18 Jan 2018

Sinopsis Natsume Yuujinchou Chapter 90

Posted by Unknown at 19:28


Pengarang: Midorikawa Yuki
Majalah: Lala
Penerbit: Hakusensha
Bulan Terbit: September 2017





“Ini kunci ruang referensi,” ucap seorang laki-laki setengah baya sambil menyerahkan sebuah kunci pada pemuda di hadapannya. “Yah sebenarnya ruangan itu digunakan sebagai gudang sekarang.”

“Terima kasih banyak,” sahut si pemuda.

“Ngomong-ngomong, kau mengatakan kalau hal ini berhubungan dengan klub penelitian, sebenarnya apa yang sedang kau teliti?”

“Eh? Ahh ... itu ... apa Anda pernah mendengar mitos mengenai tujuh misteri dari SMA Misumi?” tanya pemuda itu.

“Hn?”

“Apa salah satu misteri itu menyebut mengenai hal ini?” tanya pemuda itu lagi.

***




Di tempat lain, terlihat Nishimura yang sedang serius menatap berbagai jenis dango di hadapannya. “Hmm ...”

Tiba-tiba saja dari arah belakangnya muncul Nyanko-sensei. “Meong ...”

Nishimura menoleh ke arah belakang. “Oh, itu kucing buntal milik Natsume,” ucapnya. “Hei, mana rasa dango yang kira-kira disukai oleh pemilikmu?” tanyanya.

Nyanko-sensei kemudian memanjat punggung Nishimura dan berdiam di pundaknya.

“Apapun yang kubawa, orang itu pasti mengatakan kalau itu enak,” ucap Nishimura memikirkan reaksi Natsume.

Di saat Nishimura masih bingung menentukan pilihannya, tiba-tiba saja ada seseorang laki-laki yang menyapanya.




“Permisi,” ucap laki-laki berkacamata itu yang sontak membuat Nishimura dan Nyanko-sensei menoleh ke belakang. “Seragam itu ... apa kau dari SMA Yowake?” tanya laki-laki itu lagi. “Kalau boleh ... bisa kita berbicara sebentar?”

***




“Maaf membuat kalian menunggu ... apa kau baik-baik saja, Kitamoto?” tanya Nishimura berteriak sambil memasuki kamar rawat Kitamoto di rumah sakit. Ia dapat melihat Natsume dan Tanuma yang sudah lebih dulu berada di sana.

“Sstt ... kau jangan berteriak seperti itu di rumah sakit, Nishimura,” ucap Kitamoto.

“Maaf, tapi coba lihat aku membawa sesuatu,” ucap Nishimura sambil menyerahkan bungkusan berisi dango kepada Kitamoto. “Ngomong-ngomong apa yang terjadi? Kau terlihat sangat tidak baik.”

Kitamoto menghela napas. “Aku hanya terpeleset di tangga,” sahutnya.

“Dia mengalami gegar otak ringan. Jadi dokter menyuruhnya untuk tinggal di rumah sakit selama satu malam agar mereka bisa memantaunya,” ucap Natsume.

Kali ini giliran Tanuma yang berbicara. “Lukanya hanya berupa goresan kecil. Jadi sepertinya kita tidak perlu terlalu khawatir.”

“Maaf membuat kalian mengkhawatirkanku, Natsume, Tanuma,” ucap Kitamoto. Ia menghela napas lagi. “Menyuruhku tinggal di rumah sakit seperti ini terlihat terlalu berlebihan. Ibuku dan keluargaku yang lain saja tidak khawatir, jadi mereka sudah pulang sekarang. Apa kalian mau diam di sini sampai sore? Jadi aku tidak akan bosan.”

“Oh! Serahkan pada kami!” sahut Nishimura berteriak.

“Suaramu terlalu keras, Nishimura,” marah Kitamoto.

Sejenak Natsume hanya memandang Kitamoto kemudian menundukkan kepalanya.

‘Ketika aku mendengar kalau Kitamoto dibawa ke rumah sakit, aku benar-benar panik. Syukurlah ternyata itu bukanlah luka yang serius.’

“Apa kau tidak apa-apa, Natsume? Kau terlihat seperti orang yang akan pingsan.”

“Ah, maaf, aku tidak apa-apa kok,” sahut Natsume.

“Haha ... terima kasih, Natsume.”

Mereka berempat kemudian mulai memakan dango yang dibawa Nishimura. Selagi teman-temannya memakan dango, Nishimura mulai bercerita. “Ah iya, tadi di jalan, aku bertemu seseorang bernama Himuro dari SMA Misumi.”

“SMA Misumi?” tanya Natsume.

“Kalian berdua baru pindah kesini, jadi kurasa kalian tidak tahu banyak mengenai hal ini,” ucap Nishimura kepada Natsume dan Tanuma. “Dulu di daerah ini ada tiga SMA yaitu Futaba, Misumi, dan sekolah kita Yowake. Ketiga sekolah itu disebut ‘San Koukou’. SMA Futaba sudah ditutup sejak lama dan sepertinya SMA Misumi juga akan ditutup dalam waktu dekat. Orang bernama Himuro itu anak kelas tiga SMA. Untuk hari kelulusannya, dia sedang meneliti sejarah tentang SMA Futaba dan Misumi,” jelas Nishimura.

“Hehh ...” tanggap Kitamoto sambil mengunyah dango.

“Lalu dia menyadari ada legenda yang sama di SMA Misumi dan Futaba,” lanjut Nishimura.

“Oh, jadi itu artinya ...,” ucapTanuma menggantung.

“Benar, San Koukou!” balas Nishimura bersemangat. “Apa jangan-jangan SMA Yowake juga memiliki legenda yang sama? Sepertinya di SMA Misumi dan Futaba, ada sebuah lukisan bernama Tenjou-san. Jadi dia penasaran apa ia juga bisa menemukan lukisan itu di SMA Yowake. Dan jika lukisan itu ada di sini, dia ingin melihatnya.”

Kitamoto melipat kedua tangannya berpikir. “Kedengarannya menarik.”

“Jadi, bagaimana kalau kita juga ikut mencari lukisan ini untuk membantu Himuro-senpai?” saran Nishimura.

“Boleh, sepertinya ini menyenangkan,” sahut Natsume.

“Ayo kita lakukan,” balas Tanuma.

“Yosha! Kita akan membentuk kumpulan pencari Tenjou-san!” teriak Nishimura bersemangat.

“Oou!” balas ketiga temannya yang lain.

Tanpa sengaja ada seorang perawat yang lewat di dekat kamar inap Kitamoto. Perawat perempuan itu menoleh ke arah mereka dengan tatapan marah. “Hei, jangan berisik.”

Nishimura menoleh pada pintu kamar inap Kitamoto yang memang sejak tadi terbuka. “Ah, maafkan aku.”

“Pembicaraan hari ini sampai di sini saja, sampai jumpa besok.”

Setelah itu, Natsume, Tanuma, dan Nishimura pun berpamitan pada Kitamoto. Mereka bertiga berjalan beriringan di koridor rumah sakit.

‘Lukisan yang ada di kedua sekolah ... ini cukup menarik,’ pikir Natsume.

“Tapi aku tidak pernah mendengar mengenai Tenjou-san sebelumnya,” ucap Tanuma.

“Aku juga,” balas Nishimura. “Aku akan menanyakan hal ini pada kakakku begitu sampai di rumah.”




Tiba-tiba saja Natsume merasakan ada seseorang yang mengawasi mereka dari jauh. Saat Natsume menoleh, ternyata di sana tidak ada siapapun.

“Ada apa, Natsume?” tanya Tanuma.

“Aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasi kita,” sahut Natsume.

“Ayakashi?”

“Tidak, sepertinya itu hanya imajinasiku.”

‘Jika aku melihat sesuatu, itu bisa saja manusia, bisa juga ayakashi atau bisa juga itu hanya imajinasiku.’

***

Saat sampai di rumah, Natsume segera menceritakan mengenai hal itu pada Nyanko-sensei.




“Yah ... jika Tanuma baik-baik saja, mungkin saja yang kau lihat adalah orang,” ucap Nyanko-sensei.

“Aku harap juga begitu,” balas Natsume. “Apa kau pernah mendengar mengenai Tenjou-san?”

“Dasar bodoh! Bagaimana mungkin ayakashi sehebat aku tahu mengenai legenda dan gosip anak sekolahan,” sahut Nyanko-sensei sambil memakan dango.

“Kurasa kau benar.”

‘Mitos mengenai lukisan tua dari dua sekolah ... aku penasaran kira-kira lukisannya seperti apa ...’

***




Sedangkan di rumah sakit saat Kitamoto membeli minuman dari mesin penjual minuman otomatis, dia merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya. Tapi saat ia menoleh, di sana tidak ada siapapun.

“Pasti itu hanya imajinasiku saja,” ucapnya.

***




Setelah Kitamoto keluar dari rumah sakit dan kembali bersekolah, siangnya keempat sahabat itu terlihat berjalan pulang bersama.

“Kakakku mengatakan kalau dia tidak pernah mendengar apapun mengenai lukisan itu,” ucap Nishimura.

“Aku juga menanyakannya pada ibuku ketika dia menjemputku tadi pagi, dia juga tidak tahu mengenai hal itu,” balas Kitamoto. “Kurasa ... lukisan itu tidak ada di sini,” putus Kitamoto setelah berpikir sejenak.

“Apa?!” pekik Nishimura. “Kita harus mencobanya terus.”

“Ngomong-ngomong, Nishimura, Tenjou-san itu sebenarnya lukisan apa?” tanya Tanuma.

“Hmm ... sebenarnya aku tidak menanyakan mengenai hal itu,” sahut Nishimura kalem.

“EHH?!”

Kitamoto memandang sahabatnya itu dengan tatapan frustasi.

“Kami hanya berbicara sebentar,” ucap Nishimura. “Tapi dia sangat serius menyelidiki hal ini. Jadi aku berpikir kita bisa membantunya sedikit,” lanjutnya dengan tatapan serius.

Natsume tersenyum melihat sikap Nishimura. “Benar-benar tipikal dirimu, Nishimura. Aku juga tertarik dengan hal ini, ayo kita mencarinya dengan serius.”

Tanuma dan Kitamoto tersenyum menyetujui.

“Apa menurut kalian itu adalah lukisan dari alumni?”

“Apa mungkin seseorang mendonasikan lukisan yang sama pada setiap sekolah?”

“Bagaimana kalau kita membagi diri kita menjadi dua grup. Satu grup bertanya berkeliling dan satu grup lagi mencari lukisannya?”

“Baiklah,” sahut Kitamoto. “Aku dan Nishimura akan menanyakannya pada guru dan juga kakak kelas.”

“Natsume dan aku yang akan mencarinya di gudang, mungkin saja kita menemukan sesuatu di sana,” ucap Tanuma.

Akhirnya mereka berempat membagi diri mereka menjadi dua kelompok.

‘Tentu saja yang sedang kami cari itu ...’

Natsume terlihat berpikir. “Bagaimana cara kita mencarinya kalau yang kita tahu hanya namanya saja?”

“Hmm ... mencari barang tua di gedung sekolah ini ...,” ucap Tanuma menggantung.

Natsume kembali berpikir.

‘Gedung sekolah yang kami gunakan saat ini adalah gedung baru. Beberapa waktu yang lalu ada banyak ayakashi yang tinggal di gedung yang lama, tapi sekarang mereka sudah pergi karena gedung itu telah dihancurkan.’

“Mereka mungkin saja memindahkan barang-barang berharga dari gedung lama. Kenapa kita tidak memeriksanya ke sana, Natsume?” tanya Tanuma.

“Boleh.”

‘Mungkin jika gedung sekolah yang lama masih ada ... kita bisa menanyakan hal ini pada ayakashi yang tinggal di sana.’

Akhirnya Natsume dan Tanuma pun berjalan ke tempat gedung sekolah mereka yang lama berada.

“Kurasa di sekitar ini,” ucap Tanuma.

“Ya, sudah dekat.”

Tiba-tiba saja dari semak-semak dekat mereka muncul Nyanko-sensei. “Kalian benar-benar menggunakan waktu kalian untuk mencarinya. Aku akan ikut juga.”

“Nyanko-sensei!” pekik Natsume kaget.

“Aku sedang tidak ada pekerjaan, jadi aku akan membantu kalian mencari lukisan berhantu ini. Sebagai imbalannya kau bisa memberikanku dango yang aku lihat di kedai teh.”

Natsume mendekati Nyanko-sensei. “Sepertinya hal ini tidak ada hubungannya dengan yokai, jadi kau tidak perlu membantu kami, Sensei.”

“APAA?!”

Tanuma kemudian menggendong Nyanko-sensei yang sedang terlihat kesal.




“Kau hanya datang sambil menangis padaku ketika kau kesulitan! Apa hadiah dango terlalu sulit untukmu?” marah Nyanko-sensei sambil memukul lengan Tanuma yang menggendongnya.

“Bukan itu yang kumaksud,” ucap Natsume. “Tenanglah, Sensei.”

Di tengah suara omelan Nyanko-sensei, Tanuma tiba-tiba melihat seorang laki-laki berdiri di dekat reruntuhan gedung sekolah yang lama.

“Huh? Ada seseorang di sana, Natsume,” ucap Tanuma.

“Eh?”

“Dia berdiri dekat reruntuhan gedung sekolah yang lama.”




“Seragam itu ... dari SMA Misumi.”

Natsume dan Tanuma kemudian mendekati laki-laki itu. “Hmm ... permisi, jangan-jangan kau Himuro-senpai dari SMA Misumi?”

Laki-laki itu menoleh. “Ya, benar,” sahutnya. Matanya kemudian melihat kucing yang berada di pelukan Tanuma. “Ah, kucing buntal itu ...,” gumamnya. “Apa kalian temannya Nishimura-kun?”

“Ya, aku Tanuma.”

“Namaku Natsume dan ini Nyanko-sensei.”

Mereka bertiga kemudian berbincang dan menjelaskan hal yang sedang mereka lakukan.

“Jadi begitu ... Nishimura-kun dan kalian sedang mencari benda itu,” ucap Himuro.

“Ya, tapi kami tidak bisa menemukan apapun yang berhubungan dengan lukisan itu.”

“Tidak apa-apa. Aku senang,” balas Himuro kemudian menundukkan wajahnya. “Jadi ternyata dia memikirkan ucapanku dengan serius.”

Natsume menatap laki-laki itu.

“Ah maaf, sebenarnya aku adalah satu-satunya anggota klub penelitian, aku sangat senang dengan pembimbing klubku, tapi dia harus pindah kerja karena masalah di rumahnya. Walaupun aku sendiri, aku tidak bisa keluar dari klub itu. Aku selalu mencari hal-hal aneh, sehingga aku tidak bisa menemukan orang yang tahan denganku. Karena itulah ... tindakan kalian benar-benar membuatku senang,” cerita Himuro panjang lebar.

Natsume dan Tanuma tertegun mendengar ucapan Himuro kemudian mereka tersenyum.

“Kalau kau ingin berterimakasih, berterimakasihlah pada Nishimura. Aku yakin dia pasti senang,” ucap Natsume.

‘Setelah mendengarkan apa yang dia katakan ... ternyata dia adalah orang yang meyakinkan.’

“Ah, sebentar lagi busku datang,” ucap Himuro. “Hari ini aku datang hanya untuk melihat tempat ini. Lain kali aku akan meminta surat izin agar bisa berkeliling di dalamnya.”

“Itu bagus. Oh iya, sebenarnya Tenjou-san itu lukisan apa?” tanya Tanuma.

“Eh?” Himuro sedikit kaget mendengar pertanyaan itu. “Ah yaa ... aku tidak pernah berpikir akan ada orang yang membantuku untuk mencarinya, tapi ... jika kau menemukan sesuatu yang mungkin saja itu Tenjou-san, akan lebih baik kalau kau tidak melihatnya.”

Jawaban serius Himuro itu membuat Natsume tertegun, “Eh?”

“Tapi jika itu benar-benar ada, itu adalah sesuatu yang harus aku temukan ... maaf, tapi aku harus pulang sekarang.” Himuro kemudian segera pergi dan tak menghiraukan panggilan Natsume. Sedangkan Natsume dan Tanuma hanya bisa berdiri dengan wajah bingung.

‘Tenjou-san.’

‘Itu harus ditemukan ... tapi mungkin kami tidak boleh melihatnya?’

***




Sedangkan Nishimura dan Kitamoto berada di ruang guru untuk mencari informasi mengenai Tenjou-san.

“Jadi apa Bapak pernah mendengar mengenai lukisan Tenjou-san?”

“Hmm ... aku tidak tahu apapun mengenai lukisan itu,” sahut sang guru. “Pasti itu sesuatu yang sudah sangat tua. Mungkin saja itu berasal dari gedung sekolah yang lama, sebuah lukisan tua ya hmm ...”

“Ah, tapi aku pernah mendengar mengenai lukisan terkutuk,” celetuk salah satu guru perempuan yang ada di sana.

Nishimura dan Kitamoto segera menoleh. “APA?! Terkutuk?!”

“Ahh ... bukannya itu lukisan Mozart yang ada di ruang musik,” ucap guru perempuan yang lain. “Jika kau melihatnya saat malam, aku dengar terkadang dagunya bergerak dan mulutnya terbuka.”

Cerita guru itu sontak membuat Nishimura dan Kitamoto ketakutan. “Apa?! Menyeramkan! Apa itu lukisan yang ada di ruang musik saat ini?”

Guru perempuan pertama terlihat berpikir. “Hmm ... apa yang itu ya? Jika hal seperti itu yang ingin kalian dengar ... dua puluh tahun yang lalu, aku dengar kepala sekolah pernah melihat Tsuchinoko di dekat kuil yang ada di bukit belakang.” (Tsuchinoko : mitos mengenai makhluk berbentuk seperti ular)

“Oh, aku juga pernah mendengar mengenai hal itu,” balas guru perempuan kedua. “Katanya wakil kepala sekolah saat itu juga melihatnya ... hal itu benar-benar membuat gempar.”

Karena tidak berhasil mendapatkan informasi mengenai Tenjou-san, akhirnya dua orang sahabat itu keluar dari ruangan guru. Mereka kemudian berjalan di koridor sekolah.

“Tsuchinoko,” gumam Nishimura masih merasa takut.

“Lupakan mengenai Tsuchinoko ... lupakan itu sekarang,” balas Kitamoto. “Aku ingin tahu apa Natsume dan Tanuma menemukan sesuatu.”

***

“Tanuma, bagaimana menurutmu mengenai cerita dari Himuro-senpai?” tanya Natsume.

“Hmm ... jika deskripsinya seperti itu, Tenjou-san sepertinya bukan sesuatu yang baik,” sahut Tanuma.

‘Jika itu adalah sesuatu yang berbahaya ... apakah akan baik-baik saja jika kami mencarinya seperti ini?’




“Tidak mungkin kan jika Himuro-senpai itu ayakashi?” tanya Natsume tiba-tiba.

“Eh?”

“Ah, maaf ... sepertinya aku memikirkannya terlalu berlebihan.”

“Ada banyak hal di duniamu yang tidak jelas, kan? Terkadang ...  aku ingin sekali bisa melihat dunia yang sama denganmu, tapi karena apa yang kita lihat berbeda ... ada beberapa hal yang mungkin bisa aku pastikan padamu. Hmm ... aku tidak terlalu pintar menjelaskannya,” ucap Tanuma seakan menjelaskan pada Natsume kalau Himuro itu manusia karena Tanuma bisa melihatnya dengan jelas.

Natsume menatap Tanuma. “Terima kasih, Tanuma.”

***




Sedangkan Nishimura dan Kitamoto kembali mencari informasi dengan bertanya pada guru yang lain.

“Tidak, aku tidak pernah mendengarnya,” sahut guru perempuan yang mereka temui di koridor sekolah.

“Ahh ... ternyata ibu juga tidak tahu. Apa ibu tahu siapa kira-kira yang memiliki informasi mengenai hal ini?” tanya Nishimura.

“Kalau itu ...”

Tiba-tiba saja terdengar suara berisik dari langit-langit di atas mereka sehingga membuat mereka bertiga melihat ke atas.

“Hmm ... suara apa itu?”

Sang guru mendesah. “Oh, jangan lagi. Sepertinya itu tikus ... akhir-akhir ini sering terdengar suara aneh.”

“Hehh ...”

***

Pada akhirnya, empat orang laki-laki itu kembali berkumpul bersama untuk melaporkan apa yang sudah mereka dapatkan mengenai Tenjou-san.

“Kami sudah mencari di sekeliling gudang tapi tidak berhasil menemukan sesuatu yang kelihatannya seperti Tenjou-san.”

“Kami juga tidak berhasil mendapatkan petunjuk apapun.”




“Tapi sepertinya ada Tsuchinoko di sekitar sekolah,” ucap Nishimura yang membuat Natsume dan Takuma kaget sekaligus membuat mata Nyanko-sensei berbinar. “Selain itu kami tidak mendapatkan apapun.”

“Kebanyakan barang-barang lama dibuang atau didonasikan,” ucap Kitamoto. “Aku rasa ... bahkan jika barang itu ada di sini dulu ... pasti sekarang sudah–”

Ucapan Kitamoto tiba-tiba saja terputus karena ia merasa sedang diperhatikan. Ia kemudian menoleh ke belakang dan melihat seseorang yang mencurigakan. Tanpa menghiraukan teman-temannya, Kitamoto berlari mengejar orang itu.

“Ah ... hei, Kitamoto?” panggil Tanuma. Langsung saja, ketiga temannya itu mengikuti arah lari Kitamoto.




Kitamoto kemudian masuk ke dalam semak-semak untuk bersembunyi dan menyuruh teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. “Sstt ...,” ucapnya agar teman-temannya itu tidak berisik.

“Ada apa ini?” tanya Nishimura berbisik.

Mereka berempat kemudian bersembunyi di dalam semak-semak. “Mungkin ini hanya imajinasiku saja, tapi ...,” ucap Kitamoto mulai bercerita. “Saat di rumah sakit, beberapa kali aku merasakan kalau aku sedang diawasi.”

“Eh?”

“Saat itu ketika aku melihat sekeliling, aku pasti selalu melihat bapak-bapak yang sama,” lanjut Kitamoto. “Aku baru saja melihat orang itu di sana.”

“Apa? Apa orang itu menguntitmu?” tanya Nishimura.

“Sepertinya tidak sampai seperti itu, tapi bukankah orang itu membuat perasaanmu tidak enak?” balas Kitamoto.

“Aku ingin tahu siapa orang itu,” ungkap Natsume dengan Nyanko-sensei yang berada di pelukannya.

Tiba-tiba saja Tanuma menoleh dan melihat punggung seseorang.




“Ah! Apa orang itu yang kau katakan?” bisik Tanuma. “Lihat, dia pergi sekarang.”

“Eh?”

“A-apa yang harus kita lakukan?”

“Apa menurutmu kita harus berbicara dengannya? Dia mungkin saja punya urusan dengan Kitamoto.”

“Aku tidak akan mau memanggilnya. Aku juga tidak mau bertanya kenapa dia mengikutiku,” sahut Kitamoto.

“Lalu mungkin kita harus mengikutinya sebentar?”

Dan pada akhirnya mereka berempat diam-diam mulai mengikuti orang misterius itu.

“Hei, bukannya kita terlihat lebih menyeramkan daripada orang itu?” bisik Nishimura.

“Ah ... ummm ...,”

“Dia masuk ke rumah itu.”




Natsume sejenak tertegun melihat rumah itu.

“Wah ... benar-benar rumah yang besar.”

“Kurasa itu hanya imajinasiku saja,” putus Kitamoto. “Tidak mungkin aku punya kenalan yang tinggal di rumah besar ini.”

“Kita pergi sekarang?” ajak Tanuma.

Tiba-tiba saja pintu di hadapan mereka terbuka dan menampakkan wajah orang yang mereka ikuti tadi. “Oh halo kalian yang di sana,” sapa orang itu.




“Kalian anak sekolahan yang mengobrol dengan riang di rumah sakit itu, kan?” tanyanya.

Pertanyaan itu sontak membuat mereka berempat kaget.

“Ini pasti takdir atau semacamnya. Kenapa kalian tidak masuk sebentar untuk minum teh?” tawar orang itu.

Nishimura cepat mengatasi situasi tidak mengenakan ini. “Terima kasih, tapi kami harus pergi les sekarang ... selamat tinggal,” ucapnya sambil mendorong Natsume dan Tanuma pergi.

Kitamoto tertawa meringis di sebelahnya. “Permisi,” ucapnya.

Mereka berempat kemudian pergi dari rumah itu dengan berlari.




Sedangkan orang misterius itu masih terus mengawasi kepergian empat orang anak SMA itu. “Oya ... oya ...,” ucapnya.

***

Yak, chapter ini berisi petualangan Natsume dkk dan ceritanya berlanjut di chapter selanjutnya.
Oiya, terima kasih banyak untuk EimiJ7 atas translasi Bahasa Inggrisnya ^^


0 comments:

Post a Comment

 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review