21 Nov 2017

While You Were Sleeping (Review)

Posted by Unknown at 15:10 0 comments


Judul: While You Were Sleeping
Jumlah: 32 Episode
Durasi: 35 Menit per Episode
Pengarang: Park Hye Ryun

Sinopsis:


Seorang perempuan bernama Nam Hong Joo (Bae Suzy) dapat melihat kejadian di masa depan melalui mimpinya. Seorang jaksa, Jung Jae Chan (Lee Jong Suk) berjuang untuk menghentikan mimpi-mimpi buruk itu agar tidak menjadi kenyataan.


Berhubung saya adalah penggemar beratnya Lee Jong Suk, jadi sudah pasti alasan utama saya menonton drama ini karena ada dia wkwk. Saya udah gak peduli lagi sama acting Suzy yang tidak terlalu bagus di drama dia sebelumnya, yang terpenting di drama ini ada Lee Jong Suk dan itu sudah cukup (jangan ditiru ya). Jadi, walau masih sedikit tidak rela karena Lee Jong Suk harus beradu acting dengan Suzy, saya tetep nekad nonton mereka. Oh, saya bukannya gak suka sama Suzy, cuma gak suka sama actingnya aja, jadi agak kasihan sama Jong Suk yang harus pasangan sama dia.

Ehhh ... tapi setelah menonton episode awalnya, rasa was-was saya langsung hilang. Terima kasih banyak buat acting Jong Suk yang selalu menawan dan mampu membangun chemistry kuat di antara dia dan Suzy. Berkat Jong Suk, acting Suzy yang dulu tidak terlalu bagus, sekarang sudah menjadi lebih baik. Tapi, memang masih ada beberapa adegan yang memperlihatkan acting Suzy yang terasa agak kaku, terutama di bagian saat ia kaget, kagetnya kurang menjiwai. Well, secara kesulurahan, acting Suzy di drama ini sudah bagus kok. Kalau soal acting tokoh yang lain sih gak usah dibilang lagi, semuanya bagus banget, cocok kalo dikasi dua jempol, terutama Jong Suk.

Untuk jalan ceritanya sendiri, drama ini mengusung genre misteri yang diperkuat dengan fantasi dan sedikit humor. Waktu awal baca sinopsisnya, memang terasa agak aneh, tapi disitulah letak istimewanya. Oh iya, sinopsis yang saya taruh di atas itu sinopsis versi pendeknya, soalnya kalo naruh sinopsis yang panjang jadi berasa spoiler hehe ... Dan yaa, karena sinopsis versi pendek itu yang membuat saya merasa tertipu di episode awal. Jadi, buat kalian yang belum nonton drama ini, ayo nonton aja dijamin gak akan nyesel. Bukan cuma kasus-kasusnya aja yang keren, tapi humornya juga bagus, gak maksa dan terasa sangat pas. Bagian humornya biasanya terjadi kalo Jong Suk lagi ngumpul sama senior-seniornya di kantor, dijamin deh pasti pengen ngulang-ngulang adegan mereka terus.

Kalo bicara soal tokoh, tokoh yang paling kasihan itu Lee Yoo Beom yang merupakan mantan jaksa yang kemudian menjadi pengacara dan sekaligus merupakan tokoh antagonis di sini. 


Dan yaa, buat kalian yang pernah nonton Signal pasti tahu dia itu siapa hehe... Iya, bener banget, dia itu si pembunuh kantong kresek yang terkenal itu lho ahahaha... Oke, balik lagi ke Lee Yoo Beom. Di episode awal, dia memang terlihat sangat licik dan dia bahkan menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan banyak untung. Tapi, di pertengahan cerita, ternyata terungkap kalo dia itu juga orang baik, dia bahkan gak suka waktu harus membela seorang pembunuh di pengadilan. Andai saja dia punya teman yang selalu ada di sisinya, dia pasti gak akan menjadi orang yang licik. Dia juga kayaknya gak diperhatiin gitu sama orang tuanya, puk-puk Lee Yoo Beom.

Jadi, intinya buat kalian yang belum nonton, ayo coba nonton drama yang satu ini. Pemainnya ganteng-ganteng dan cantik-cantik, acting yang di atas rata-rata ditambah jalan cerita yang selalu membuat penasaran. Kurang apa lagi coba? Belum lagi banyak cameo-cameo terkenal di sini. 



24 Oct 2017

Detective Conan Movie 21: The Crimson Love Letter (Review)

Posted by Unknown at 20:47 0 comments


Judul: The Crimson Love Letter
Durasi: 1 jam 51 menit
Penulis Screenplay: Takahiro Okura

Sinopsis:

The Crimson Love Letter bercerita tentang kasus pengeboman yang terjadi di Nuchiuri TV Osaka pada saat musim gugur. Padahal di gedung tersebut sedang berlangsung acara Satsuki Cup, yang merupakan acara perebutan mahkota pemenang Hyakunin Isshu (permainan berebut kartu yang berisi puisi klasik Jepang).
Kejadian tersebut menyebabkan keributan dan gedungnya terbakar. Heiji dan Kazuha yang terjebak di dalam gedung kemudian diselamatkan oleh Conan. Identitas dan tujuan pengeboman pun belum diketahui hingga muncul wanita cantik yang mengaku sebagai tunangan Heiji bernama Momiji Ooka yang ternyata Juara Karuta (Hyakunin Isshu) di sekolahnya.
Kazuha yang telah diajari oleh ibu Heiji harus berhadapan dengan Momiji dalam permainan Hyakunin Isshu. Sementara itu, Conan, Heiji dibantu kepolisian Osaka menyelidiki kasus terbunuhnya juara Satsuki Cup sebelumnya dan pengeboman Satsuki Cup yang ke semuanya terhubung dengan Hyakunin Isshu.



Kalau menurut saya pribadi, judul movie dari anime Detective Conan kali ini merupakan judul paling manis dari judul-judul movie lainnya. Dilihat dari posternya, sepertinya movie ini akan mengulas kisah percintaan Heiji dan Kazuha. Apakah kali ini Heiji berhasil mengutarakan perasaannya? Karena di dalam manganya, Heiji sudah berkali-kali gagal. Yah, itu juga karena sikap pasangan ini yang kelewat tsundere hihi...

Oiya, movie ini juga mengusung salah satu permainan kartu Jepang yang bernama Karuta. Awalnya saya sendiri gak tahu Karuta itu apa, tapi begitu menonton sebentar movienya, kita dibuat langsung mengerti dengan cara permainannya. Jadi, intinya Karuta itu adalah permainan kartu di mana di setiap kartu terdapat puisi klasik Jepang. Permainan ini dimainkan oleh dua orang dengan satu orang yang membacakan puisi. Dua pemain itu akan saling berlomba untuk mencari kartu yang berisi lanjutan puisi yang sedang dibacakan, pemenangnya adalah pemain yang berhasil mengumpulkan kartu paling banyak.


Saat movie baru dimulai, kita sudah dihadapkan pada kasus pembunuhan dan disusul dengan kasus pengeboman. Jujur, sebenarnya saya gak terlalu suka dengan adegan-adegan action dari kebanyakan movie Detective Conan, karena terlihat terlalu berlebihan dan agak sulit diterima nalar tapi sebagian orang mungkin memang suka hehe... Contoh salah satu adegan di sini yang gak saya suka itu saat Heiji dan Kazuha terjebak dalam gedung yang sedang terjadi pengeboman, mereka berdua selamat karena Conan. Oke, iya, Conan itu memang Shinichi tapi rasanya agak sulit diterima saja gara-gara Conan itu fisiknya ya tetap fisik anak kecil dan kesannya di sini Heiji terlalu bergantung pada Conan yang seorang anak kecil. Jadi, saya tetep gak suka. Kalau adegan akhir saat Heiji berusaha menyelamatkan Kazuha di gedung terbakar itu saya masih lumayan suka, ya setidaknya Heiji berusaha sendiri tanpa meminta pertolongan Conan.

Untuk kasus dari movie ini saya lumayan suka karena ada sedikit twist di akhirnya. Semua kasus pembunuhan dan pengeboman yang terjadi berhubungan dengan permainan Karuta lima tahun yang lalu. Awal konfliknya adalah kesalahpahaman dan cinta sepihak. Motifnya manis sekali, cocok untuk judul movie kali ini :) Silahkan ditonton aja ya, saya gak mau spoiler hehe...


Khusus untuk Heiji dan Kazuha, rasanya pasangan ini masih menemui jalan buntu. Heiji masih belum menyatakan perasaannya padahal adegan mereka yang tercebur di akhir itu lumayan romantis, kenapa gak dinyatain di saja aja, Heiji? Btw, nonton movie ini, saya jadi inget movie Detective Conan yang ke-7, mungkin gara-gara tokoh utama movienya itu Heiji dan Kazuha ya? Duh jadi pengen nonton lagi.

Bicara soal tokoh, di movie ini ada tokoh baru yang muncul, namanya Momiji Ooka, cewek cantik berambut cokelat sebahu. Ini juga menjadi salah satu konflik untuk pasangan Heiji dan Kazuha karena Momiji tiba-tiba mengatakan Heiji sebagai calon suaminya di masa mendatang. Hal ini karena Heiji berjanji akan menjadikan Momiji sebagai pengantinnya kelak. Janji masa kecil yang kedengarannya manis sekali tapi sayangnya berakhir humor. Jadi sehabis movie ini selesai, jangan langsung distop ya... tonton sampai epilog hehe...


Ah iya, sebenarnya saya agak kecewa nonton movie ini gara-gara tokoh favorit saya cuma keliatan sedikit. Haibara, kok kamu gak ikut jalan-jalan ke Kyoto sih? Tapi, cukup terobati sih soalnya di sini si Conan itu bergantung banget ke Ai. Semua analisa kasusnya diserahin ke Ai, aduh kalian ini bikin shipper kalian berharap banyak aja ... padahal udah pasti kalau di akhir nanti Conan bakal kembali ke Ran, tapi tetep aja saya sukanya kalo Conan sama Ai huhu...

Ost untuk movie ini bagus banget. Saya pertama kali denger lagunya di ending anime Detective Conan dan langsung jatuh cinta. Bahkan sampe sekarang masih saya sering denger berulang-ulang hehe... Satu lagi, di akhir movie ada sedikit bocoran untuk movie berikutnya yang akan dirilis tahun 2018 mendatang. Sepertinya sih bakal membahas soal Rei Furuya aka Tooru Amuro aka Bourbon aka Zero. Anak ini punya banyak nama samaran yaa... Semoga di movie selanjutnya, pembahasan tentang Organisasi Hitam lebih diperdalam. Kangen banget sama Gin dkk hehe... Abisnya kalau kalian gak muncul-muncul terus, Detective Conan gak bakal selesai-selesai -.-‘

17 Jul 2017

Ruler: Master of the Mask (Review)

Posted by Unknown at 00:20 1 comments



Judul : Ruler: Master of the Mask
Jumlah : 40 Episode
Durasi : 30 Menit
Pengarang : Park Hye Jin, Jung Hae Ri

Sinopsis:

Pada tahun 1700-an, Putra Mahkota Lee Sun bertarung melawan Pyunsoo-hwe. Pyunsoo-hwe adalah organisasi yang menghimpun kekuatan dan kekayaan dengan menguasai air di seluruh Joseon. Putra Mahkota Lee Sun menjadi harapan bagi orang-orang yang menderita. Ga Eun adalah wanita yang dicintai oleh Putra Mahkota Lee Sun dan ia membantunya menjadi seorang pemimpin.


Alasan paling utama kenapa saya memutuskan mengikuti drama ini adalah karena para pemainnya. Tokoh utama di drama ini diperankan oleh Yoo Seung Ho sebagai Putra Mahkota Lee Sun dan Kim So Hyun sebagai Ga Eun. Karena mereka berdualah yang menjadi tokoh utama, kita tidak perlu takut kecewa dengan akting pemainnya. Belum lagi peran antagonisnya, Dae Mok diperankan oleh Heo Jun Ho, penjiwaannya bagus banget.

Bukan hanya pemainnya, tapi jalan ceritanya juga cukup menarik. Cerita ini mengambil setting di zaman Joseon di mana kita akan dimanjakan dengan keindahan bangunan kuno dan kecantikan pakaian serta perhiasannya. Awalnya saya berpikir kalau cerita drama ini akan ada hubungannya dengan sejarah Joseon, tapi ternyata cerita di drama ini adalah fantasi bahkan silsilah kerajaannya juga fiksi.

Seiring dengan perkembangan cerita, ada dua tokoh yang kepribadiannya menarik perhatian saya. Yang pertama itu adalah Kim Hwa Gun, gadis yang merupakan cucu dari antagonis utama. Dia adalah penerus sah dari organisasi Pyunsoo-hwe tapi sayangnya dia jatuh cinta dengan Putra Mahkota. Karena alasan itulah, ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan Putra Mahkota. Ia rela mengkhianati kakeknya sendiri, melakukan segala hal demi membantu Putra Mahkota, bahkan ia rela perasaannya tidak dibalas asalkan Putra Mahkota bahagia.

“Jeoha, tujuanku bukanlah menjadi Ratu ataupun wanitamu. Jeoha bisa menjadikan perempuan manapun duduk di sampingmu. Aku hanya perlu menjadi Dae Mok selanjutnya dan memberikan Pyunsoo-hwe pada Jeoha.” –Hwa Gun.

Tokoh selanjutnya itu adalah Gon, pengawal setia Hwa Gun. Laki-laki yang lebih banyak bertindak daripada berbicara. Ia akan melakukan apapun demi Hwa Gun, bahkan ia tidak melapor ke Dae Mok mengenai semua hal yang dilakukan Hwa Gun. Saat Hwa Gun menyuruhnya melindungi Putra Mahkota, ia menurutinya padahal ia tahun nyawa Nona-nya berada dalam bahaya. Adegan paling mengharukan itu saat Gon melihat tubuh Nona-nya yang sudah tidak bernyawa. Demi membuat Hwa Gun bahagia, akhirnya ia memilih memihak Putra Mahkota dan mengkhianati Dae Mok.

“Sebagaimana kepadaku, lindungi juga Jeoha. Dengan begitu, aku bisa hidup. Mengerti?” –Hwa Gun.
“Saya akan mematuhi perintah Aghassi sampai saya mati.” –Gon.

Pemain yang aktingnya di luar bayangan saya itu adalah akting L yang menjadi Lee Sun (orang biasa). Agak tidak menyangka bahwa idol seperti dia bisa bermain sebagus itu. Dia benar-benar bisa membuat kita sangat membencinya karena penjiwaannya saat berperan menjadi Lee Sun.

Terlepas dari berbagai kelebihannya, drama ini juga punya sedikit kekurangannya. Menurut saya, akhir cerita ini kurang bagus karena misteri organisasi Pyunsoo-hwe belum terungkap sepenuhnya. Ada tokoh-tokoh bertopeng yang belum terbongkar, mereka sepertinya adalah atasan Dae Mok. Itu berarti walaupun Dae Mok sudah dikalahkan, organisasi ini akan tetap ada.

Dari sekian banyak adegan di drama ini, adegan yang paling cantik itu adalah adegan akhir saat Ga Eun diangkat menjadi Ratu Joseon, cantik banget. Semuanya serba cantik. Suasananya, nuansanya, pemandangannya, pakaiannya, serta semua pemainnya. Direkomendasi banget buat nonton drama ini bagi pecinta saeguk seperti saya.


20 Jun 2017

Death Note: Light Up the New World (Review)

Posted by Unknown at 02:27 0 comments


Judul : Death Note: Light Up the New World
Durasi : 135 menit

Sinopsis

Sepuluh tahun telah berlalu semenjak konfrontasi antara Kira dan L. Sekali lagi, shinigami (dewa kematian) menjatuhkan Death Note ke dunia manusia dan membuat kekacauan. Tsukuru Mishima adalah anggota Divisi Khusus Death Note dengan enam petugas lainnya termasuk Matsuda yang mengalami kasus Kira sepuluh tahun yang lalu.

Pembunuhan massal yang disebabkan oleh Death Note terjadi di Wall Street di Amerika Serikat, Shibuya di Jepang, dan di tempat-tempat lainnya. Detektif swasta terkenal, Ryuzaki yang merupakan penerus sah L juga menyelidiki pembunuhan massal tersebut. Mereka menemukan bahwa enam Death Note ada di dunia manusia. Sebuah virus komputer yang disebut Kira menyebar di dunia. Sebuah pesan dalam virus Kira mengatakan untuk menyerah keenam Death Note tersebut.

Seseorang yang memiliki keenam Death Note menguasai dunia. Konfrontasi dimulai antara seseorang yang menginginkan kebangkitan Kira dengan orang-orang yang ingin menghentikannya.


Akhirnya yaaa~ berhasil juga nonton film ini. Memang sih filmnya sudah satu tahun yang lalu dan hype-nya udah lewat lama banget. Sebelum kita bicara soal film ini, mungkin lebih baik kita flashback ke masa kejayaan Light Yagami dulu.

Jadi, sepuluh tahun yang lalu, Ryuk si Shinigami yang udah bosen hidup di dunia Shinigami akhirnya memutuskan iseng mencuri Death Note punyanya Raja Shinigami dan iseng juga ngejatuhin buku itu ke dunia manusia. Ajaibnya buku itu diambil sama anak terjenius di Jepang yang juga lagi bosen sama kehidupan di dunia. Cocok, kan mereka? Iya, jodoh enggak akan ke mana kok. Nama anak itu Light Yagami. Cowok yang paling ganteng menurut Misa Amane.

Light Yagami yang ingin membersihkan dunia dengan menggunakan Death Note hampir dihentikan oleh L. Kalau dari manga-nya, L berhasil dibunuh oleh Light lewat perantara Rem, kemudian Light berhasil dikalahkan oleh Near. Nah, kalo versi film Death Note: The Last Name, Light berhasil dikalahkan L dengan cara menulis namanya sendiri di Death Note sehingga ia tidak bisa dibunuh oleh Light, tapi akhirnya ia meninggal sesuai dengan tanggal kematian yang ia tulis di Death Note. Sedangkan Misa sendiri kehilangan hak kepemilikan Death Note-nya, ingatannya hilang, dia tidak dihukum tapi diawasi ketat oleh pihak kepolisian terus menerus.

Sekarang, kita review film ini. Sebelum menonton film-nya, mungkin lebih baik menonton tiga episode mini-dramanya dulu, karena di sana dijabarkan siapa saja ketiga tokoh utama di film ini. Yang pertama itu Mishima, anggota kepolisian yang berada di Divisi Khusus Death Note. Dia adalah laki-laki didikan Soichiro Yagami. Kemudian ada Ryuzaki alias penerus L. Yang terakhir adalah Shien, laki-laki yang merupakan teroris dunia maya dan tiba-tiba dihadiahi Death Note oleh Ryuk.

Pemain sudah siap semua, tirai mulai dibuka, dan dimulailah pertunjukkan memperebutkan Death Note ini.

Jadi, saat pihak kepolisian berhasil mendapatkan satu Death Note, mereka bertemu dengan Shinigami bernama Bepo yang memberitahu mereka kalau di dunia manusia setidaknya ada 6 Death Note, karena kalau jumlah Death Note lebih dari itu, maka yang ketujuh tidak bisa digunakan. Mengetahui hal tersebut, Mishima mempunyai ide untuk mengumpulkan keenam Death Note kemudian menyegelnya, maka kejadian pembunuhan massal tidak akan terjadi lagi di kemudian hari.

Dari semua plot di sini, yang paling saya suka itu adalah kemunculan Misa Amane, gak nyangka aja kalau orangnya bener-bener terlibat dalam cerita. Sepuluh tahun berlalu, Misa udah gak bisa dibodoh-bodohin lagi, tapi karena rasa cintanya ke Light masih sama, dia akhirnya rela melakukan hal yang disuruh Shien hingga akhirnya memutuskan membunuh dirinya sendiri dengan kertas Death Note.

Oke, kembali lagi ke panggung utama. Akhirnya setelah berbagai macam trik-trik yang sudah digunakan oleh ketiga tokoh utama, mereka kemudian bertemu di bagian akhir cerita. Shien sudah berhasil mengumpulkan keenam Death Note dan bersiap membunuh Kira yang selama ini memberinya perintah, Kira yang juga telah memberinya Death Note dan video Light Yagami.

Kejadian di sana terasa sangat cepat dan semua cerita ini berputar arah. Shien yang selama ini kita pikir sebagai Kira berubah menjadi tokoh yang hanya dimanfaatkan oleh Kira asli. Ryuzaki yang merupakan penerus L yang sudah berjanji tidak akan menggunakan cara mati yang sama dengan L lama akhirnya mendapati namanya telah ditulis Kira di Death Note. Dan ternyata Kira yang selama ini kita kejar-kejar adalah Mishima. Dialah yang mengambil Death Note dari tangan anak Light Yagami beserta video yang berisi pesan lengkap milik Light. Masih enggak rela kalo Light punya anak, ibunya siapa, Light? Sekali lagi anak didik Soichiro yang berulah ya? Dulu Light Yagami, sekarang Mishima. Aduhh ... semoga Anda tenang di sana.

Mishima berhasil menjebak semua orang dengan menghilangkan hak kepemilikannya, bahkan ia menulis nama asli Ryuzaki sebelum menghilangkan hak kepemilikannya. Setelah pertunjukan pembongkaran identitas Kira ini, semua kejadian mulai kacau balau. Shien meninggal di tempat dan menyerahkan keenam Death Note ke tangan dua orang yang tadi masih menjadi musuhnya. Ryuzaki mati-matian melindungi Mishima, kamu enggak lupa kalo dia Kira, kan? Duh! Dan berakhir dengan Mishima yang masuk penjara. Tapi, akhirnya dia dibebaskan dan digantikan dengan Ryuzaki di hari kematiannya. Mishima dibebaskan. Ryuzaki percaya kalau Mishima akan bisa mengumpulkan keenam Death Note. Yah, karena Death Note berhasil dicuri orang saat pengirimannya ke ICPO.

Akhirnya film ini selesai dengan senyuman dari Mishima. Eits! Ini belum selesai, masih ada pesan-pesan dari Light.

“Semua sesuai rencana.” –Light.

Jadi, semua kejadian ini sudah diprediksi oleh Light bahkan direncanakan oleh dia sendiri. Ternyata ini masih tetap menjadi panggung keemasan miliknya karena Light adalah Kira yang sesungguhnya.

17 Jun 2017

Towards Zero - Agatha Christie (Review)

Posted by Unknown at 16:14 0 comments


Judul : Towards Zero / Menuju Titik Nol
Pengarang : Agatha Christie
Tebal : 304 halaman
Alih Bahasa : Windrati Selby
Sampul : Staven  Andersen
Penerbit di Indonesia : PT Gramedia Pustaka Utama


Sinopsis


Apa hubungan antara percobaan bunuh diri yang gagal, tuduhan pencurian yang keliru terhadap siswi sekolah, dan kisah romantis seorang petenis terkenal? 
Untuk pengamat biasa, mungkin memang tak ada hubungan apa-apa. Hingga kemeriahan pesta yang diadakan di rumah seorang janda tua di Gull’s Point berakhir dengan kematian. 
Dan tampaknya, semua itu bagian dari rencana pembunuhan yang rapi.



“Saya suka cerita detektif yang bagus. Tetapi, mereka selalu mulai di tempat yang salah! Mereka mulai dengan pembunuhannya. Padahal pembunuhan itu merupakan akhirnya. Cerita itu dimulai jauh sebelumnya, kadang-kadang bertahun-tahun sebelumnya dengan segala macam sebab dan peristiwa yang membawa orang-orang tertentu, ke suatu tempat tertentu, pada suatu waktu tertentu, di suatu hari tertentu” –Mr. Treves.

Novel karangan Agatha Christie ini benar-benar sesuai dengan penjabaran dari Mr. Treves. Cerita dimulai berbulan-bulan sebelum pembunuhan terjadi. Jika pembunuhan terjadi di musim panas September maka awalnya dimulai sejak musim dingin Januari.

Sesuai dengan sinopsisnya, cerita dimulai dengan percobaan bunuh diri dari Andrew MacWhirter yang sayangnya berhasil digagalkan oleh sebatang pohon yang tumbuh di tebing, tempat ia menjatuhkan dirinya. Dia digambarkan sebagai laki-laki yang kehilangan banyak hal karena ia hidup terlalu jujur. Tapi kata perawat yang selalu menceramahinya di rumah sakit, orang yang pernah mencoba bunuh diri tidak akan melakukannya lagi. Dan sepertinya itu benar, karena pada akhirnya ia dapat bangkit dan dapat memberikan anugerah pada Inspektur Battle di kemudian hari.

Cerita kali ini memang tidak menampilkan tokoh detektif Hercule Poirot atau Miss Marple. Yang ada hanyalah Inspektur Battle, salah satu sahabat Poirot di Scotland Yard. Awalnya ia harus menyelesaikan urusan anak bungsunya yang dituduh melakukan pencurian. Malangnya, anaknya itu memang memiliki kekurangan yaitu dirinya akan merasa kalau dialah pelakunya jika ditekan terus menerus. Tapi, sebagai seorang polisi, dia tahu anaknya tidak bersalah. Dan berkat tingkah anaknya jugalah, ia pada akhirnya dapat menangkap pelaku pembunuhan yang gilanya bukan main.

Tak lengkap rasanya jika tidak ada kisah romansa di novel karangan Agatha Christie. Dan kali ini, ia memberikan kisah cinta sebagai dasar sebuah pembunuhan. Kisah ini berpusat pada Nevile Strange, petenis tampan yang digilai banyak wanita. Dia diceraikan istri pertamanya, Audrey Strange, kemudian menikahi wanita yang lebih muda 10 tahun darinya, Kay Strange. Jika Audrey adalah wanita yang tenang, lemah lembut, dan penuh sopan santun, maka Kay Strange adalah kebalikannya, kecantikannya dan vitalitasnya yang membuat Nevile mencintainya.

Tiba-tiba saja Nevile mempunyai sebuah gagasan untuk mempertemukan istri pertama dan keduanya di rumah ibu asuhnya sekaligus berlibur di sana. Rumah yang biasanya tenang itu harus menerima ketegangan dari dua wanita itu hampir selama dua minggu. Bukan hanya Nevile yang dicintai oleh dua istrinya yang berlibur di sana. Ada Thomas Royde yang sangat mencintai Audrey sejak kecil, rela pulang dari Malaya dan berniat melamar gadis pujaannya itu. Kay yang memang sangat cantik memiliki seorang teman laki-laki yang akan mengikutinya kemana pun ia pergi yaitu Ted Latimer, laki-laki itu menginap di hotel dekat rumah ibu asuh Nevile, bahkan terkadang ia ikut makan malam dan makan siang di sana.

Hingga akhirnya pembunuhan itu terjadi. Si korban adalah sang tuan rumah alias ibu angkat Nevile yang bernama Camillia Tressilian. Selama hampir 12 tahun lebih, ia tinggal dengan sepupu jauhnya, Mary Aldin ditemani pelayan-pelayannya yang setia. Inspektur Battle yang kebetulan ada di sana yang menangani kasus ini bersama dengan keponakannya yang merupakan inspektur di daerah itu.

Sejak awal, semua tuduhan dan bukti-bukti mengarah ke satu orang yaitu Nevile, dimulai dari sidik jari di tongkat golf hingga bercak darah di jasnya. Tapi, belajar dari pengalamam membaca buku karangan Agatha, semua bukti-bukti itu pasti hanya tipuan untuk pembaca. Akhirnya kita akan mencari-cari tersangka yang lain, dimulai dari semua orang yang menginap di rumah itu dengan menyingkirkan Nevile sendiri, yaitu Audrey, Kay, Aldin, Thomas, hingga Ted.

Mungkin kita akan berpikir bahwa Audrey-lah si pelaku. Karena sejak awal cerita, dia digambarkan sebagai wanita pendendam yang menggunakan topeng malaikat di wajahnya. Satu-satunya motif yang terpikirkan mengenai pembunuhan ini adalah warisan tapi tak ada satupun dari mereka yang kekurangan uang. Hingga akhirnya motif kebencian itu mulai terlihat. Pembunuhan ini diperlukan untuk membuat Nevile menjadi tersangka kemudian ditambah bukti-bukti lain yang bermunculan, semuanya mengarah pada Audrey.

Saat Battle akan menangkap Audrey, dia mulai ragu karena ia merasa melihat ekspresi anak bungsunya di wajah Audrey, wajah orang yang mengakui sebuah kejahatan yang tidak dilakukannya. Kemudian datanglah Tuan MacWhirter membawa sebuah anugerah kepada Battle ditambah sebuah kebenaran yang diungkapkan Thomas kepada Battle. Kebenaran mengenai kisah dibalik perceraian Nevile dan Audrey.

Perceraian itu terjadi bukan karena Nevile yang mencintai Kay, tapi terjadi karena Audrey berselingkuh dengan Adrian. Semua itu ditutupi dengan rapi oleh Nevile. Jadi, sudah terlihat jelas bukan Audrey yang menyimpan dendam pada Nevile melainkan sebaliknya.

“Pembunuhan itu sendiri merupakan akhir dari ceritanya. Itulah Titik Nol-nya. Kematian Lady Tressilian kecil artinya dibandingkan dengan tujuan pokok pembunuhnya. Pembunuhan yang saya maksudkan adalah pembunuhan Audrey Strange.” –Inspektur Battle.

Wah, hebat sekali kan rencana pembunuhannya. Dengan meninggalkan bukti-bukti palsu mengenai dirinya sendiri, ia hampir berhasil mengirim mantan istrinya ke tiang gantungan. Tapi rencananya berhasil digagalkan berkat kesaksian MacWhirter walaupun sesungguhnya kesaksian itu bohong, untuk pertama kali dalam hidupnya, MacWhiter berbohong demi menyelamatkan seseorang.

Yahhh ... terima kasih untuk Nevile, berkat dirimu semua kisah cinta ini mulai melihat titik terang. Audrey akhirnya menikah dengan penyelamatnya, Andrew MacWhirter. Thomas akhirnya sadar bahwa ia lebih mencintai Aldin daripada Audrey. Dan mungkin saja Kay dapat melupakan suaminya yang hanya memanfaatkannya itu dan mulai membuka hatinya pada Ted yang selalu setia dengannya.



13 May 2017

Cerita Bulan Mei

Posted by Unknown at 11:34 4 comments


“Sarah, besok tanggal 15 Mei, kamu ada meeting dengan klien, kan?”

Gadis berumur 24 tahun yang sejak tadi fokus dengan laptopnya itu tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard. “Ah? Aku hampir lupa. Besok itu tanggal 15 Mei ya? Berarti sekarang 14 Mei?”

Lawan bicara Sarah hanya menganggukkan kepalanya. “Ada yang spesial dengan tanggal 14 Mei?”

“Enggak, kok,” sahutnya. “Sudah, sana, aku masih sibuk.”

“Aku kan mau ngajak kamu ke kantin. Udah jam makan siang, kamu gak laper?”

Ah, mengingat tanggal hari ini membuat rasa lapar Sarah hilang seketika. Dia hanya tersenyum kecil, “Lagi gak selera.”

Temannya itu hanya meringis, “Huh, dasar! Badan udah kurus gitu, sok pake acara diet-diet segala.”

Sarah hanya tertawa kecil mendengar ucapan teman sekantornya itu. Kalau boleh jujur, sebenarnya sejak tadi ia sudah kelaparan, tapi begitu mengingat tanggal hari ini, laparnya seketika hilang dan tergantikan dengan rasa mual.

Ingatan kejadian yang terjadi 19 tahun lalu kembali berputar di kepalanya bagai sebuah film hitam putih. Saat itu umurnya baru lima tahun dan ia harus kehilangan kakak yang paling dicintainya saat itu.

Andai saja saat itu ia bisa merengek lebih keras agar kakaknya ikut dengan mereka, tapi sayangnya kakaknya terlalu keras kepala. Kakak perempuannya itu lebih mengutamakan kelompoknya daripada keselamatan dirinya sendiri.

***

“Sarah, ayo bangun, ikut sama Ibu sekarang ya?”

Sarah mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum bisa melihat wajah kakaknya dengan jelas. “Emang Sarah sama Ibu mau pergi ke mana?”

Kakaknya tersenyum manis sambil menggendong tubuh Sarah kemudian membawanya ke ruang tamu. “Mau jalan-jalan ke Bali. Sarah suka Bali, kan?”

Anak berumur lima tahun itu seketika bersorak gembira sambil memeluk sang kakak. “Yes, Sarah mau main di Pantai Kuta.”

“Iya, iya, nah sekarang, kamu tunggu supir Bapak sama Ibu ya di sini.”

Sarah dengan cepat turun dari gendongan sang kakak dan duduk di sebelah ibunya. Andai saja saat itu umur Sarah lebih besar beberapa tahun lagi, ia pasti bisa membaca suasana tidak menyenangkan yang ada di ruangan itu. Walau begitu, Sarah masih ingat betul pembicaraan ibu dan kakaknya saat itu.

“Sera, kamu gak sekalian ikut ke Bali dengan Ibu?”

“Sera bakal tetep di Jakarta, Bu. Ada yang harus Sera lakuin di sini. Entar kalau semuanya udah beres, Sera bakal nyusul Ibu ke Bali.”

Ibu dari Sera dan Sarah itu semakin meremas kedua tangannya. “Tapi Ibu lihat di TV, suasana di sana enggak aman. Kamu bisa terluka kalau pergi ke sana. Memang apa untungnya kamu ke sana sebagai aktivis?”

“Ibu, coba lihat Sera,” ucap Sera sambil mendekati sang ibu. “Aku ini pribumi, Bu. Mereka gak akan melukai Sera. Malah seharusnya kita kasihan dengan mereka yang sekarang sedang menjadi pelampiasan massa. Mereka gak salah apa-apa, Bu. Kita harus bisa membantu mereka, paling tidak membawa mereka pergi dari Jakarta.”

“Tapi, ibu tetap khawatir.”

Kembali Sera tersenyum, kali ini dengan memeluk ibunya. “Sera janji akan selamat. Sekarang Sera pergi dulu ya, teman-teman Sera yang lain pasti sudah berkumpul semua. Sebentar lagi, supir Bapak pasti datang.”

Sarah yang sejak tadi kebingungan kemudian bersuara, “Lho? Kakak gak ikut dengan Sarah?”

“Kakak mau pergi nyari Kak Mei dulu, nanti kita sama-sama main di Pantai Kuta ya?”

Sarah kembali berlonjak. “Yei, Sarah juga kangen sama Kak Mei. Sarah punya ejekan baru buat Kak Mei.”

“Apa?” tanya kakaknya jahil.

“Kakak-mata-sipit-pipi-bakpau,” sahut Sarah sambil memicingkan matanya agar serupa dengan mata teman kakaknya itu.

Sera hanya tertawa mendengarnya, “Wah, Kak Mei pasti kesel banget dengernya.”

Diam-diam Ibu Sarah menepuk bahu anak sulungnya itu sambil berbisik. “Semoga Mei dan keluarganya selamat ya.”

Sarah meremas pelan tangan ibunya. “Kemarin Mei telepon Sera, katanya toko mereka dibakar dan sekarang mereka sedang berusaha pergi ke luar negeri. Semoga mereka gak apa-apa, Bu.”

Itu percakapan terakhir yang Sarah ingat. Karena berikutnya ia segera dibawa masuk mobil sopir ayahnya dengan tergesa-gesa. Dalam perjalanan pun, Sarah terus berada di pangkuan ibunya hingga ia tertidur dan tiba-tiba saja dia sudah berada di sebuah hotel di Bali.

***

Sudah hampir sebulan Sarah menetap di Bali dan anak berumur lima tahun itu beberapa kali merengek meminta kakaknya dan ayahnya. Sang ibu berusaha mengalihkan perhatiannya dengan acara kartun di televisi atau mengajaknya bermain petak umpet. Andai saja saat itu, Sarah kecil tahu bahwa ibunya jauh lebih cemas dan khawatir daripada dirinya.

Dan hal yang paling diingat Sarah kala itu adalah saat ayahnya datang menjemput mereka di hotel. Dia ingat bagaimana ibunya segera memeluk sang ayah. “Bapak, gak apa-apa, kan? Ibu takut Bapak kenapa-kenapa.”

“Aku selamat, Bu. Sarah, ayo sini, peluk Bapak.”

Sarah dengan cepat berlari ke arah ayahnya itu. Di belakang Sarah, sang ibu bersuara kembali. “Sera di mana, Pak?”

“Nanti Bapak cerita, biar Sarah tidur dulu.”

Memang benar saat itu sudah jam tidur siang Sarah, anak itu segera tertidur setelah mendengar cerita dongeng dari ayahnya. Tapi, hari itu tidur Sarah tidak nyenyak karena ia terbangun setelah mendengar tangisan ibunya. Diam-diam Sarah mencuri dengar pembicaraan orang tuanya itu, walau ia tidak mengerti mereka membicarakan apa pada saat itu.

“Dari data, ada 85 korban, Bu. Sebagian besar perempuan. Mereka disiksa, dibunuh, bahkan sampai ada yang diperkosa beramai-ramai sebelum akhirnya dibunuh.”

Istrinya tetap terdiam mendengar cerita sang suami.

“Bapak pikir Sera dan teman-temannya ada di dekat situ. Karena mereka aktivis relawan kemanusiaan, tapi gak ada, Bu.”

“Terus Sera kita di mana, Pak?”

“Ibu yang sabar ya, Sera kita gak selamat, Bu. Dia juga menjadi korban.”

Ibu Sera mengernyitkan dahinya. “Maksud Bapak apa? Dia kan pribumi, kenapa bisa menjadi korban?”

“Ada jenazahnya di sana, teman-teman sesama aktivisnya juga sama, Bu. Bapak benar-benar gak habis pikir sama kelakuan para perusuh di sana.”

Mendengar hal itu, sang Ibu hanya bisa menangis dalam pelukan suaminya. Mereka tidak tahu kalau putri bungsunya mendengar pembicaraan mereka dan menangis dalam diam.
.
.
.
.
.

Fin

10 May 2017

The Architecture of Love - Ika Natassa (Review)

Posted by Unknown at 14:26 0 comments


Judul : The Architecture of Love
Pengarang : Ika Natassa
Tebal : 304 halaman
Desain Sampul : Ika Natassa
Ilustrasi Isi : Ika Natassa
Editor : Rosi L. Simamora
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama


Sinopsis


New York mungkin berada di urutan teratas daftar kota yang paling banyak dijadikan setting cerita atau film. Di beberapa film Hollywood, mulai dari Nora Ephron's You've Got Mail hingga Martin Scorsese's Taxi Driver, New York bahkan bukan sekadar setting namun tampil sebagai "karakter" yang menghidupkan cerita.
Ke kota itulah Raia, seorang penulis mengerjar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun.
Raia menjadikan setiap sudut New York "kantor"-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di tiap jengkalnya, pada orang-orang yang berpapasan dengannya, dalam percapakan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya. Namun bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita.
Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang yang juga menyimpan rahasia yang tak pernah dia duga.


Saat pertama kali membaca sinopsis buku ini, yang pertama kali terpikir itu adalah mengenai Raia, si penulis yang kabur ke New York, karena masalah putus cinta sehingga membuat dia tidak bisa menulis kembali. Kemudian dia bertemu dengan River yang akan memberikan cinta baru sehingga dia bisa menulis kembali.

Tapi nyatanya buku ini menceritakan konflik yang lebih dalam dan lebih dewasa untuk dipikirkan. Raia bukan hanya sekedar putus cinta dan River bukanlah obat yang mampu membuat dia menulis kembali. Mereka berdua hanyalah dua orang yang sedang melarikan diri dari masa lalu masing-masing, dan tersesat di New York. Tanpa sengaja bertemu dan mulai menghabiskan waktu bersama. River dengan buku sketsanya dan Raia dengan laptopnya.
“Why do you let me come with you? I mean, we were strangers. Why did you let me follow you around?” –Raia. “Because you’re as lost as I am, Raia. And in a city this big, it hurts less when you’re not lost alone.” –River.

Raia bukan hanya putus cinta biasa tapi dia ditinggalkan oleh suami yang dicintainya sejak SMA karena sang suami tidak suka dengan pekerjaan Raia. Sedangkan River masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri karena ia sudah ‘membunuh’ istrinya. Ia berharap suasana New York yang selalu bising dapat mengalahkan suara-suara hinaan yang muncul di kepalanya setiap saat, sampai akhirnya ia sadar bahwa caci maki itu mulai tak terdengar setiap ia sedang bersama Raia. Raia sendiri berharap New York dapat membuatnya menulis kembali sampai akhirnya ia bertemu dengan River yang mengajarinya bahwa setiap gedung di kota itu memiliki cerita. Semua gambaran setiap gedung didiskripsikan dengan begitu apik, setiap kata mengalir dengan indahnya belum lagi ditambah dengan sketsa gedung yang terselip di antara ribuan kata.

“You can see any buildings or simple things like mailbox on the street, and you can find and make up stories from it, right?” –River.
Tapi, bukan River yang membuat Raia menulis kembali karena saat mereka berpisah, Raia masih bisa tetap menulis. River memutuskan untuk menjauhi Raia karena ia takut wanita itu terluka saat tahu bahwa ia masih sangat mencintai mantan istrinya. Raia juga menjauh karena dia tidak ingin mengalami patah hati lagi.

Rasa rindu dan cinta yang River rasakan bukan omong kosong, ia pun tahu kalau Raia merasakan hal yang sama terhadap dirinya. Semua kenangan mereka selama di New York dimulai dari kegiatan berbisik-bisik di Whispering Gallery, jalan-jalan di Flatiron Building, Woolworth Building, The Ansonia, 100 Eleventh Avenue, Paley Park hingga menemani Raia mencari buku di New York Public Library membuat River tidak bisa menahan diri lagi. Ia yang pertama kali mendatangi Raia dan menyatakan perasaannya kepada Raia hanya dengan tiga buah kata ‘Aku mau kamu.’

“People say that Paris is the city of love, but for me, New York deserves the title more. It’s impossible not to fall in love with the city like it’s impossible not to fall in love in the city.” –Raia.
Nyatanya kisah Raia berakhir sama seperti kalimat pembuka di buku terbarunya.

Buku karangan Ika Natassa ini memang bisa membuat terhanyut di dalamnya, tak hanya mengenai hubungan Raia-River yang dimulai dari orang asing menjadi teman hingga kekasih, kita juga bisa melihat ikatan persahabatan antara Raia dan Erin yang begitu erat. Ikatan antara Raia dan ibunya yang akan membuat kita terenyuh membaca setiap dialog mereka. Dan tak ketinggalan bagaimana kesabaran ibu River menghadapi anaknya yang masih trauma dengan masa lalu. Semuanya dikemas dengan begitu apik, manis, dan sangat menghibur.

Death on the Nile - Agatha Christie (Review)

Posted by Unknown at 14:11 0 comments


Judul : Death on the Nile / Pembunuhan di Sungai Nil
Pengarang : Agatha Christie
Tebal : 352 halaman
Alih Bahasa : Mareta
Desain & Ilustrasi Sampul : Satya Utama Jadi
Penerbit di Indonesia : PT Gramedia Pustaka Utama


Sinopsis


Dia terbaring miring. Sikapnya wajar dan tenang. Tapi di atas telinganya ada sebuah lubang kecil dengan bekas darah kering di sekelilingnya.
Kemudian pandangan Poirot tertuju pada dinding putih di depannya dan ia menarik napas dalam-dalam. Dinding putih bersih itu dikotori oleh huruf J warna merah kecokelat-cokelatan yang ditulis dengan gemetar.
Poirot membungkuk di atas mayat gadis itu dan dengan hati-hati mengangkat tangan kanan si gadis. Salah satu jarinya bernoda merah kecokelatan.


Drama pembunuhannya hebat sekali! Dirancang sedemikian rupa biar semua orang ikut bingung. Belum lagi ada masalah pencurian dan pemalsuan permata yang tambah bikin bingung.

Tapi Poirot emang selalu baik sama pasangan-pasangan tertentu. Dia mengampuni Tim dari masalah pencurian dan pemalsuan permata dan akhirnya hidup bahagia bersama kekasihnya, udah lama saling suka tapi keduanya diem terus sampe akhirnya Poirot yang bertindak biar mereka bersatu.

Terus buat pasangan pelaku utama yang sempat terpisah gara-gara rencana mereka akhirnya mereka bisa bersatu kembali di Neraka. Ya, selamat menempuh hidup baru aja di sana, ini semua berkat Poirot yang gak bilang kalo Jackie sebenarnya punya dua pistol. Yah, akhirnya mereka bunuh diri sebelum masuk penjara.

Di novel ini, kayaknya Poirot seharusnya bukan buka jasa detektif, tapi buka jasa perjodohan aja wkwk... ada tiga pembunuhan yang terjadi di atas sungai Nil, tapi ada tiga pasangan yang akhirnya bahagia di alamnya masing-masing berkat Poirot.

And Then There Were None (Review)

Posted by Unknown at 13:47 0 comments


Judul : And Then There Were None
Jumlah : 3 Episode


Sinopsis


Sepuluh orang yang tidak saling mengenal satu sama lain diundang oleh seseorang bernama U.N Owen ke salah satu pulau terpencil yang dikenal dengan sebutan “Soldier Island.” Mereka adalah Vera Elizabeth ClaythornePhilip Lombard, William Henry Blore, Dr Edward George Armstrong, Lawrence John Wargrave, Emily Caroline Brent, General John Gordon Macarthur, Anthony James Marston, Thomas Rogers, dan Mrs Ethel Rogers. Satu per satu dari mereka mengalami kematiannya secara beruntun sesuai dengan ‘nursery rhyme’ yang dikenal dengan “Ten Little Niggers” (dalam serial ini diganti dengan “Ten Little Soldier”)

Akhirnya bisa nyari waktu buat nonton drama ini, And Then There Were None. Yah, emang udah baca novelnya, banyak orang yang suka banget sama novel Agatha yang itu, tapi bagi saya novel Agatha yang judulnya Pembunuhan Roger Ackroyd masih yang paling bagus.

Jadi, mau review sedikit soal drama pembunuhan 10 pembunuh di pulau prajurit ini dulu. Ini bagus banget!! Suasananya mencekam abis, gak kalah sama novelnya. Philip Lombart apalagi hahaha... enggak di novel aja, di drama nya juga bikin jatuh cinta, tapi sayangnya mati dibunuh Vera.

Perbedaan sama novelnya itu cuma ending. Kalo di novel, kepolisian tiba-tiba dapet surat dari Hakim Walgrave yang ngaku dialah dalang di balik misteri Tuan Owen, diceritain juga gimana caranya dia ngebuat dirinya seolah-olah mati. Nah, kalo di dramanya, si Walgrave ngaku di depan Vera yang udah sekarat di tali gantungan, sebelum akhirnya ngebunuh dirinya sendiri pake pistol. Oohh.. satu lagi, si Vera makin nyebelin di dramanya.

Curhat Si Kembar

Posted by Unknown at 13:23 0 comments


Namaku Riska, anak kedua dalam keluargaku. Umurku dan kakakku hanya berbeda lima menit. Ya, tepat, kami kembar. Tapi tidak identik.

Walau kami tidak identik, terkadang aku bisa merasakan apa yang dirasakan kembaranku. Tapi, aku tidak tahu apa ia merasakan apa yang aku rasakan.

Sejak kecil, kami tidak memiliki sifat yang sama. Bahkan saat semakin dewasa, sifat kami semakin tidak sama. Walau begitu, aku sangat menyayangi suadaraku itu.

Dia menyukai masakan pedas, aku tidak. Aku suka kopi, dia lebih menyukai teh. Aku suka membaca, dia lebih suka melukis. Aku benci menghitung sedangkan bagi saudaraku, berhitung adalah hidupnya. Tidak ada satu pun di dunia ini yang sama-sama kami sukai.

Tapi, tiba-tiba aku menyadari sesuatu saat kami berumur 17 tahun. Ada satu hal di dunia ini yang sama-sama kami sukai. Aku dan saudaraku sama-sama menyukai ketua OSIS kami di sekolah. Aku sangat terpukul saat saudaraku mengakui bahwa ia juga menyukai laki-laki berkacamata itu. Tapi, masalah ini aku simpan sendiri. Aku tidak memberitahu siapapun termasuk orang tua kami.

Padahal selama ini aku sangat menyayangi saudara kembarku itu. Aku selalu berusaha mencari hal yang sama-sama kami sukai. Tapi, saat aku menemukannya, hal itu malah membuat aku membencinya. Dan aku tidak bisa melakukan apa pun.

Seteleh menerima pengakuannya kalau ia juga menyukai ketua OSIS kami, aku hanya bisa terdiam di atas tempat tidurku sambil memandang fotoku dan kembaranku yang sedang berpelukan saat kami lulus SMP. Aku tersenyum menatap kamera dengan rambut panjangku yang tergerai dan saudara kembarku terlihat sangat tampan.

Ah, aku lupa mengatakan kalau aku dan saudara kembarku adalah sepasang kembar pengantin.
.
.
.
.
.
Fin
 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review