8 May 2017

Curang

Posted by Unknown at 02:29


Sejak tadi, gadis itu hanya termenung sambil meratapi sang surya yang mulai menghilang dari cakrawala. Cahaya merah keemasan menyinari wajahnya yang berkulit pucat. Walau begitu, dia tetap bertahan di posisinya.

"Hei, Gadis Kecil, sejak tadi aku perhatikan kau melamun terus. Sedang memikirkan apa?"

Muncul kerutan di dahi sang gadis saat melihat ada seorang laki-laki gelandangan yang menyapanya. Baju gelandangan yang compang camping dan penuh lumpur itu membuatnya sedikit risih.

Melihat si gadis yang sepertinya tidak akan menjawab pertanyaannya, laki-laki itu tersenyum kecil, "Kau sedang memikirkan hidupmu?" tebaknya.

Sang surya sudah sepenuhnya tenggelam saat si gadis akhirnya menoleh ke arah laki-laki gelandangan. "Kenapa Paman menggangguku, hah?" hardiknya. Ia kembali menatap depan, "Paman tidak tahu apa-apa tentangku. Jadi enyahlah dari sini!" tambahnya dengan nada suara yang naik satu oktaf.

Orang-orang sudah tidak ada yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Yang ada hanya si gadis kecil dan lelaki gelandangan ditemani langit yang mulai menghitam. "Tidak baik berbuat curang, Gadis Kecil."

Si gadis menggigit bibir bawahnya sambil berusaha menahan amarahnya saat mendengar kata-kata 'sok bijak' dari si gelandangan. "Aku ... aku ingin merobek selembar halaman buku, tapi ... tidak bisa. Kau dengar itu, Paman?! TIDAK BISA!"

"Jadi kau memilih untuk membakar buku itu?"

Kedua tangan sang gadis terkepal. "Itu jauh lebih mudah," bisiknya.

"Tapi, Nak, itu namanya curang. Kau berusaha memindahkan rasa sakitmu kepada orang-orang terdekatmu."

Si gadis mendecih saat ia sadar kalau yang dikatakan oleh laki-laki itu benar. "Aku tidak peduli! Yang terpenting aku tidak merasakan sakit lagi."

"Tidak baik bermain cura-"

"Iya, iya, aku tahu, aku bermain curang!" bentak si gadis sambil memotong ucapan lawan bicaranya. "Memangnya aku tidak boleh bermain curang?! Dunia ini sering berbuat curang padaku! Kau dengar itu, Paman?! Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!"

Sang gelandangan menghela napas. "Kau tidak berpikir jernih, Nak. Coba kau lihat diriku ini. Hidup juga selalu mencurangiku tapi aku mencoba untuk selalu berbuat adil. Aku mensyuku-"

"AAHHH! Cukup! Cukup! Aku tidak mau dengar lagi! Sekarang Paman pergi saja!" teriaknya sambil menutupi kedua telinganya.

Laki-laki setengah baya itu hanya bisa menghela napas. "Padahal kau itu masih muda, Nak," gumamnya kemudian pergi.

Setelah melihat sang penggangu pergi, si gadis kecil kembali menatap depan. Dengan perlahan, ia menaikkan kakinya ke pembatas jembatan kemudian berdiri di atasnya. Angin malam berhembus pelan dan menerpa wajahnya. Matanya berkaca-kaca saat melihat aliran air di bawahnya.

"Lihat ini, Tuhan! Aku tidak akan membiarkan-Mu memecatku. Aku sendirilah yang memilih untuk keluar!" teriaknya sebelum tubuhnya menghantam air.


BYUR!
.
.
.
-Fin-

0 comments:

Post a Comment

 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review