Namaku Riska, anak kedua dalam
keluargaku. Umurku dan kakakku hanya berbeda lima menit. Ya, tepat, kami
kembar. Tapi tidak identik.
Walau kami tidak identik,
terkadang aku bisa merasakan apa yang dirasakan kembaranku. Tapi, aku tidak
tahu apa ia merasakan apa yang aku rasakan.
Sejak kecil, kami tidak memiliki
sifat yang sama. Bahkan saat semakin dewasa, sifat kami semakin tidak sama.
Walau begitu, aku sangat menyayangi suadaraku itu.
Dia menyukai masakan pedas,
aku tidak. Aku suka kopi, dia lebih menyukai teh. Aku suka membaca, dia lebih
suka melukis. Aku benci menghitung sedangkan bagi saudaraku, berhitung adalah
hidupnya. Tidak ada satu pun di dunia ini yang sama-sama kami sukai.
Tapi, tiba-tiba aku menyadari
sesuatu saat kami berumur 17 tahun. Ada satu hal di dunia ini yang sama-sama
kami sukai. Aku dan saudaraku sama-sama menyukai ketua OSIS kami di sekolah.
Aku sangat terpukul saat saudaraku mengakui bahwa ia juga menyukai laki-laki
berkacamata itu. Tapi, masalah ini aku simpan sendiri. Aku tidak memberitahu
siapapun termasuk orang tua kami.
Padahal selama ini aku sangat
menyayangi saudara kembarku itu. Aku selalu berusaha mencari hal yang sama-sama
kami sukai. Tapi, saat aku menemukannya, hal itu malah membuat aku membencinya.
Dan aku tidak bisa melakukan apa pun.
Seteleh menerima pengakuannya
kalau ia juga menyukai ketua OSIS kami, aku hanya bisa terdiam di atas tempat
tidurku sambil memandang fotoku dan kembaranku yang sedang berpelukan saat kami
lulus SMP. Aku tersenyum menatap kamera dengan rambut panjangku yang tergerai
dan saudara kembarku terlihat sangat tampan.
Ah, aku lupa mengatakan kalau
aku dan saudara kembarku adalah sepasang kembar pengantin.
.
.
.
.
.
Fin
0 comments:
Post a Comment