suasana tidak menyenangkan yang ada di ruangan itu. Walau begitu, Sarah masih
ingat betul pembicaraan ibu dan kakaknya saat itu.
“Sera,
kamu gak sekalian ikut ke Bali dengan Ibu?”
“Sera
bakal tetep di Jakarta, Bu. Ada yang harus Sera lakuin di sini. Entar kalau
semuanya udah beres, Sera bakal nyusul Ibu ke Bali.”
Ibu
dari Sera dan Sarah itu semakin meremas kedua tangannya. “Tapi Ibu lihat di TV,
suasana di sana enggak aman. Kamu bisa terluka kalau pergi ke sana. Memang apa
untungnya kamu ke sana sebagai aktivis?”
“Ibu,
coba lihat Sera,” ucap Sera sambil mendekati sang ibu. “Aku ini pribumi, Bu.
Mereka gak akan melukai Sera. Malah seharusnya kita kasihan dengan mereka yang
sekarang sedang menjadi pelampiasan massa. Mereka gak salah apa-apa, Bu. Kita
harus bisa membantu mereka, paling tidak membawa mereka pergi dari Jakarta.”
“Tapi,
ibu tetap khawatir.”
Kembali
Sera tersenyum, kali ini dengan memeluk ibunya. “Sera janji akan selamat.
Sekarang Sera pergi dulu ya, teman-teman Sera yang lain pasti sudah berkumpul
semua. Sebentar lagi, supir Bapak pasti datang.”
Sarah
yang sejak tadi kebingungan kemudian bersuara, “Lho? Kakak gak ikut dengan
Sarah?”
“Kakak
mau pergi nyari Kak Mei dulu, nanti kita sama-sama main di Pantai Kuta ya?”
Sarah
kembali berlonjak. “Yei, Sarah juga kangen sama Kak Mei. Sarah punya ejekan
baru buat Kak Mei.”
“Apa?”
tanya kakaknya jahil.
“Kakak-mata-sipit-pipi-bakpau,”
sahut Sarah sambil memicingkan matanya agar serupa dengan mata teman kakaknya
itu.
Sera
hanya tertawa mendengarnya, “Wah, Kak Mei pasti kesel banget dengernya.”
Diam-diam
Ibu Sarah menepuk bahu anak sulungnya itu sambil berbisik. “Semoga Mei dan
keluarganya selamat ya.”
Sarah
meremas pelan tangan ibunya. “Kemarin Mei telepon Sera, katanya toko mereka dibakar
dan sekarang mereka sedang berusaha pergi ke luar negeri. Semoga mereka gak
apa-apa, Bu.”
Itu
percakapan terakhir yang Sarah ingat. Karena berikutnya ia segera dibawa masuk
mobil sopir ayahnya dengan tergesa-gesa. Dalam perjalanan pun, Sarah terus
berada di pangkuan ibunya hingga ia tertidur dan tiba-tiba saja dia sudah berada
di sebuah hotel di Bali.
***
Sudah
hampir sebulan Sarah menetap di Bali dan anak berumur lima tahun itu beberapa
kali merengek meminta kakaknya dan ayahnya. Sang ibu berusaha mengalihkan
perhatiannya dengan acara kartun di televisi atau mengajaknya bermain petak umpet.
Andai saja saat itu, Sarah kecil tahu bahwa ibunya jauh lebih cemas dan
khawatir daripada dirinya.
Dan
hal yang paling diingat Sarah kala itu adalah saat ayahnya datang menjemput
mereka di hotel. Dia ingat bagaimana ibunya segera memeluk sang ayah. “Bapak,
gak apa-apa, kan? Ibu takut Bapak kenapa-kenapa.”
“Aku
selamat, Bu. Sarah, ayo sini, peluk Bapak.”
Sarah
dengan cepat berlari ke arah ayahnya itu. Di belakang Sarah, sang ibu bersuara
kembali. “Sera di mana, Pak?”
“Nanti
Bapak cerita, biar Sarah tidur dulu.”
Memang
benar saat itu sudah jam tidur siang Sarah, anak itu segera tertidur setelah
mendengar cerita dongeng dari ayahnya. Tapi, hari itu tidur Sarah tidak nyenyak
karena ia terbangun setelah mendengar tangisan ibunya. Diam-diam Sarah mencuri
dengar pembicaraan orang tuanya itu, walau ia tidak mengerti mereka
membicarakan apa pada saat itu.
“Dari
data, ada 85 korban, Bu. Sebagian besar perempuan. Mereka disiksa, dibunuh,
bahkan sampai ada yang diperkosa beramai-ramai sebelum akhirnya dibunuh.”
Istrinya
tetap terdiam mendengar cerita sang suami.
“Bapak
pikir Sera dan teman-temannya ada di dekat situ. Karena mereka aktivis relawan
kemanusiaan, tapi gak ada, Bu.”
“Terus
Sera kita di mana, Pak?”
“Ibu
yang sabar ya, Sera kita gak selamat, Bu. Dia juga menjadi korban.”
Ibu
Sera mengernyitkan dahinya. “Maksud Bapak apa? Dia kan pribumi, kenapa bisa
menjadi korban?”
“Ada
jenazahnya di sana, teman-teman sesama aktivisnya juga sama, Bu. Bapak
benar-benar gak habis pikir sama kelakuan para perusuh di sana.”
Mendengar
hal itu, sang Ibu hanya bisa menangis dalam pelukan suaminya. Mereka tidak tahu
kalau putri bungsunya mendengar pembicaraan mereka dan menangis dalam diam.
.
.
.
.
.
Fin
4 comments:
Ciee...critane..lanjutkan berkarya ariss, nnti aq link k blog ku ya..
Ciee makasih udah mampir wkwk
Blog mu apa emangnya?
Adiyana038.wordpress.com
Tp blm smpet update ris.hehe..
Kapan-kapan aku mampir dah ke sana ππ
Post a Comment