17 Jan 2018

Sinopsis Natsume Yuujinchou Chapter 89

Posted by Unknown at 18:04


Pengarang: Midorikawa Yuki
Majalah: Lala
Penerbit: Hakusensha
Bulan Terbit: Juni 2017




“Di kota sebelah ada gadis bernama Natsume Reiko yang katanya sangat kasar. Mereka mengatakan kalau aku tidak boleh sering pergi ke sana,” ucap Souko melanjutkan ceritanya.

Duduk di sebelahnya, Reiko hanya menanggapi biasa. “Hehh ...”

“Gadis itu mengatakan sesuatu yang menyeramkan, berkelahi dengan laki-laki, dan ada banyak orang yang terluka di sekitarnya,” lanjut Souko. “Aku belum pernah ke kota sebelah, tapi aku pikir kalau kau tinggal di sana. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu, jadi aku memberitahumu apa yang aku dengar.”

Di tengah hembusan angin yang menerbangkan rambutnya, Reiko melirik Souko sekilas. “Begitu ya ...”

Sedangkan yokai besar berbulu putih itu masih terus mengintip interaksi dua gadis itu dari semak-semak.

Reiko menarik napas panjang kemudian menoleh ke arah Souko. “Hei, Souko, namaku–”

“Ah!” potong Souko. “Ini pertama kalinya kau memanggilku dengan namaku,” lanjut Souko tersenyum gembira.

“Benarkah? Aku rasa aku pernah memanggilmu dengan namamu saat kau memberikanku permen,” balas Reiko.

“Haha ... sepertinya kau sedang berbicara dengan dirimu sendiri saat itu,” komentar Souko.

Kratak!




Tiba-tiba saja terdengar suara berisik di hadapan mereka. Mendadak ada sebatang pohon yang tiba-tiba terbelah. Souko kaget melihatnya sedangkan Reiko dapat melihat kalau itu adalah ulah youkai.

“Wahh ... mengagetkanku saja. Pohon tua itu tiba-tiba saja hancur,” ucap Souko.

Kedua gadis itu kemudian berdiri dari posisi duduknya. “Ayo pergi ke tempat lain sebentar,” ajak Reiko sambil menarik salah satu tangan Souko. Reiko melirik tangan Souko yang ia pegang. “Jarimu memerah. Apa yang terjadi? Apa kau terluka?” tanyanya.

“Eh? Itu bukan apa-apa, hanya masalah kecil,” sahut Souko.

“Oh begitu?” balas Reiko. “Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Pulanglah sekarang,” ucapnya saat melihat langit mendung di atasnya.

“Ya, baiklah,” sahut Souko. Kemudian mereka berdua berpisah dengan Souko yang melambaikan tangannya ke arah Reiko. Sedangkan Reiko hanya diam berdiri dengan yokai besar putih yang berada di belakangnya.

“Oh sial! Padahal aku baru saja berpikir akan memberikan namaku,” geram Reiko.

Youkai yang berdiri di belakang Reiko diam sebentar sebelum berbicara, “Tapi bukannya kau masih di tengah-tengah pertandingan?” tanyanya.

Reiko menatap langit menerawang. “Apa itu penting?” tanya Reiko.

“Mungkin. Aku tidak tahu apapun mengenai manusia,” sahut youkai itu.

“Oh begitu.”

***




Natsume masih setia mendengarkan cerita yokai di hadapannya. Ia terus memegang Yuujinchou di pangkuannnya dengan raut muka yang sulit dibaca.

“Lalu keesokan harinya ...,” lanjut youkai itu bercerita.

***

“Boleh aku tentukan pertandingan kita hari ini?” tanya Souko.

“Ya, tapi ... sepertinya sebentar lagi akan hujan, sebaiknya kita melakukan pertandingan yang cepat saja,” sahut Reiko.

“Oh, baguslah. Apa kau ingat pertandingan pertama kita?” tanya Souko. “Di mana kita harus melempar batu ke arah bongkahan segitiga di batu besar itu. Aku ingin mencobanya sekali lagi,” lanjut Souko sambil menunjuk batu besar di dekat mereka.

“Ya, boleh. Tapi apa kau yakin melakukan ini? Terakhir kali kau bahkan tidak bisa mengenai batu besarnya.”




“Lihat saja! Aku akan mengenainya,” sahut Souko yang membuat Reiko sedikit tertegun.

“Baiklah, aku yang pertama,” putus Souko sambil memungut batu kecil di dekat kakinya. Ia meremas batu itu sebentar sebelum akhirnya melempar batu itu ke arah batu besar. “Hiyaa ...”




Reiko kaget saat melihat batu lemparan Souko berhasil mengenai bongkahan berbentuk segitiga di batu besar itu.

“Aku berhasil mengenainya! Yai!” pekik Souko senang. Mata Reiko malah memperhatikan jari tangan Souko yang terlihat kemerahan dan tergores.

Yokai putih yang sejak tadi berada di dekat mereka kemudian berbicara. “Setiap hari setelah kalian berpisah, Souko selalu berlatih melempar batu ke arah batu besar itu,” jelas yokai itu dari belakang Reiko. “Sepertinya dia benar-benar ingin mengetahui namamu dan juga ingin dekat denganmu.”

Reiko terdiam sejenak. “Mungkin sekarang ... bukan apa-apa, aku suka gadis itu tapi ... jika dia tahu tentangku, sikapnya akan berubah, aku pikir dia akan sama seperti yang lain, jadi untuk sekarang ...,” bisik Reiko kepada yokai tersebut.

“Apa kau akan sengaja kalah?” sela yokai tersebut. Ditanya seperti itu, Reiko hanya diam berpikir.

“Ah, maaf, aku melakukannya dengan baik, sekarang giliranmu,” ucap Souko tak jauh dari tempat Reiko.

“Ya ...,” Reiko kemudian memungut satu batu kecil di dekatnya.




Tapi saat akan melempar batunya, tiba-tiba saja ada dua yokai yang sengaja berteriak ke arah Reiko sehingga membuatnya kaget. Karena itu, lemparannya menjadi meleset dan tidak berhasil mengenai batu besar tersebut. Dua yokai kecil yang barusan menakut-nakuti Reiko tertawa kecil di dekat yokai besar.

Sedangkan Souko seakan tidak percaya saat melihat Reiko tidak berhasil mengenai batu besar tersebut. “Ka-kau meleset? Jadi aku menang?” tanyanya masih tidak percaya. “Yei, akhirnya aku menang, maukah kau memberitahukanku siapa namamu? Aku ... ingin menjadi temanmu,” lanjut Souko dengan wajah serius.

Reiko sejenak tertegun mendengar kalimat Souko. “Namaku Reiko. Natsume Reiko,” sahut Reiko akhirnya.

“Kau Natsume ... Reiko?” ucap Souko kaget. Matanya melebar sambil terus menatap Reiko.




Tiba-tiba saja dari belakang Souko ada yokai yang ingin menarik gadis itu. Reiko menatap yokai itu sambil berteriak kencang, “Pergi dari sini!”

Setelah melihat yokai itu pergi barulah Reiko kembali berbicara kepada Souko. “Kau terlihat pucat. Hujan sudah mulai turun, sebaiknya kau pulang sekarang.”

“Eh ... ah ...” Souko seakan-akan tidak bisa berbicara, dia masih kaget.

“Pulanglah,” ucap Reiko lagi.

“Maafkan aku,” balas Souko kemudian pergi dari sana saat hujan gerimis mulai turun.

***




Natsume masih diam sambil terus mendengarkan yokai putih itu bercerita mengenai neneknya.

“Aku pikir Reiko tidak akan datang lagi kemari,” ucap yokai itu. “Tapi ... ternyata yang tidak datang adalah Souko. Aku pikir pasti ada sebab kenapa ia tidak datang. Tapi lagi-lagi keesokan harinya ... Souko tidak datang.”

***

“Yah ... mau bagaimana lagi ...,” ucap Reiko sambil duduk di tangga batu itu seorang diri.




Tiba-tiba saja yokai besar berbulu putih itu duduk di sebelah Reiko sambil menangis.

“Kenapa kau menangis?” tanya Reiko. “Dasar youkai aneh,” tambahnya sambil tertawa kecil. “Yah ... tidak apa-apa kok,” ucap Reiko agar youkai itu berhenti menangis.

Reiko kemudian berdiri dan mulai berjalan ke suatu tempat.

‘Agar aku tidak bosan, akhirnya aku mengikutinya.’

Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah ladang bunga yang sangat indah.




‘Oh tempat ini ... aku yakin ini ...’

Reiko kemudian merebahkan tubuhnya di ladang itu sambil menutup matanya. Sedangkan youkai itu berdiri di sebelah Reiko.

“Ketika hari mulai gelap, maukah kau membangunkanku?” tanya Reiko.

“Aku tidak punya kewajiban untuk melakukan itu,” sahut yokai besar tersebut.

“Haha ... kurasa kau benar,” balas Reiko. “Aku tahu dia akan berhenti datang kemari suatu hari nanti. Tapi saat bersamanya cukup menyenangkan. Walaupun pertandingannya menyenangkan tapi nyatanya pertandingan itu hanyalah hal yang dilakukan untuk menghabiskan waktu.”

Reiko kemudian bangun dari posisi tidurnya. “Oh ya, namamu siapa?” tanya Reiko pada yokai yang duduk di sebelahnya. “Apa kau mau bertanding denganku? Kalau kau menang, aku akan melakukan apapun yang kau minta. Tapi jika aku yang menang, kau harus memberikan namamu dan menjadi bawahanku dan ketika hari sudah mulai gelap, maukah kau membangunkanku?”

Youkai itu menatap Reiko sejenak. “Apa tidak apa-apa? Bukannya sebenarnya kau ingin mengajak Souko ke tempat ini?” tanya yokai tersebut.

“Eh? Haha ... aku tidak peduli,” sahut Reiko. “Lagipula tempat ini terlihat sama saja walau aku melihatnya bersama dengan siapapun. Sesuatu yang indah pasti akan selalu terlihat indah. Sesuatu yang membosankan pasti akan selalu menjadi membosankan. Tidak peduli saat itu aku sedang bersama dengan siapa ... bahkan jika aku sendiri.”

***




Natsume masih tetap terdiam sambil menundukkan kepalanya saat mendengar semua perkataan Reiko dari cerita yokai di hadapannya.

“Setelah itu, aku kalah,” lanjut yokai itu bercerita. “Lalu aku menjadi bawahannya. Dan sebagai simbol aku menulis namaku di selembar kertas dan menyerahkannya pada Reiko. Ketika hari mulai gelap, aku kemudian membangunkannya sesuai janji. Dia berterimakasih padaku kemudian pulang. Di sanalah semuanya berakhir. Reiko tidak pernah kembali kesini lagi.”

Ada jeda sebentar sebelum yokai itu kembali berbicara. “Tapi keesokan harinya Souko datang,” ucapnya yang membuat Natsume mengangkat kepalanya kemudian menatap youkai di depannya. “Dia terbatuk-batuk. Sepertinya dia sakit karena hujan dan terkena pengaruh ayakashi di sekitarnya. Aku yakin dia pasti harus beristirahat di tempat tidur selama beberapa hari. Keesokan harinya Souko kembali lagi. Dan hari berikutnya pun ia datang lagi. Aku mencoba untuk berbicara dengannya ...”

***




“Reiko menunggumu beberapa hari yang lalu,” ucap youkai tersebut. “Dia ingin menunjukkanmu sebuah ladang bunga. Tempat itu ... tempat yang sangat indah.

***

“... tapi, suaraku tidak pernah didengar oleh Souko,” lanjut youkai itu bercerita kepada Natsume. “Selama beberapa hari, aku dan Souko duduk berdampingan untuk menunggu Reiko. Setiap hari, aku mencoba berbicara dengannya, tapi suaraku tidak pernah mencapainya. Kemudian musim berganti dan Souko ...,” youkai itu berhenti berbicara, seakan tidak bisa melanjutkan ucapannya.

“Aku tidak pernah bisa mengatakan padanya kalau Reiko juga pernah menunggunya. Tapi kemudian Souko ...”

***




“Aku benar-benar ingin terus menunggu Reiko,” ucap Souko dengan rambutnya yang telah memanjang. “Aku tidak pernah bisa mengatakan padanya apa yang sebenarnya terjadi.”

***




“Tapi karena kau adalah cucunya, mungkin saja ada serpihan Reiko yang hidup di dalam dirimu,” ucap youkai itu menatap Natsume. “Aku tidak mengerti banyak tentang manusia, tapi jika itu benar ... maka aku rasa aku telah berhasil mengatakan semua ini padanya. Haha ... karena aku sudah menuruti permintaanmu, sekarang tolong kembalikan namaku. Tapi jika kau tidak mau, aku akan menunjukkan seberapa hebat kekuatanku. Bermain dengannya membuat jiwaku terikat. Karena orang itu sudah tidak bisa memanggilku, tolong kembalikan namaku, Cucunya-Reiko.”

“Baik,” sahut Natsume. Ia kemudian merobek kertas Yuujinchou dan menggigitnya kemudian bersiul. “Terima kasih banyak, Soranome. Aku kembalikan namamu, terimalah.”




Seperti biasanya, saat mengembalikan nama youkai, kenangan youkai itu masuk ke dalam pikiran Natsume.

“Ah ... semuanya mengalir ke dalam tubuhku. Aku melihat ladang bunga itu, indah sekali,” ucap Natsume dalam hati.

‘Aku terkadang terpengaruhi oleh perasaan makhluk lain di sekitarku. Saat itu, mereka tidak perlu khawatir mengenai apapun. Tapi, saat itu ... saat itu ... aku berpikir mungkin ada bagusnya kalau aku dipengaruhi oleh perasaannya ...’ Natsume dapat mendengar isi hati youkai tersebut.




“Aku berpikir betapa indahnya ladang bunga itu,” pikir Natsume. Saat ia membuka matanya perlahan, ia seperti melihat Reiko ada di hadapannya. “Apa ini mimpi?” tanyanya dalam hati.

“Reiko,” Natsume seperti bisa mendengar suara youkai itu memanggil nama neneknya.




‘Itu mungkin ... mimpi mengenai Reiko-san yang tertidur di ladang bunga, di sebelah Soranome. Itu benar-benar ladang bunga yang sangat indah.’

Setelah namanya kembali, youkai bernama Soranome itu kemudian berpamitan. “Selamat tinggal, manusia. Jaga kesehatanmu.”

Natsume melambaikan tangannya kepada youkai tersebut. Ia kemudian berjalan pulang dengan Nyanko-sensei yang berada di pundaknya. “Aku sudah diberitahu kalau teknik itu adalah teknik terlarang atau semacamnya.”

“Tapi itu dibuat hanya untuk bersenang-senang, Reiko itu benar-benar mengerikan,” komentar Nyanko-sensei.

“Aa ...,” balas Natsume. “Sensei, aku melihat ladang bunga itu. Di sana ada banyak sekali bunga, di sana begitu damai ... dan indah ... sangat.”




Natsume mengusap matanya saat tanpa sadar ia mengeluarkan air mata. “Di sana sangat indah,” ucapnya lagi. “Sensei, aku juga ingin menunjukkannya padamu.”

“Hahh ...” Nyanko-sensei hanya menghela napas melihat Natsume menangis.

‘Tempat itu ... ditutupi sepenuhnya oleh bunga berwarna biru. Itu benar-benar tempat yang sangat indah.’

***

Jadi, beginilah asal mula kenapa Reiko ngumpulin nama youkai. Dia cuma iseng --“
Oiya, terima kasih banyak untuk EimiJ7 atas translasi Bahasa Inggrisnya ^^

4 comments:

Anonymous said...

Hai kak '-')/ Mau tanya, kakak punya akun di website otakumole.ch?

Unknown said...

Iyaaa, punya hehe 😊😊

Anonymous said...

Ih asyik dong ^_^)
Tapi kok sekarang form bikin akunnya didisable yah T_T)
Ada cara kah supaya bisa bikin akunnya di waktu sekarang Kak? '-')?

Unknown said...

Wah saya baru sadar kalo register nya ditutup setelah baca komen kamu 😣
Aduhh, maaf ya saya gak tau juga gimana cara buat akunnya sekarang 😥😥

Post a Comment

 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review