Pengarang:
Midorikawa Yuki
Majalah:
Lala
Penerbit:
Hakusensha
Bulan
Terbit: Juli 2017
“Wah,
hujan mulai turun,” ucap Natsume. Saat ini, ia dan Nyanko-sensei sedang berada
di luar rumah. “Ayo kita berteduh di stasiun itu, Sensei,” lanjut Natsume
sambil berjalan ke arah sebuah bangunan dengan Nyanko-sensei yang berada di
pelukannya.
“Stasiun?
Di tempat seperti ini?” komentar Nyanko-sensei.
“Stasiun
ini sudah ditinggalkan,” balas Natsume. “Nishimura mengatakan ada banyak
stasiun yang tersisa di sekitar sini.” Natsume kemudian masuk ke dalamnya
sambil melongokkan kepalanya. Matanya menangkap siluet seseorang yang sedang
duduk di dalamnya.
‘Ada orang di sini.’
Saat
ia masuk lebih dalam, barulah Natsume sadar siapa orang itu.
“Matoba-san?!”
pekik Natsume kaget. Sedangkan Nyanko-sensei hanya mendecih melihat laki-laki
berambut panjang itu.
“Oya?
Bukannya ini Natsume-kun? Kita bertemu di tempat yang tidak biasa,” ucap
Matoba. “Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?”
“Aku
hanya berteduh dari hujan,” sahut Natsume.
“Haha
... tapi sepertinya hujan turun semakin deras sekarang. Lebih baik kalau kau
diam di sini sebentar. Lagipula aku sedang bosan, kenapa kita tidak berbincang
sebentar?” tawar Matoba tersenyum.
Natsume
menoleh ke arah Matoba. “Sayang sekali, aku tidak punya waktu untuk–”
Cip!
Cip! Cip! Cip!
Natsume
menghentikan perkataannya saat mendengar suara itu.
“Suara
itu seperti suara ... burung?” ucap Natsume tidak yakin. “Apa yang terbungkus
itu sangkar burung?” tanya Natsume sambil melihat benda yang berada di sebelah
Matoba. “Suaranya indah.” Natsume kemudian mendekati benda itu. “Aku tidak
menyangkanya. Apa kau menyukai burung, Matoba-san?”
Matoba
menoleh ke arah Natsume sambil tersenyum misterius. “Bukan burung yang berada
di sana.”
“Eh?”
“Aku
baru saja datang dan menangkapnya. Dia adalah ayakashi yang sangat jahat,” ucap
Matoba melirik bungkusan itu.
Natsume
tertegun sejenak tapi setelah mendengar suara burung itu lagi, Natsume mulai
mencurigai laki-laki di hadapannya itu.
“Tolong
jangan mencurigaiku,” ucap Matoba mendesah. “Aku sedang tidak mencoba untuk mempermainkanmu.”
“Oh
ya, ini kue yang disajikan di tempat aku melakukan pekerjaanku tadi. Rasanya
enak jadi aku membawanya,” ucap Matoba sambil menyerahkan bungkusan kue itu
kepada Natsume dan Nyanko-sensei yang langsung ditolak oleh Natsume. “Ini tidak
beracun atau semacamnya kok,” ucap Matoba lagi.
“Aku
pergi,” putus Natsume.
Saat
Natsume akan berbalik pergi, Matoba kembali membuka suaranya. “Jangan berkata
seperti itu. Sebenarnya kau tertarik dengan apa yang ada di dalam sini, kan?”
tanya Matoba mengerling ke arah bungkusan di sebelahnya. “Kau tahu, sudah sejak
lama aku berhutang budi pada sebuah keluarga tua. Selama setahun mereka merasa
tidak sehat, jadi mereka memintaku untuk datang dan melihat rumah mereka,”
jelasnya sambil membuka bungkusan kue di tangannya.
“Ketika
aku memeriksanya, suasananya sangat buruk. Tapi ketika aku berkeliling di dalam
rumah, tidak ada tanda-tanda kehadiran youkai. Lalu aku melihat ke kebunnya, di
sana ada pohon holly aneh dengan daunnya yang lebat. Ada suara burung terdengar
di antara dedaunannya.”
Ucapan
Matoba dijeda oleh suara burung dari bungkusan besar yang ada di sebelahnya.
“Di
rumah itu tinggal suami istri tua. Mereka sangat menyukai suara burung itu,
jadi mereka membuat tempat pakan burung. Di sana mereka meletakkan buah dan air
setiap hari. Tapi mereka sadar walaupun makanannya selalu menghilang ...”
Matoba
menjeda ucapannya sambil mengigit kue di tangannya.
“...
mereka tidak pernah melihat burung itu sekali pun,” lanjut Matoba sambil
melirik ke arah Natsume dengan senyum sinisnya. “Ayakashi itu punya kekuatan
untuk meniru suara burung sehingga ia bisa mendapatkan makanan. Dulu, suara
indah itu mampu menarik perhatian ayakashi yang kuat. Bahkan sering menarik
perhatian ayakashi yang tamak. Jadi aku menariknya keluar dari pohon holly itu
dan menangkapnya.”
Natsume
kemudian mendekati bungkusan besar itu. “Jadi, ayakashi yang ada di balik kain
itu ...”
“Yaa
...”
Nyanko-sensei
memicingkan matanya menatap bungkusan itu kemudian menatap Matoba serius. “Apa
kau yakin? Bukannya itu hanya burung biasa? Rasanya aneh saat kau mengatakan
kalau di dalam sana ada ayakashi. Bukannya kau hanya ingin menipu Natsume?”
tanyanya.
“Sensei?”
heran Natsume.
Matoba
tertawa mendengarnya. “Hahaha ... kau mengatakan hal yang menarik, Neko-san.”
“Aku
tidak pernah melihat ayakashi yang menipu manusia dengan meniru burung, tapi
aku tahu satu ayakashi yang bernama Hitokubi yang aku dengar memiliki watak
yang buruk,” balas Nyanko-sensei. “Aku memang merasakan hawa aneh sebentar,
tapi aku hanya bisa merasakan hawa burung dari sangkar itu. Jika kau
benar-benar menangkap Hitokubi, itu adalah sesuatu yang berbahaya lalu kenapa
kau sendirian di tempat ini?” selidik Nyanko-sensei. (Hitokubi = kepala
manusia)
Tapi
tiba-tiba saja Nyanko-sensei terlihat terkejut. “Ha!”
“Sensei?”
tanya Natsume.
‘Tapi itu benar, Matoba-san bahkan
tidak membawa satu orang pun bersamanya. Kenapa dia sendiri? Dan juga sejak
awal ...’ pikir Natsume.
‘Kenapa dia di sini? Kenapa dia
berada di stasiun kereta api kosong yang sudah ditinggalkan ini? Apa dia ...
benar-benar Matoba-san?’ Natsume kemudian memperhatikan
Matoba yang sedang tersenyum misterius.
‘Apa benar burung yang ada di dalam
sangkar itu? Atau ayakashi? Kenapa aku merasa burung itu memanggilku terus
menerus?’
Matoba
tiba-tiba tertawa kecil. “Haha ... dia benar-benar jahat, jadi aku perlu melenyapkannya.
Akan lebih baik jika kau tidak melihatnya. Tapi aku akan membuat pengecualian
dan membiarkanmu melihatnya. Dia pintar dalam meniru suara. Menurutmu kenapa
dia dipanggil Hitokubi? Itu karena bentuk yang dimilikinya.”
Tiba-tiba
saja dari bungkusan itu terlihat mata yang membuat Natsume kaget. Dan kemudian
terdengar suara berisik dari stasiun itu.
Lampu
di stasiun itu tiba-tiba saja menyala sehingga membuat Natsume bingung.
‘Padahal ini kan stasiun yang sudah
tidak digunakan, kenapa lampunya menyala?’
“Sensei?”
panggil Natsume.
Nyanko-sensei
memasang wajah serius. “Ini buruk. Ada sesuatu yang buruk datang ke sini.”
“Eh?”
Matoba
melihat ke atas. “Jadi dia datang ya?” Matoba tiba-tiba mengambil selembar kain
dan menutupi Natsume dengan kain itu. “Sstt ... diamlah. Sembunyi di balik kain
ini, tutup matamu, dan jangan bergerak,” perintah Matoba pada Natsume.
“Eh?”
Natsume diam-diam melirik ke arah jendela.
‘Ada sesuatu di sini.’
Dari
tempatnya bersembunyi, Natsume dapat melihat sosok besar ayakashi yang berada
di luar stasiun.
‘Ada sesuatu di luar stasiun ...’
Natsume
kemudian menutup matanya dan diam tidak bergerak sesuai yang diperintahkan
Matoba padanya. Dia dapat mendengar suara burung dari luar. Suara burung itu
perlahan mulai berubah menjadi suara teriakan, kemudian menjadi jeritan dan
tiba-tiba hening.
“Sudah
tidak apa-apa sekarang, Natsume-kun,” ucap Matoba. Mendengar hal itu, Natsume
kemudian membuka matanya dan dapat melihat Matoba yang tersenyum ke arahnya.
Natsume
kemudian menoleh ke arah kursi yang semula diduduki oleh Matoba.
‘Sangkar burungnya tidak ada.’
“Saat
hujan seperti ini, tanpa alasan yang jelas, ayakashi yang kuat suka melewati
stasiun terbuang ini. Dia tidak datang ke dalam stasiun tapi ... jika kau berkeliaran
di tempat ini saat hujan, kau bisa dimakannya jadi berhati-hatilah,” ucap
Matoba.
Natsume
berdiri dan menyingkirkan kain dari kepalanya. “Di mana ayakashi yang semula
ada di sangkar burung itu? Apa di sangkar itu benar-benar ada ayakashi?”
tanyanya.
“Ya,
suara dan hawa keberadaannya mampu menipu youkai bahkan yang sekuat Neko-san.
Karena alasan itu, melenyapkannya benar-benar menyusahkan. Karena itu aku
membawanya bersamaku ke sini,” sahut Matoba tersenyum.
Nyanko-sensei
menatap Matoba dengan pandangan tidak suka.
‘Karena itu aku membawanya
bersamaku.’
‘Tidak, mungkin saja Hitokubi,
ayakashi itu ... dan ayakashi raksasa yang tadi ...’
“Terima
kasih banyak,” ucap Natsume setelah ia berdiam cukup lama.
“Eh?
Aa ... kelihatannya tempat ini menjadi lebih terang. Hujannya mungkin akan
segera berhenti. Aku ingin mencari tempat untuk berbincang denganmu, tapi ...
aku punya banyak pekerjaan yang harus aku lakukan setelah ini, jadi aku akan
menunggu kesempatan lain.”
“Matoba-san,”
panggil Natsume. “Kau datang kesini sendirian, apa karena kau tidak ingin
seseorang dari klanmu terlibat dalam bahaya?”
“Aku
sengaja melakukan tindakan ceroboh tadi, aku tidak mau mereka tahu mengenai hal
ini,” sahut Matoba.
Matoba
kemudian berjalan menuju pintu keluar stasiun. “Sampai jumpa,” ucapnya.
“Aa
...,” balas Natsume.
“Kejadian
hari ini sebaiknya dirahasiakan.”
***
Saya
puas banget ngeliat ketampanan Matoba di chapter ini. Sayangnya chapter ini cuma
chapter spesial jadi panjangnya pun cuma 16 hlm padahal yang chapter biasa bisa
sampe 30 hlm lebih. Tapi gak apa-apa, soalnya Matoba banyak senyum-senyum
ganteng di sini wkwk xD
Dan
juga terima kasih banyak untuk EimiJ7 atas translasi Bahasa Inggrisnya ^^
0 comments:
Post a Comment