19 Jan 2018

Sinopsis Natsume Yuujinchou Chapter 91

Posted by Unknown at 23:31


Pengarang: Midorikawa Yuki
Majalah: Lala
Penerbit: Hakusensha
Bulan Terbit: Oktober 2017




“Tenjou-san ... Tenjou-san ...,” gumam Ninomiya-sensei sambil berjalan di koridor sekolah dengan salah satu rekan gurunya.

“Ara ... Anda masih memikirkan hal itu?” tanya rekannya itu.

“Yaa ... aku mengingat sesuatu tentang itu,” sahut Ninomiya-sensei kemudian berpikir. “Ah, benar ... dulu sekali aku pernah mendengar rumor dari salah satu murid.”

“Eh?”

Seakan sudah mengingatnya Ninomiya-sensei kembali berbicara dengan yakin. “Ya benar ... rumor mengenai lukisan Tenjou-san ... lukisannya ada tiga. Kalau tidak salah, lukisan itu terkutuk.”

BRAK!

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari langit-langit di atas mereka.

“Ya ampun, tikus? Kita harus menyuruh seseorang untuk mencarinya.”

“Iya juga ya ...”

***




Natsume dan kawan-kawannya akhirnya berhenti berlari setelah mereka berada jauh dari rumah laki-laki misterius yang tadi mereka ikuti.

“Itu benar-benar mengejutkanku,” desah Nishimura.

“Seharusnya kita tidak mengikutinya seperti tadi,” sesal Kitamoto.

“Kau benar.”

Sedangkat Natsume terlihat sedang berpikir.

‘Tapi ... apa itu hanya imajinasiku? Orang itu ... sepertinya ingin mengatakan sesuatu pada kita.’

Tanuma mendekati Natsume dan berbisik. “Natsume, apa kau melihat sesuatu?”

“Tidak,” sahut Natsume. “Semuanya bisa melihat orang itu, kan?”

“Yaa ...”

‘Jika ada hal berbeda yang orang lain lihat denganku, paling tidak mungkin aku akan mengerti sesuatu.’

***




Saat sampai di rumah, Natsume segera menceritakan kejadian hari ini pada Nyanko-sensei.

‘Apa lukisan Tenjou-san itu benar-benar lukisan biasa? Atau lukisan itu berhubungan dengan ayakashi yang berbahaya? Apa ini sesuatu yang harus aku jauhkan dari Nishimura dan yang lain?’

“Sensei, bagaimana menurutmu?” tanya Natsume.

“Bahkan ayakashi sehebat aku tidak pernah mendengar nama lukisan itu,” sahut Nyanko-sensei.

‘Namanya  ... kalau dipikir-pikir ...’

***




Saat jam makan siang keesokan harinya, Natsume kemudian mengatakan pendapatnya mengenai lukisan itu.

“Tenjou-san ... apa Tenjou yang dimaksud itu di atas langit dengan Ten dari kanji surga dan Jou dari kanji atas? Atau mungkin maksudnya di atas langit-langit (tenjouura)?” tanya Natsume.

Ketiga temannya yang sedang makan siang menoleh padanya.

“Oh ... sepertinya yang lebih masuk akal itu ‘di atas langit-langit’ kan?”

“Aku juga berpikir seperti itu, tapi ... aku penasaran kenapa lukisan itu disebut Tenjou-san?” balas Natsume.

“Hmm ... bisa saja itu berhubungan dengan apa yang dilukis kan ... atau mungkin tempat dimana lukisan itu diletakkan?” ucap Tanuma

Nishimura sontak melihat langit-langit kelasnya.

BRAK!

Tiba-tiba saja terdengar suara berisik dari langit-langit yang membuat keempat orang itu kaget.

“Mengejutkanku saja! Aku dengar ada tikus di sana. Tapi ... entah kenapa rasanya agak menyeramkan,” ucap Nishimura.

Kitamoto kemudian kembali membahas mengenai lukisan Tenjou-san itu. “Atau jangan-jangan itu malah berhubungan dengan nama pembuatnya?”

“Dan kenapa lukisan itu ada tiga?” tanya Nishimura ikut berpikir. “Aku ingin tahu di mana letak lukisan yang ada di SMA Futaba dan Misumi.”

Mereka berempat sejenak terdiam sambil berpikir.

“Aku ingin tahu apa ada cara untuk pergi ke langit-langit sekolah ...”

“Oi!”

“Mungkin kita harus bertanya pada Himuro-senpai untuk lebih jelasnya.”

“Atau paling tidak tanyakan berapa jumlah lukisan itu.”

***




Beberapa saat kemudian, Natsume sedang berjalan bersama dengan Tanuma, juga dengan Nyanko-sensei yang berada di pelukan Tanuma. Natsume terlihat sedang berpikir dengan sangat keras sehingga membuat Tanuma tertawa melihatnya.


“Ada apa, Tanuma?” tanya Natsume karena temannya itu tiba-tiba saja tertawa.

“Ah, maaf. Ekspresimu barusan sangat aneh,” sahut Tanuma kalem.

“Biasanya jika aku mendengarkan cerita ayakashi, aku akan menyadari sesuatu ... tapi kali ini ...,” ucap Natsume khawatir. “Memang menyenangkan menyelidikinya bersama-sama seperti ini ... tapi apa benar tidak apa-apa kita bersenang-senang seperti ini? Aku sangat berharap ini bukan sesuatu yang berbahaya dan semoga ini tidak berhubungan dengan ayakashi.”

Tanuma tertegun mendengar perkataan Natsume. “Aku harap begitu.”

“Sama seperti saat kita mendengarkan cerita Himuro-senpai ...,” ucap Natsume menggantung.

“Aku yakin jika mereka berdua ... mereka pasti mendengarkan apa yang kau katakan,” balas Tanuma seakan mengatakan kalau Natsume bisa menceritakan mengenai rahasianya pada Nishimura dan Kitamoto. “Mungkin sekarang ... kau masih ... mungkin sekarang kau masih belum bisa mengatakan hal ini kepada kami ya ...”

Sejenak Tanuma terdiam kemudian menggumam, “Jika aku mengkhawatirkan sesuatu, aku pasti akan langsung mengatakannya ...”

“Eh? Apa?” tanya Natsume.

“Tidak, bukan apa-apa,” sahut Tanuma.

***

Sama seperti kemarin, mereka berempat kembali berkumpul di kedai teh.

“Aku ingin tahu kapan waktu yang tepat untuk bertemu dengan Senpai.”




“Jam pulang SMA Misumi itu kira-kira jam berapa?”

Mereka berempat terlihat sedang memakan dango sambil membahas lukisan Tenjou-san.

“Di sinilah pertama kalinya aku bertemu dengan Himuro-senpai. Aku ingin tahu apa ia akan datang lagi ke sini,” ucap Nishimura.

Kitamoto yang sedang memakan dangonya tiba-tiba melihat laki-laki misterius yang kemarin mereka ikuti. “Ah ...”

“Eh?” Natsume juga melihat ke arah laki-laki itu.

Dan tiba-tiba saja laki-laki itu membalik badannya sehingga mereka bisa bertatap muka langsung. Kitamoto meringis mengingat kejadian kemarin, “Ah, selamat siang, yang kemarin itu ...”

“Oya? Kita sering bertemu ya?” ucap lelaki itu. “Kalian yang membicarakan mengenai Tenjou-san di rumah sakit kan?”

Sontak saja ucapan laki-laki itu membuat mereka berempat kaget bukan main.

“Dango di sini benar-benar enak,” ucap laki-laki lagi. “Senang bertemu dengan kalian, Anak-anak, sampai jumpa,” lanjutnya kemudian berbalik pergi.

“TU-TUNGGU SEBENTAR!” teriak keempat anak SMA itu bersamaan.




“Maaf membuat kalian kaget sebelumnya,” ucap laki-laki itu setelah mereka berhasil mencegah laki-laki itu pergi. “Mendengar nama Tenjou-san membuatku mengingat kenangan lama ... ingatan mengenai hal tersebut sedikit kabur dan aku telah melupakannya.”

“Apa kalian ingin mendengarnya?” tanya laki-laki itu. “Cerita ini saat aku masih SMA ... tiga sekolah memiliki lukisan yang sama bernama Tenjou-san. Aku juga dulu bersekolah di SMA Yowake. Saat itu, kami benar-benar tertarik dengan lukisan itu. Aku dan teman-temanku membentuk tim untuk mencarinya,” cerita laki-laki itu.

“Lalu apa kau menemukannya?” tanya Kitamoto.

“Ya, lukisan itu ada di tangga untuk tamu yang jarang digunakan,” sahut laki-laki itu.

“Di gedung sekolah yang lama? Hebat! Ternyata benar-benar ada di sana ya ...,” tanggap Kitamoto.

Natsume kemudian bertanya, “Apa kau dengar ke mana lukisan itu dibawa?”

“Di mana ya ...,” sahut laki-laki itu berpikir. “Sepertinya lukisan itu disimpan di kuil terdekat.”

“Kuil?” ulang Tanuma.

“Sebenarnya itu lukisan apa?” tanya Nishimura bersemangat.

Laki-laki itu berpikir. “Hmm ... itu ... oh aneh, aku tidak bisa mengingatnya.”

Jawaban laki-laki itu membuat Natsume dan Tanuma tertegun.




“Saat itu kami membagi diri menjadi beberapa kelompok dan berhasil menemukannya,” lanjut laki-laki itu bercerita. “Aku yakin kami seharusnya telah melihatnya tapi sinar matahari dari belakang membuat kami tidak bisa melihatnya dengan jelas ... ahh ... saat itu benar-benar menyenangkan.”

Natsume tersenyum kecil melihat laki-laki di depannya yang sedang mengenang masa-masa itu.

Laki-laki itu kemudian menoleh kepada mereka. “Maaf, aku tidak banyak membantu. Sampai jumpa,” ucap laki-laki itu mengakhiri ceritanya.

“Tidak, hanya mengetahui bahwa lukisan itu ada di sana saja sudah sangat membantu. Terima kasih banyak,” ucap Nishimura kegirangan. “Ayo cepat pergi dan kita beritahu Himuro-senpai.”

“Lukisan itu agak misterius ya? Setelah berhasil menemukannya, dia tidak bisa mengingatnya,” komentar Kitamoto saat laki-laki itu berjalan pergi.

“Setelah kupikirkan lagi,” ucap laki-laki itu pelan yang hanya didengarkan oleh Natsume dan Tanuma. “Aku dengar gambar yang ada di lukisan itu adalah gambar tubuh, di SMA Misumi gambar kaki, dan di SMA Futaba adalah gambar kepala.”

“Eh?” kaget Natsume.

Laki-laki yang sudah berjalan cukup jauh itu kemudian menoleh ke arah Natsume. “Ah maaf, itu hanya rumor lama yang samar-samar kuingat. Gambar itu mungkin saja sekarang sudah tidak ada. Selamat tinggal,” ucap laki-laki itu yang membuat Natsume dan Tanuma bingung.

“Hei,” panggil Nishimura tiba-tiba sehingga membuat Natsume dan Tanuma menoleh ke arah dua temannya. “Kuil tua ... apa kau tahu sesuatu mengenai hal itu, Tanuma?”

“Eh? Hmm ... nanti aku bisa menanyakannya pada ayahku,” sahut Tanuma.

“Pendeta di kuil Juuto adalah kenalan kakekku atau begitulah yang kudengar,” ucap Kitamoto.

“Ah!” pekik Nishimura tiba-tiba memotong percakapan mereka. “Sudah waktunya aku berangkat les. Ohh! Aku harus pergi, sampai jumpa.”

Kemudian yang sekarang tersisa hanyalah Natsume, Tanuma, dan Nyanko-sensei.

“Tanuma, apa kau juga mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu?” tanya Natsume.

“Aa ...”

“Tubuh, kaki, dan kepala. Keliatannya itu telah dipotong-potong,” celetuk Nyanko-sensei.

“Dipotong-potong?!” pekik Natsume dan Tanuma bersamaan.

“Apa maksudnya itu?” tanya Natsume. “Kau sedang membicarakan mengenai Tenjou-san, kan?”

“Ya, dan sepertinya itu bukan sesuatu yang bagus,” sahut Nyanko-sensei.

“Aku rasa itu tidak ada di tempatku,” ucap Tanuma. “Tapi ayo coba kita periksa. Apa kau bisa datang besok untuk membantuku mencarinya, Natsume? Sebelum memperlihatkannya pada Nishimura dan Kitamoto, Sensei harus melihatnya terlebih dulu.”

Natsume menoleh ke arah Tanuma. “Aa ... tentu.”

‘Apa itu sesuatu yang boleh kami cari? Atau sebaiknya tidak dicari ... ketika semua potongan Tenjou-san ditemukan ...’

***




Sesuai janjinya, keesokannya Natsume berkunjung ke rumah Tanuma dalam keadaan kantung mata yang hitam.

“Pagi,” sapa Natsume.

“Pagi ... kau tidak bisa tidur juga ya?” balas Tanuma

“Aa ...”

“Aku bisa tidur sangat nyenyakkk ...” ucap Nyanko-sensei di tengah-tengah dua pemuda yang kurang tidur itu.

“Aku mendapatkan daftar barang yang ada di kuil tua itu dari ayahku,” ucap Tanuma sambil membuka buku yang ada di tangannya. “Ketika aku mencarinya di sini, aku berhasil menemukannya,” lanjut Tanuma sambil memperlihatkan halaman buku yang mencatat nama lukisan itu.

Lukisan, Tenjou-san (tubuh).

“Di mana itu?!” tanya Natsume.

“Ada di gudang kuil tua yang ada di sebelah barat,” sahut Tanuma. “Jika kita membersihkannya, mungkin kita bisa menemukannya di sana.”

“Ayo pergi.”




Natsume dan Tanuma kemudian memulai pencarian mereka di gudang yang ada di sebuah kuil tua.

“Ah, ini dia.”




Natsume dan Tanuma membiarkan Nyanko-sensei untuk melihat kotak itu tanpa membuka ikatannya.

“Bagaimana, Sensei?” tanya Natsume

Nyanko-sensei hanya memandangi kotak itu dengan serius.

“Sepertinya lukisannya digulung, haruskah kita membuka kotaknya?” tanya Tanuma.

“Jangan,” sahut Natsume. Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan Himuro. “Jika kau menemukannya, sebaiknya kau tidak melihatnya,” ucap Himuro dulu.

“Himuro-senpai sepertinya tahu mengenai lukisan ini, lebih baik kita membicarakan hal ini padanya terlebih dulu,” lanjut Natsume.

“Yaa ...” balas Tanuma.

Tok! Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah luar yang membuat Natsume dan Tanuma menoleh ke arah pintu. Mereka dapat melihat ada tangan yang mengetuk kaca di pintu tersebut dan secara mendadak muncul kepala Himuro.

“Uwaahhh!” kaget Natsume dan Tanuma. “Himuro-senpai?!”

Himuro kemudian masuk ke dalam gudang itu. “Maaf, membuat kalian kaget,” ucapnya. “Aku tidak sengaja bertemu Nishimura di depan kedai teh. Aku sudah mendengar situasinya, jadi aku datang kesini. Aku dengar dari pendeta kalau kalian ada di sini.”

Natsume tidak menanggapinya, ia malah berbisik pada Tanuma yang sedang menggendong Nyanko-sensei. “Tanuma, apa dia benar-benar Himuro-senpai?”

“E-eh?” balas Tanuma dengan berbisik juga.

“Jangan khawatir, dia berbau seperti manusia,” sahut Nyanko-sensei berbisik.

Natsume kemudian mengambil kotak berisi lukisan Tenjou-san itu dan menyerahkannya pada Himuro. “Himuro-senpai hmm ... sepertinya ini lukisan Tenjou-san itu.”

“Kalian menemukannya?! Apa kalian melihat isinya?”

Natsume dan Tanuma segera menggelengkan kepalanya.

“Begitu ... baiklah kupikir tidak apa-apa,” ucap Himuro. Laki-laki itu kemudian duduk di bawah sambil membuka kotak di tangannya. Sekarang yang ada di tangannya adalah sebuah gulungan lukisan. “Untuk berjaga-jaga, kalian berdua berdirilah di belakangku dan tutup mata kalian.”

“Ba-baik,” sahut Natsume. Natsume dan Tanuma kemudian menutup mata mereka sedangkan Himuro mulai membuka gulungan lukisan yang ada di tangannya. Saat Himuro sedang membuka lukisan itu, Natsume samar-samar dapat mendengar suara seseorang dari luar.

“Oiii ... oiii ... Tanuma? Natsume?” ucap suara dari luar itu.

“Himuro-senpai datang ...”

“Kami membawa dango, ayo kita cari lukisan itu bersama-sama ...”

Dan pintu gudang itu pun terbuka lebar menampakkan Nishimura dan Kitamoto. Natsume membuka matanya sedikit dan segera berbalik menghadang kedua temannya itu.




“Kalian berdua, tutup mata kalian!!” teriak Natsume kepada dua temannya itu.

Nishimura dan Kitamoto yang kaget segera menutup matanya tanpa banyak bertanya.




Sedangkan Himuro sudah selesai membuka gulungan lukisan di tangannya. “Sudah tidak apa-apa,” ucapnya. “Tidak apa-apa, kalian bisa melihatnya. Inilah lukisan yang bernama Tenjou-san.”

Natsume dan yang lainnya kemudian membuka matanya dan menghadap kepada Himuro. “Eh? Kosong?” ucap mereka saat melihat bahwa kertas yang dipegang Himuro tidak berisi gambar apapun.

“Aa ...” sahut Himuro. “Lukisannya berubah kosong.”

‘Himuro-senpai kemudian menceritakan pada kami bagaimana cerita sebenarnya mengenai Tenjou-san.’

“Tenjou-san diciptakan sudah sangat lama ketika seorang pendeta pengelana menyegel sesuatu. Yang disegel adalah youkai jahat, karena itu aku khawatir jika kalian melihatnya. Youkai itu dibagai menjadi tiga bagian yaitu kepala, tubuh, dan kaki. Karena saking kuatnya, lukisan itu tidak bisa dirobek ataupun dibakar,” cerita Himuro.

“Masing-masing bagian diletakkan di kuil berbeda yang letaknya berjauhan untuk mencegahnya kembali bersatu. Tiga lukisan itu memiliki hawa yang buruk sehingga terus dioper-oper. Entah bagaimana caranya, tanpa ada yang menyadarinya lukisan itu berakhir di masing-masing sekolah,” lanjut Himuro.

“Eh?”

“Itu merupakan salah satu metode lama untuk mengusir setan yaitu dengan cara membagi tubuh mereka. Ketika lukisan itu terkena energi dari anak-anak muda dalam jangka waktu yang lama, youkai itu tetap tersegel di dalam kertas dan secara perlahan mulai termurnikan, begitulah menurutku.”

Himuro menjeda ucapannya sejenak. “Di hari saat pembimbing klubku dipindahkan, dia berkata seperti ini ‘Di sekolah kita ada lukisan putih bersih bernama Tenjou-san. Ada dua lukisan lagi di tempat lain. Aku ingin tahu apa yang tejadi dengan keduanya. Aku ingin mencarinya tapi itu tidak mungkin karena aku akan meninggalkan tempat ini. Akan bagus jika kau bisa menemukannya, Himuro.’”

Himuro tersenyum mengenang ucapan pembimbing klubnya itu.

“Sama seperti SMA Futaba, sebentar lagi SMA Misumi akan ditutup,” lanjut Himuro. “Aku tahu kalau legenda mengenai Tenjou-san hanya takhayul tua, tapi aku ingin mencarinya dan memastikan kalau permuniannya sudah selesai. Jika itu belum selesai, maka akan terjadi bencana ... jadi aku khawatir. Aku tidak peduli jika aku ditertawakan ... aku hanya ingin mencari sisa lukisannya.”

Himuro kemudian tersenyum ke arah Natsume. “Aku tidak berhasil melihat SMA Futaba karena sekolah itu telah ditutup sejak lama. Aku mendengar Tenjou-san dari nenekku yang lulusan sekolah ini. Karena itu aku yakin pasti ada satu Tenjou-san di Yowake juga.”

“Syukurlah,” desah Himuro sambil mengelus lembar lukisan di tangannya. “Semuanya sudah selesai.”

Natsume juga ikut tersenyum. “Syukurlah.”

‘Tenjou-san ... itu hanya sebuah kertas putih ... apa yang kulihat ... apa yang semuanya lihat ... hanyalah selembar kertas tua berharga yang sedikit mengerikan.’




“Maaf, karena aku menyeret kalian pada sesuatu yang aneh,” ucap Himuro begitu mereka keluar dari gudang tersebut.

“Tidak apa-apa, ini menyenangkan.”

“Jadi begitu ... dulu itu mungkin saja ada youkai ya ...”

“Kalau dipikir-pikir, kenapa itu disebut Tenjou-san?” tanya Kitamoto.

“Benar juga ... ketika aku mendengar suara dari langit-langit, itu sedikit mengerikan,” tambah Nishimura.

“Sesuai namanya, itu adalah youkai yang tinggal di langit-langit,” sahut Himuro. “Karena itu menurut legenda, bahkan sampai sekarang masih ada pengikutnya di daerah sini. Mereka masih mencari Tenjou-san di langit-langit.”

“Eh?” pekik Nishimura. “Jadi suara itu ...”

“Itu hanya tikus atau kelelawar,” sahut Kitamoto santai.

Himuro kemudian berjongkok sambil mengusap-ngusap dagu Nyanko-sensei. “Yah ... cerita ini mungkin berasal dari orang-orang yang takut dengan suara dari hewan-hewan kecil yang suka berkeliaran.”

Tanuma sekilas melirik ke arah Natsume sedangkan Natsume hanya tersenyum. “Ya, mungkin saja begitu,” ucapnya.

“Terima kasih banyak,” ucap Himuro kemudian. “Jika kalian memiliki masalah yang tidak bisa kalian tangani, beritahu aku, aku akan membantu kalian.”

“Tentu.”

Himuro kemudian berpamitan pada keempat anak kelas dua SMA itu.

“Ah, Senpai,” panggil Nishimura tiba-tiba. “Bagaimana cara menangkap Tsuchinoko? Aku dengar ada satu di dekat sekolah.”

Himuro segera membalik badannya kembali. “Tolong ceritakan padaku mengenai hal itu.”

“Nishimura!” bentak Kitamoto.

“Ah, tidak, tidak, Senpai. Itu hanya rumor kok,” ucap Nishimura meringis.

‘Begitulah, pencarian mengenai Tenjou-san berakhir aman. Aku penasaran apakah itu benar-benar berhubungan dengan ayakashi. Walaupun aku bisa melihat ayakashi, tapi aku tidak melihat mereka satupun pada kejadian kali ini.’

***




“Ketika paman itu melihat lukisannya, sepertinya saat itu gambarnya sudah menghilang, karena itulah ingatannya tidak jelas. Aku ingin tahu apa Tenjou-san benar-benar ada di sana,” ucap Natsume saat ia sudah di rumah bersama dengan Nyanko-sensei.

‘Walaupun gambarnya telah menghilang ... tapi kita mendapatkan kenangan yang menyenangkan.’

“Entahlah,” sahut Nyanko-sensei.

“Jika itu benar ... menyeramkan sekali jika benda berbahaya seperti itu dipajang. Aku ingin tahu ... di tempat ramai seperti festival apakah mungkin benda-benda jahat bisa dimurnikan dengan cara yang sama?”

“Tidak mungkin akan menghilang sepenuhnya,” sahut Nyanko-sensei. “Tapi jika ada yang memberikan ketenangan, mungkin saja itu bisa dimurnikan,” lanjut Nyanko-sensei sambil menikmati elusan Natsume pada kepalanya.

“Itu benda yang aneh.”

‘... sama seperti manusia dan ayakashi ...’

***

Akhirnya selesaiii jugaa, badan pegel-pegel wkwk xD Seneng banget lihat Natsume sama temen-temennya kayak gini ^^ btw, karakter Himuro ini sedikit menjanjikan, semoga aja dia bakal muncul lagi di chapter-chapter mendatang, abis dia suka sama hal-hal berbau mistis gitu hehe...
Oiya, terima kasih banyak buat nakain atas translasi Bahasa Inggrisnya ^^

0 comments:

Post a Comment

 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review