Pengarang:
Midorikawa Yuki
Majalah:
Lala
Penerbit:
Hakusensha
Bulan
Terbit: Juni 2017
“Di
kota sebelah ada gadis bernama Natsume Reiko yang katanya sangat kasar. Mereka
mengatakan kalau aku tidak boleh sering pergi ke sana,” ucap Souko melanjutkan
ceritanya.
Duduk
di sebelahnya, Reiko hanya menanggapi biasa. “Hehh ...”
“Gadis
itu mengatakan sesuatu yang menyeramkan, berkelahi dengan laki-laki, dan ada
banyak orang yang terluka di sekitarnya,” lanjut Souko. “Aku belum pernah ke
kota sebelah, tapi aku pikir kalau kau tinggal di sana. Aku tidak ingin sesuatu
terjadi padamu, jadi aku memberitahumu apa yang aku dengar.”
Di
tengah hembusan angin yang menerbangkan rambutnya, Reiko melirik Souko sekilas.
“Begitu ya ...”
Sedangkan
yokai besar berbulu putih itu masih terus mengintip interaksi dua gadis itu
dari semak-semak.
Reiko
menarik napas panjang kemudian menoleh ke arah Souko. “Hei, Souko, namaku–”
“Ah!”
potong Souko. “Ini pertama kalinya kau memanggilku dengan namaku,” lanjut Souko
tersenyum gembira.
“Benarkah?
Aku rasa aku pernah memanggilmu dengan namamu saat kau memberikanku permen,”
balas Reiko.
“Haha
... sepertinya kau sedang berbicara dengan dirimu sendiri saat itu,” komentar
Souko.
Kratak!
Tiba-tiba
saja terdengar suara berisik di hadapan mereka. Mendadak ada sebatang pohon
yang tiba-tiba terbelah. Souko kaget melihatnya sedangkan Reiko dapat melihat
kalau itu adalah ulah youkai.
“Wahh
... mengagetkanku saja. Pohon tua itu tiba-tiba saja hancur,” ucap Souko.
Kedua
gadis itu kemudian berdiri dari posisi duduknya. “Ayo pergi ke tempat lain
sebentar,” ajak Reiko sambil menarik salah satu tangan Souko. Reiko melirik
tangan Souko yang ia pegang. “Jarimu memerah. Apa yang terjadi? Apa kau
terluka?” tanyanya.
“Eh?
Itu bukan apa-apa, hanya masalah kecil,” sahut Souko.
“Oh
begitu?” balas Reiko. “Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Pulanglah
sekarang,” ucapnya saat melihat langit mendung di atasnya.
“Ya,
baiklah,” sahut Souko. Kemudian mereka berdua berpisah dengan Souko yang
melambaikan tangannya ke arah Reiko. Sedangkan Reiko hanya diam berdiri dengan
yokai besar putih yang berada di belakangnya.
“Oh
sial! Padahal aku baru saja berpikir akan memberikan namaku,” geram Reiko.
Youkai
yang berdiri di belakang Reiko diam sebentar sebelum berbicara, “Tapi bukannya
kau masih di tengah-tengah pertandingan?” tanyanya.
Reiko
menatap langit menerawang. “Apa itu penting?” tanya Reiko.
“Mungkin.
Aku tidak tahu apapun mengenai manusia,” sahut youkai itu.
“Oh
begitu.”
***
Natsume
masih setia mendengarkan cerita yokai di hadapannya. Ia terus memegang
Yuujinchou di pangkuannnya dengan raut muka yang sulit dibaca.
“Lalu
keesokan harinya ...,” lanjut youkai itu bercerita.
***
“Boleh
aku tentukan pertandingan kita hari ini?” tanya Souko.
“Ya,
tapi ... sepertinya sebentar lagi akan hujan, sebaiknya kita melakukan pertandingan
yang cepat saja,” sahut Reiko.
“Oh,
baguslah. Apa kau ingat pertandingan pertama kita?” tanya Souko. “Di mana kita
harus melempar batu ke arah bongkahan segitiga di batu besar itu. Aku ingin mencobanya
sekali lagi,” lanjut Souko sambil menunjuk batu besar di dekat mereka.
“Ya,
boleh. Tapi apa kau yakin melakukan ini? Terakhir kali kau bahkan tidak bisa
mengenai batu besarnya.”
“Lihat
saja! Aku akan mengenainya,” sahut Souko yang membuat Reiko sedikit tertegun.
“Baiklah,
aku yang pertama,” putus Souko sambil memungut batu kecil di dekat kakinya. Ia
meremas batu itu sebentar sebelum akhirnya melempar batu itu ke arah batu
besar. “Hiyaa ...”
Reiko
kaget saat melihat batu lemparan Souko berhasil mengenai bongkahan berbentuk
segitiga di batu besar itu.
“Aku
berhasil mengenainya! Yai!” pekik Souko senang. Mata Reiko malah memperhatikan
jari tangan Souko yang terlihat kemerahan dan tergores.
Yokai
putih yang sejak tadi berada di dekat mereka kemudian berbicara. “Setiap hari
setelah kalian berpisah, Souko selalu berlatih melempar batu ke arah batu besar
itu,” jelas yokai itu dari belakang Reiko. “Sepertinya dia benar-benar ingin
mengetahui namamu dan juga ingin dekat denganmu.”
Reiko
terdiam sejenak. “Mungkin sekarang ... bukan apa-apa, aku suka gadis itu tapi
... jika dia tahu tentangku, sikapnya akan berubah, aku pikir dia akan sama
seperti yang lain, jadi untuk sekarang ...,” bisik Reiko kepada yokai tersebut.
“Apa
kau akan sengaja kalah?” sela yokai tersebut. Ditanya seperti itu, Reiko hanya
diam berpikir.
“Ah,
maaf, aku melakukannya dengan baik, sekarang giliranmu,” ucap Souko tak jauh
dari tempat Reiko.
“Ya
...,” Reiko kemudian memungut satu batu kecil di dekatnya.
Tapi
saat akan melempar batunya, tiba-tiba saja ada dua yokai yang sengaja berteriak
ke arah Reiko sehingga membuatnya kaget. Karena itu, lemparannya menjadi
meleset dan tidak berhasil mengenai batu besar tersebut. Dua yokai kecil yang
barusan menakut-nakuti Reiko tertawa kecil di dekat yokai besar.
Sedangkan
Souko seakan tidak percaya saat melihat Reiko tidak berhasil mengenai batu
besar tersebut. “Ka-kau meleset? Jadi aku menang?” tanyanya masih tidak
percaya. “Yei, akhirnya aku menang, maukah kau memberitahukanku siapa namamu?
Aku ... ingin menjadi temanmu,” lanjut Souko dengan wajah serius.
Reiko
sejenak tertegun mendengar kalimat Souko. “Namaku Reiko. Natsume Reiko,” sahut
Reiko akhirnya.
“Kau
Natsume ... Reiko?” ucap Souko kaget. Matanya melebar sambil terus menatap
Reiko.
Tiba-tiba
saja dari belakang Souko ada yokai yang ingin menarik gadis itu. Reiko menatap
yokai itu sambil berteriak kencang, “Pergi dari sini!”
Setelah
melihat yokai itu pergi barulah Reiko kembali berbicara kepada Souko. “Kau
terlihat pucat. Hujan sudah mulai turun, sebaiknya kau pulang sekarang.”
“Eh
... ah ...” Souko seakan-akan tidak bisa berbicara, dia masih kaget.
“Pulanglah,”
ucap Reiko lagi.
“Maafkan
aku,” balas Souko kemudian pergi dari sana saat hujan gerimis mulai turun.
***
Natsume
masih diam sambil terus mendengarkan yokai putih itu bercerita mengenai
neneknya.
“Aku
pikir Reiko tidak akan datang lagi kemari,” ucap yokai itu. “Tapi ... ternyata yang
tidak datang adalah Souko. Aku pikir pasti ada sebab kenapa ia tidak datang.
Tapi lagi-lagi keesokan harinya ... Souko tidak datang.”
***
“Yah
... mau bagaimana lagi ...,” ucap Reiko sambil duduk di tangga batu itu seorang
diri.
Tiba-tiba
saja yokai besar berbulu putih itu duduk di sebelah Reiko sambil menangis.
“Kenapa
kau menangis?” tanya Reiko. “Dasar youkai aneh,” tambahnya sambil tertawa
kecil. “Yah ... tidak apa-apa kok,” ucap Reiko agar youkai itu berhenti
menangis.
Reiko
kemudian berdiri dan mulai berjalan ke suatu tempat.
‘Agar aku tidak bosan, akhirnya aku
mengikutinya.’
Hingga
akhirnya mereka sampai di sebuah ladang bunga yang sangat indah.
‘Oh tempat ini ... aku yakin ini
...’
Reiko
kemudian merebahkan tubuhnya di ladang itu sambil menutup matanya. Sedangkan
youkai itu berdiri di sebelah Reiko.
“Ketika
hari mulai gelap, maukah kau membangunkanku?” tanya Reiko.
“Aku
tidak punya kewajiban untuk melakukan itu,” sahut yokai besar tersebut.
“Haha
... kurasa kau benar,” balas Reiko. “Aku tahu dia akan berhenti datang kemari
suatu hari nanti. Tapi saat bersamanya cukup menyenangkan. Walaupun
pertandingannya menyenangkan tapi nyatanya pertandingan itu hanyalah hal yang
dilakukan untuk menghabiskan waktu.”
Reiko
kemudian bangun dari posisi tidurnya. “Oh ya, namamu siapa?” tanya Reiko pada
yokai yang duduk di sebelahnya. “Apa kau mau bertanding denganku? Kalau kau
menang, aku akan melakukan apapun yang kau minta. Tapi jika aku yang menang,
kau harus memberikan namamu dan menjadi bawahanku dan ketika hari sudah mulai
gelap, maukah kau membangunkanku?”
Youkai
itu menatap Reiko sejenak. “Apa tidak apa-apa? Bukannya sebenarnya kau ingin
mengajak Souko ke tempat ini?” tanya yokai tersebut.
“Eh?
Haha ... aku tidak peduli,” sahut Reiko. “Lagipula tempat ini terlihat sama
saja walau aku melihatnya bersama dengan siapapun. Sesuatu yang indah pasti
akan selalu terlihat indah. Sesuatu yang membosankan pasti akan selalu menjadi
membosankan. Tidak peduli saat itu aku sedang bersama dengan siapa ... bahkan
jika aku sendiri.”
***
Natsume
masih tetap terdiam sambil menundukkan kepalanya saat mendengar semua perkataan
Reiko dari cerita yokai di hadapannya.
“Setelah
itu, aku kalah,” lanjut yokai itu bercerita. “Lalu aku menjadi bawahannya. Dan
sebagai simbol aku menulis namaku di selembar kertas dan menyerahkannya pada
Reiko. Ketika hari mulai gelap, aku kemudian membangunkannya sesuai janji. Dia berterimakasih
padaku kemudian pulang. Di sanalah semuanya berakhir. Reiko tidak pernah
kembali kesini lagi.”
Ada
jeda sebentar sebelum yokai itu kembali berbicara. “Tapi keesokan harinya Souko
datang,” ucapnya yang membuat Natsume mengangkat kepalanya kemudian menatap
youkai di depannya. “Dia terbatuk-batuk. Sepertinya dia sakit karena hujan dan
terkena pengaruh ayakashi di sekitarnya. Aku yakin dia pasti harus beristirahat
di tempat tidur selama beberapa hari. Keesokan harinya Souko kembali lagi. Dan
hari berikutnya pun ia datang lagi. Aku mencoba untuk berbicara dengannya ...”
***
“Reiko
menunggumu beberapa hari yang lalu,” ucap youkai tersebut. “Dia ingin
menunjukkanmu sebuah ladang bunga. Tempat itu ... tempat yang sangat indah.
***
“...
tapi, suaraku tidak pernah didengar oleh Souko,” lanjut youkai itu bercerita
kepada Natsume. “Selama beberapa hari, aku dan Souko duduk berdampingan untuk
menunggu Reiko. Setiap hari, aku mencoba berbicara dengannya, tapi suaraku
tidak pernah mencapainya. Kemudian musim berganti dan Souko ...,” youkai itu
berhenti berbicara, seakan tidak bisa melanjutkan ucapannya.
“Aku
tidak pernah bisa mengatakan padanya kalau Reiko juga pernah menunggunya. Tapi
kemudian Souko ...”
***
“Aku
benar-benar ingin terus menunggu Reiko,” ucap Souko dengan rambutnya yang telah
memanjang. “Aku tidak pernah bisa mengatakan padanya apa yang sebenarnya terjadi.”
***
“Tapi
karena kau adalah cucunya, mungkin saja ada serpihan Reiko yang hidup di dalam
dirimu,” ucap youkai itu menatap Natsume. “Aku tidak mengerti banyak tentang
manusia, tapi jika itu benar ... maka aku rasa aku telah berhasil mengatakan semua
ini padanya. Haha ... karena aku sudah menuruti permintaanmu, sekarang tolong
kembalikan namaku. Tapi jika kau tidak mau, aku akan menunjukkan seberapa hebat
kekuatanku. Bermain dengannya membuat jiwaku terikat. Karena orang itu sudah
tidak bisa memanggilku, tolong kembalikan namaku, Cucunya-Reiko.”
“Baik,”
sahut Natsume. Ia kemudian merobek kertas Yuujinchou dan menggigitnya kemudian
bersiul. “Terima kasih banyak, Soranome. Aku kembalikan namamu, terimalah.”
Seperti
biasanya, saat mengembalikan nama youkai, kenangan youkai itu masuk ke dalam
pikiran Natsume.
“Ah
... semuanya mengalir ke dalam tubuhku. Aku melihat ladang bunga itu, indah
sekali,” ucap Natsume dalam hati.
‘Aku terkadang terpengaruhi oleh
perasaan makhluk lain di sekitarku. Saat itu, mereka tidak perlu khawatir
mengenai apapun. Tapi, saat itu ... saat itu ... aku berpikir mungkin ada
bagusnya kalau aku dipengaruhi oleh perasaannya ...’
Natsume dapat mendengar isi hati youkai tersebut.
“Aku
berpikir betapa indahnya ladang bunga itu,” pikir Natsume. Saat ia membuka
matanya perlahan, ia seperti melihat Reiko ada di hadapannya. “Apa ini mimpi?”
tanyanya dalam hati.
“Reiko,”
Natsume seperti bisa mendengar suara youkai itu memanggil nama neneknya.
‘Itu mungkin ... mimpi mengenai
Reiko-san yang tertidur di ladang bunga, di sebelah Soranome. Itu benar-benar
ladang bunga yang sangat indah.’
Setelah
namanya kembali, youkai bernama Soranome itu kemudian berpamitan. “Selamat
tinggal, manusia. Jaga kesehatanmu.”
Natsume
melambaikan tangannya kepada youkai tersebut. Ia kemudian berjalan pulang
dengan Nyanko-sensei yang berada di pundaknya. “Aku sudah diberitahu kalau
teknik itu adalah teknik terlarang atau semacamnya.”
“Tapi
itu dibuat hanya untuk bersenang-senang, Reiko itu benar-benar mengerikan,”
komentar Nyanko-sensei.
“Aa
...,” balas Natsume. “Sensei, aku melihat ladang bunga itu. Di sana ada banyak
sekali bunga, di sana begitu damai ... dan indah ... sangat.”
Natsume
mengusap matanya saat tanpa sadar ia mengeluarkan air mata. “Di sana sangat
indah,” ucapnya lagi. “Sensei, aku juga ingin menunjukkannya padamu.”
“Hahh
...” Nyanko-sensei hanya menghela napas melihat Natsume menangis.
‘Tempat itu ... ditutupi sepenuhnya
oleh bunga berwarna biru. Itu benar-benar tempat yang sangat indah.’
***
Jadi,
beginilah asal mula kenapa Reiko ngumpulin nama youkai. Dia cuma iseng --“
Oiya,
terima kasih banyak untuk EimiJ7 atas translasi Bahasa Inggrisnya ^^
4 comments:
Hai kak '-')/ Mau tanya, kakak punya akun di website otakumole.ch?
Iyaaa, punya hehe 😊😊
Ih asyik dong ^_^)
Tapi kok sekarang form bikin akunnya didisable yah T_T)
Ada cara kah supaya bisa bikin akunnya di waktu sekarang Kak? '-')?
Wah saya baru sadar kalo register nya ditutup setelah baca komen kamu 😣
Aduhh, maaf ya saya gak tau juga gimana cara buat akunnya sekarang 😥😥
Post a Comment