Pengarang:
Midorikawa Yuki
Majalah:
Lala
Penerbit:
Hakusensha
Bulan
Terbit: Maret 2017
Sore
itu di sekolah, salah satu teman Nishimura memintanya untuk memindahkan
beberapa barang ke gudang yang ada di belakang sekolah. Di tengah jalan, ia
tiba-tiba melihat Natsume bersama dengan seekor gagak. Gagak itu terlihat
terbang di hadapan Natsume sambil mengeluarkan suara khas burung gagak.
“Oh?
Natsume, apa yang sedang–” Ucapan Nishimura terhenti saat ia malah melihat
Natsume berlari mengejar gagak yang tiba-tiba saja pergi menjauh. Nishimura
akhirnya berjalan ke arah tempat dimana Natsume semula berdiri. Laki-laki yang
tidak lebih tinggi dari Natsume itu kemudian berjongkok saat melihat sesuatu di
atas tanah.
“Hm
... apa ini? Batang kecil? Eh? Tapi ini terlihatseperti ...,” ucap Nishimura
sambil memungut benda kurus kecil itu dari tanah.
“JARI?!”
pekik Nishimura kaget. “Mungkin ini boneka atau sesuatu yang lain. Menyeramkan
...,” tambahnya. “Ah ... mungkin Natsume yang baru saja menjatuhkannya tadi.”
Tiba-tiba
saja ada satu temannya yang berteriak dari lantai dua gedung sekolah. “Hei,
Nishimura, Ooki-sensei mencarimu.”
Seketika
itu juga Nishimura terkesiap. “Oh iya! Lembar pekerjaan rumahnya!” pekiknya
seakan ingat akan tugasnya yang lain.
***
“Aku
pulang,” ucap Nishimura begitu sampai di rumahnya. Laki-laki itu segera
merebahkan dirinya di atas tempat tidur. “Hahh ... kenapa hanya aku yang
disuruh untuk mengerjakan banyak tugas?” desahnya. “Lelahnya ...”
Tiba-tiba
saja ia merasakan sakit di dekat dadanya karena ada sesuatu yang menusuknya.
“Ah, ya ampun aku melupakannya,” ucapnya sambil mendudukan diri kemudian
mengambil benda seperti jari yang ada di kantong bajunya.
Nishimura
menggenggam benda berbentuk jari itu. “Ini menyeramkan, tapi jika ini sesuatu
yang dijatuhkan Natsume ... hm, baiklah, aku akan menelponnya.”
Tok!
Tok!
“WAHH?”
kaget Nishimura karena ada tangan yang tiba-tiba mengetuk jendelanya dari luar.
“Na-Natsume?!”
Nishimura kembali terkaget karena
melihat temannyalah yang mengetuk jendelanya.
Nishimura
segera membuka jendelanya. “Apa yang kau lakukan? Ini kan lantai dua. Bukannya
ini bahaya?”
Sedangkan
lawan bicara Nishimura hanya tertawa kecil. “Hehe.”
“Apa
yang kau lakukan malam-malam begini? Apa ada sesuatu yang mendesak?” tanya
Nishimura beruntun. “Ah iya, apa kau menjatuhkan sesuatu di belakang sekolah,
Natsume? Karena aku menemukan ini di sana,” tambah Nishimura sambil menunjukkan
benda berbentuk jari itu ke arah Natsume.
Wajah
Natsume seketika tampak aneh saat melihat benda itu dan membuat Nishimura
terdiam sejenak.
“Jadi
ini benar-benar punyamu? Apa ini penting?” tanya Nishimura.
“Aa,”
sahut Natsume. “Ahh baiklah, sebenarnya ...”
“Hm?”
“Bisakah
kau menyimpan benda itu untuk sementara waktu?” tanya Natsume tiba-tiba.
“Eh?”
“Dan
tolong jangan beritahu siapapun kalau kau telah memungutnya,” tambah Natsume
sambil tersenyum misterius.
Hal
itu tentu membuat Nishimura keheranan. “Kenapa?”
Sedangkan
Natsume hanya tersenyum kecil. “Bukan apa-apa. Sampai jumpa,” ucap Natsume
sambil turun ke bawah. “Ini rahasia antara kita berdua.”
***
Keesokan
harinya Nishimura sedang berjalan di koridor sekolah dengan temannya yang
berkacamata. ‘Awalnya, Natsume itu
sedikit misterius,’ pikirnya. ‘Ketika
aku bertemu dengannya tadi malam, dia lagi-lagi menjadi orang yang tidak bisa
kubaca.’
“Ada
apa, Nishimura?” tanya temannya yang berkacamata.
“Bukan
apa-apa. Ada sesuatu yang menarik terjadi kemarin malam,” sahut Nishimura.
“Sesuatu
yang menarik?”
Nishimura
membekap mulutnya tiba-tiba saat melihat Natsume berjalan ke arahnya. “Ah,
bukan apa-apa,” balasnya.
Saat
Natsume berpapasan dengannya, Nishimura tersenyum menatapnya sambil memperlihatkan
jempolnya yang membuat Natsume menjadi bingung.
“Hehehe
...,” tawa kecil Nishimura.
‘Ah
... mungkin memiliki rahasia adalah sesuatu yang menyenangkan.’
Nantinya
saat Nishimura berkumpul dengan Natsume, Tanuma, dan Kinamoto. Nishimura
diam-diam memperhatikan Natsume yang bersikap seperti biasanya. ‘Natsume bersikap seperti dirinya yang
biasa. Akulah satu-satunya yang gugup,’ pikirnya.
‘Natsume itu ... benar-benar pintar
menyembunyikan sesuatu yaa ...’
Malamnya
saat Nishimura sedang bersantai di kamarnya.
Tok!
Tok!
“Hm?”
Jendelanya
kembali diketuk dari luar.
“WAHH?
Natsume?!” lagi-lagi Nishimura kaget melihat laki-laki itu muncul di luar
jendela kamarnya.
“A-apa?”
tanyanya sambil membuka jendela kamarnya.
Natsume
tersenyum. “Hehe ... aku datang untuk melihat keadaanmu. Apa benda itu aman?”
“Eh?
Iya,” sahut Nishimura kemudian mengambil sebuah kotak. “Aku memasukkannya ke
dalam kotak ini.”
“Perlihatkan
padaku,” ucap Natsume.
Dari
kotak itu Nishimura mengeluarkan benda berbentuk jari dan memperlihatkannya ke
arah Natsume. “Lihat? Apa kau akan mengambilnya?”
“Tidak,
belum,” sahut Natsume. “Kalau begitu sampai jumpa,” tambahnya sambil tersenyum.
“Natsume?!”
panggil Nishimura heran saat melihat laki-laki itu meloncat ke tanah tapi
Natsume tidak menghiraukannya dan berjalan menjauhi rumah Nishimura. ‘Ada apa dengannya?’ gumam Nishimura.
Keesokan
harinya di sekolah, Natsume bertingkah seperti biasa.
‘Dia memang cukup sulit dipahami
... dia laki-laki yang misterius.’
Kemudian
malam harinya, Natsume kembali mendatangi Nishimura setelah mengetuk jendelanya
seperti malam-malam sebelumnya.
“Apa
itu aman? Perlihatkan padaku,” ucap Natsume.
Nishimura
memperlihatkan benda berbentuk jari itu kepada Natsume. “Lihat? Kalau kau
begitu mengkhawatirkannya, kenapa kau tidak membawanya saja?”
“Hehe
... belum saatnya,” sahut Natsume.
“Oh
iya, kalau kau akan datang setiap sore kemari, lebih baik kau datang lewat
pintu depan. Apa yang sedang kau lakukan ini berbahaya,” saran Nishimura
melihat Natsume selalu menaiki atap rumahnya. “Dan jika kau begitu
mengkhawatirkan benda ini, aku bisa membawanya diam-diam ke sekolah agar kau
bisa melihatnya, kan?”
Natsume
menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak menyetujui usul Nishimura.
“Kau
benar-benar aneh. Memangnya ini apa?” tanya Nishimura sambil memperhatikan
benda yang ada di tangannya.
“Menurutmu
apa?” tanya Natsume balik.
“Ini
... jari boneka?” sahut Nishimura tidak yakin.
“Aa,”
balas Natsume tersenyum.
“Ini
bahkan memiliki kuku,” ucap Nishimura. “Dan jika aku melihat baik-baik ... ini
dingin dan sedikit berat ... ini mungkin sudah lama. Ini tidak terlalu kotor,
bahkan terlihat sangat cantik. Aku yakin ini sesuatu yang sangat berharga,”
tambah Nishimura panjang lebar.
Natsume
hanya memperhatikan benda itu dengan tatapan yang aneh sambil mendengarkan
deskripsi Nishimura.
“Yahh
... karena kau sangat memperdulikannya, pasti ini benda yang penting untukmu,
Natsume,” ucap Nishimura sambil menoleh ke arah Natsume.
“Begitulah,”
sahut Natsume tersenyum. “Sampai jumpa.”
Nishimura
segera mendekatkan dirinya ke arah jendela. “Eh? Kau sudah mau pulang?”
tanyanya. “Kau tahu ... karena kau sudah susah-susah datang ke sini, kenapa
tidak masuk sebentar?”
Natsume
segera menggelengkan kepalanya kemudian turun ke bawah.
‘Kejadian ini terus berlangsung
selama beberapa hari. Selama itu, aku selalu menghabiskan malam seperti ini
dengan Natsume. Tapi apa itu benar-benar terjadi? Ini mulai terasa seperti tiap
hari adalah kelanjutan dari mimpi yang sama. Saat itu Natsume rasanya ...’
Seperti
malam biasanya, Natsume mendatangi Nishimura. “Apa itu aman? Perlihatkan
padaku.”
“Tentu,”
sahut Nishimura seperti biasanya. Nishimura sedikit kaget saat Natsume
tiba-tiba saja bersenandung.
“Tumben.
Kau bersenandung, Natsume,” ucap Nishimura.
“Hehe
... lagu ini sering dinyanyikan untukku,” sahut Natsume.
Nishimura
semakin tertarik. “Oleh siapa? Touko-san?”
Natsume
menggelengkan kepalanya. “Aku lupa,” sahutnya. “Orang itu terkadang menepuk
kepalaku lembut tapi aku sudah lupa, aku yakin orang itu juga ... mereka lupa,
karena itulah mereka tidak kembali padaku,” tambah Natsume dengan pandangan
menerawang.
Saat
itulah Nishimura merasakan sesuatu yang aneh. “Natsume?”
“Siapa
namamu?” tanya Natsume tiba-tiba.
“Eh?”
pertanyaan itu membuat Nishimura keheranan.
“Ah,
bukan apa-apa, sampai jumpa,” ucap Natsume kemudian pergi menjauh dari rumah
Nishimura.
“Natsume!”
panggil Nishimura.
Natsume
menoleh ke arah belakang kemudian melambaikan tangan kanannya yang segera dibalas
oleh Nishimura.
‘Ini aneh. Walaupun kami berteman
sudah cukup lama. Rasanya seperti ... kami baru saja berteman lagi.’
Keesokan
harinya di sekolah, Nishimura terlihat sedang tertidur di atas bangkunya. “...
mura, Nishimura,” panggil Kinamoto berusaha membangunkannya. “Dia tertidur
lagi. Sepertinya dia tidak bisa tidur nyenyak akhir-akhir ini.”
Ucapan
Kinamoto ini membuat Natsume khawatir, bahkan membuat Nyanko-sensei yang sedang
tertidur di dahan pohon di luar membuka matanya.
“...
mura, Nishimura,” panggil Natsume.
Nishimura
membuka matanya. “Ah, Natsume?”
“Kau
baik-baik saja? Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Natsume khawatir.
“Hmm
... saat ini siang hari? Jadi itu rahasia, kan?” balas Nishimura.
“Eh?”
Natsume
kemudian memperlihatkan tatapan khawatir begitu mendengar ucapan Nishimura.
‘Ah ... aku ingin tahu kenapa,
rasanya sudah lama aku tidak melihat Natsume berwajah seperti itu.’
“Untuk
apa kau memperlihatkan wajah menyeramkan seperti itu? Sudah kubilang kan kau
bisa menyerahkan semuanya padaku,” ucap Nishimura. “Tidak apa-apa, Natsume.”
Senyuman
Nishimura semakin membuat Natsume khawatir. Laki-laki itu kemudian memandang
Nishimura serius. “Maaf, Nishimura. Aku akan berusaha melakukan sesuatu
mengenai hal itu.”
‘Natsume berkata seperti itu. Dan
tiba-tiba saja rasanya ia sedang mengintip langsung ke mataku untuk mencari
sesuatu. Entah kenapa aku jadi teringat dengan mata Natsume yang terlihat
seperti bola kaca saat aku pertama kali bertemu dengannya.’
‘Seiring waktu Natsume menjadi
lebih baik ...’
‘Tapi Natsume saat malam ...
sekarang kalau kupikir-pikir dia terlihat seperti Natsume bermata kaca. Yahh
... bukannya aku tidak menyukainya juga.’
Malam
harinya seperti biasanya Natsume kembali mendatangi Nishimura.
“Sepertinya
suasana hatimu sangat baik malam ini,” ucap Nishimura saat melihat Natsume
sedang bersenandung.
“Ya
... hei, ayo kita jalan-jalan hari ini,” ajak Natsume. “Dan bawa jari itu.”
“Hahh?”
‘Natsume seperti sedang benar-benar
gembira, jadi akhirnya aku pergi dengan berasalan kalau aku akan pergi ke
toserba.’
Akhirnya
malam itu Nishimura mengikuti Natsume untuk berjalan-jalan di luar. Nishimura
mengenakan jaket berwarna putih berkebalikan dengan warna jaket yang dikenakan
Natsume. Sepanjang jalan, Natsume masih terus menyenandungkan sebuah lagu.
‘Jadi sekarang bulan purnama ya,’
pikir Nishimura menatap langit malam.
“Hei,
ayo masuk ke sana,” ajak Natsume.
“Eh?”
Nishimura
akhirnya mengikuti ajakan Natsume untuk masuk ke sebuah rumah. “Ini rumah yang
besar, tapi sepertinya ditinggalkan,” ucap Nishimura melihat sekelilingnya.
“Jangan
khawatir, aku tahu tempat ini dengan baik,” balas Natsume.
“Apa
rumah ini milik seseorang yang kau kenal?” tanya Nishimura. Saat melihat
Natsume berjalan meninggalkannya, Nishimura memanggilnya. “Hei, tunggu,
Natsume!”
Mereka
berdua semakin dalam masuk ke rumah tersebut. Nishimura menoleh ke arah
belakang sebelum akhirnya mengikuti Natsume naik ke atas tangga. Hingga
sampailah ia di sebuah ruangan yang terlihat berantakan. Di ruangan itu
terdapat sebuah kursi di pojokan. Jendelanya yang rusak membuat angin
menerbangkan gorden yang menutupinya.
“Jendelanya
rusak ... dan ada bulu gagak. Mungkin gagak atau semacamnya ada di sini
sebelumnya,” ucap Nishimura sambil memperhatikan boneka yang tergeletak tak
jauh darinya.
“Apa
kau bisa memasangkan jari tengah di tangan kirinya?” tanya Natsume dari arah
belakang.
Nishimura
memegang tangan kiri boneka tersebut dan memasakan benda berbentuk jari yang
sejak tadi ia bawa. Ukurannya pas dan sangat cocok.
“Ahh
... jadi jari ini milik boneka ini?” tanya Nishimura sambil mengangkat boneka
tersebut.
Ia
kemudian mengusap rambut boneka tersebut dan meletakkan di atas kursi.
Ditepuknya pelan kepala boneka itu.
“Tidak
apa-apa seperti ini, Natsume?” tanya Nishimura sambil menoleh ke belakang. Tapi
Natsume tidak ada di belakangnya. “Eh? Kemana dia pergi?”
“Natsu–”
Kratak!
Kratak!
Ucapan
Nishimura terhenti saat mendengar suara aneh dari boneka tersebut. Dan
tiba-tiba saja boneka itu berdiri kemudian melayang ke arahnya.
“UWAHHHH!”
teriak Nishimura berlari menuruni tangga. “Bonekanya bergerak!”
Karena
saking takutnya, tanpa sengaja kaki Nishimura terpeleset sehingga membuat ia
jatuh dari tangga. “Uwaaa!”
***
“...
mura, Nishimura.”
Nishimura
seketika terbangun saat mendengar suara Natsume. “Natsume?”
“Syukurlah.
Apa kau terluka?” tanya Natsume.
“Eh?”
“Apa
yang terjadi?” tanya Natsume lagi.
“...
apa itu tadi,” gumam Nishimura. “Aahh kau memintaku untuk berjalan-jalan
denganmu kemudian kita masuk ke tempat ini,” terang Nishimura sambil memegang
bahu Natsume. “Bonekanya! Apa kau juga melihatnya, Natsume? Aku yakin aku
melihat bonekanya bergerak ...”
“Boneka?”
“Uhh
... aku rasa kau benar, boneka tidak mungkin bergerak,” ucap Nishimura setelah
berpikir sejenak.
‘Aku pasti tidak melihatnya dengan
benar. Sesuatu seperti itu tidak mungkin bergerak dengan sendirinya. Dan juga
... walaupun aku merasa aku terjatuh dari tangga, aku tidak terluka.’
Setelah
memperhatikan tubuhnya yang tidak terluka, ia kemudian menatap Natsume dengan
saksama. ‘Apa Natsume berpakaian seperti
ini tadi?’
‘Entah mengapa semuanya tampak
begitu samar, seperti itu hanya mimpi.’
“Nishimura,”
panggil Natsume. “Maaf, aku membuatmu terlibat dalam sesuatu yang aneh ...
maaf,” tambah Natsume dengan nada menyesal.
“Eh?
Kenapa kau meminta maaf, Natsume? Rasanya ini seperti sebuah petualangan seru
di tengah malam,” balas Nishimura tertawa kecil.
Ucapan
Nishimura membuat Natsume sedikit kaget dan lega sekaligus. “Terima kasih,
Nishimura.”
‘Itu mungkin karena tirai yang
bergoyang di bawah sinar rembulan sehingga membuat boneka itu terlihat seperti
bergerak. Itu benar-benar memalukan, takut karena hantu kemudian jatuh dari
tangga. Tidak mungkin aku menceritakan hal ini pada siapapun,’
pikir Nishimura.
Nishimura
dan Natsume kemudian keluar dari rumah kosong tersebut. Di tengah perjalanan,
tiba-tiba saja Nishimura penasaran dengan sesuatu. “Hei Natsume, lagu yang
sering kau senandungkan ... bagaimana mulainya?”
“Eh?
Aku menyenandungkan sesuatu?” tanya Natsume balik.
“Iya,”
sahut Nishimura mantap.
Natsume
terdiam sejenak sebelum menjawab, “Entahlah, aku juga ingin tahu.”
Sedangkan
Nishimura hanya tertawa kecil mendengar jawaban Natsume.
‘Natsume di sekolah dan Natsume
yang hanya datang saat malam hari ... rasanya mereka berbeda.’
“Hehe
... kau benar-benar menarik, Natsume,” ucap Nishimura nyengir. Natsume hanya
tersenyum untuk membalas ucapan temannya itu. Mereka berdua kemudian berpisah
di tengah jalan.
‘Natsume yang tertawa denganku
kembali menjadi Natsume yang biasa ... karena aku memasang jari itu pada tangan
kiri boneka itu, setelah ini Natsume akan berhenti datang ke rumahku saat
malam. Walaupun aku akan bertemu Natsume di sekolah besok ... rasanya sedikit
kesepian. Sekarang kalau kupikir lagi, aku tidak pernah melihat tangan kiri
Natsume saat malam hari.’
Nishimura
tiba-tiba menatap ke arah bulan. ‘Aku
heran kenapa aku melihat bulan nampak kabur dan tidak jelas.’
***
Sedangkan
Natsume sedang dalam perjalanan pulang dengan Nyanko-sensei.
“Ya
ampun ... boneka itu benar-benar masalah besar,” ucap Nyanko-sensei sambil
meregangkan ototnya. “Dia hanya bisa merasakan hawa ‘jari’ itu di malam hari.”
“Di
sekolah beberapa hari yang lalu, seekor gagak membuat keributan. Ia mencengkram
sesuatu di mulutnya, sesuatu yang mengeluarkan hawa aneh. Tapi pada akhirnya
burung itu pergi, sehingga aku tidak berpikir kalau itu adalah hal yang perlu diperhatikan.
Aku rasa itu mungkin jari boneka yang ada di rumah besar itu. Burung yang
membawanya pasti menjatuhkannya di halaman belakang sekolah di mana Nishimura
kemudian memungutnya. Boneka itu pasti ingin mencari jari yang telah dicuri
oleh si burung,” jelas Natsume.
“Karena
Nishimura memungutnya, keinginannya pasti telah mengambil bentuk salah satu
dari teman Nishimura untuk mengambil jari itu kembali. Dia menyerupaimu untuk
mendekati Nishimura. Yahh ... itu mantra lemah yang hanya bekerja pada malam
hari saja,” ucap Nyanko-sensei.
“Akhir-akhir
ini aku merasa Nishimura terlihat aneh, aku bersyukur aku mengintainya malam
ini. Aku heran kenapa dia menunggu sampai malam ini untuk membawa jari itu ke
rumah tempat ia tinggal, bukannya dia bisa membawanya lebih awal?” tanya
Natsume.
Nyanko-sensei
kemudian menjawab pertanyaan Natsume. “Itu karena sekarang bulan purnama. Itu
mungkin karena ayakashi menjadi lebih kuat dengan kekuatan bulan. Dia memakai
kesempatan itu untuk memancing seseorang mengembalikan jarinya kembali, dengan
kekuatan sinar bulan, dia bahkan bisa memakan atau menculik seseorang jika dia
mau.”
“Awalnya
aku berpikir itulah tujuannya ... tapi ketika aku masuk ke rumah kosong itu,
sesuatu yang mengejar Nishimura adalah ...”
Natsume
kembali mengingat kejadian yang terjadi beberapa saat lalu. Saat ia melihat
Nishimura hampir jatuh dari tangga, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang
menarik kerah bajunya dari arah belakang.
“Nishimura
hampir terjatuh tapi ada sesuatu yang menariknya ... aku rasa itu tangan sebuah
boneka, benda itu menarik Nishimura ke atas kemudian menghilang dengan cepat.
Karena jari itu diambil oleh seekor gagak nakal ... dia mungkin tidak ingin
membuat orang lain terluka, dia bahkan menyembunyikan dirinya di dalam rumah
kosong itu.”
Natsume
terdiam sejenak sambil memperhatikan bulan purnama di langit. Nyanko-sensei
sudah naik ke atas bahunya. “Sensei,” panggil Natsume. “Suatu saat aku ingin
memberitahu Nishimura ... tapi aku tidak ingin dia berubah. Aku ingin dia
tertawa seperti tadi, tanpa beban,” lanjutnya sambil membayangkan tawa
Nishimura. “Aku ingin tahu lagu apa yang ia ingin aku senandungkan.”
“Entahlah,”
sahut Nyanko-sensei.
***
Sebenarnya
ini kerjaan iseng-iseng aja hehe soalnya sampe sekarang belum ada tempat baca
manga online yg upload chapter 87 hehe ^^ kalo ada waktu mungkin saya buat
sinopsis chapter 88 juga ^^ terima kasih buat EimiJ7 atas translasi Bahasa
Inggrisnya ^^
3 comments:
Saya belum nonton animenya ini
mau donlot dulu la
jadi penasaran sama cerita animenya
Silahkan download dulu hehe..
Animenya udah ada sampe season 6 😊😊
Casino | Dr.Mcd.com
› casinos 인천광역 출장샵 › hd-casino-rs › casinos › hd-casino-rs Experience the best Vegas-style 경기도 출장마사지 slots. The best casino 서울특별 출장샵 games are 태백 출장마사지 all streamed with the world's 성남 출장샵 leading technology
Post a Comment