4 Feb 2018

Sinopsis Natsume Yuujinchou Chapter 93

Posted by Unknown at 15:01 5 comments


Pengarang: Midorikawa Yuki
Majalah: Lala
Penerbit: Hakusensha
Bulan Terbit: Januari 2018




Terjadi kepanikan saat bawahan Matoba tidak menemukan ketuanya itu padahal youkai yang akan disambut sudah berada di depan pintu masuk.

“Di mana dia?”

“Apa yang harus kita lakukan?”

Ucapan-ucapan panik terdengar dari orang-orang yang memakai topeng kertas di kepalanya.

***



Natsume dan Nyanko-sensei berjalan di koridor untuk mencari seseorang yang mengganggu jalannya upacara penyambutan seperti yang diperintahkan Matoba.

“Apa itu? Sepertinya ada keributan,” ucap Nyanko-sensei.

“Itu mungkin karena ayakashi itu sudah datang sekarang. Kita juga harus cepat. Kita harus menemukan orang yang mengganggu ...,” balas Natsume. “Apa kau bisa merasakan sesuatu, Sensei?”

Nyanko-sensei yang sekarang berada di pelukan Natsume kemudian menatap laki-laki itu. “Kau terlalu optimis, Natsume. Kita sedang berada di rumah milik pengusir youkai. Jangan berharap kalau aku bisa banyak membantu.”

Tiba-tiba saja pintu di dekat mereka terbuka pelan. Dari sana kemudian keluar sebuah tangan yang sedang memegang bola.




“Aku akan memberikanmu bola ini,” ucap pemilik tangan itu. “Anak kecil, maukah kau bermain di luar? Karena itu ... jangan menghalangiku.”

Mendengar semua kalimat itu, Natsume seketika sadar kalau ia sudah bertemu dengan si pengganggu.

***



Di saat yang sama, Matoba dan Natori masih terjebak di dalam sebuah ruangan.

“Tidak mau terbuka ya?” Natori berusaha membuka pintu ruangan itu.

Matoba melipat tangannya sambil memperhatikan Natori. “Sepertinya memang ada seseorang yang ingin mengganggu jalannya upacara penyambutan ini. Apa yang harus kita lakukan?”

“Hmm ... aku rasa kita harus mendobrak pintu ini,” sahut Natori.

“Bisakah kita melakukan itu?” tanya Matoba lagi.

“Pintu ini sudah tua. Kalau kita bisa merusak engsel–”

Natori belum sempat menyelesaikan ucapannya saat tiba-tiba saja Matoba mengangkat sebuah kursi dan melemparnya ke arah jendela hingga membuat laki-laki berkacamata itu terkesiap.

“Jangan gegabah! Bagaimana kalau ada seseorang di luar?!” teriak Natori memperingatkan Matoba.

Tapi Natori segera terdiam saat melihat kursi yang dilempar Matoba patah dan bahkan tidak berhasil merusak jendela di ruangan itu.

“Jendelanya tidak rusak?” ucap Natori retorik.

“Ini aneh. Jendela yang tadi terbuka tiba-tiba saja terkunci. Ini ...,” gumam Matoba. “Ayo kita geledah ruangan ini terlebih dulu.”

Kedua laki-laki itu kemudian berkeliling untuk meneliti setiap jengkal ruangan itu untuk mencari hal aneh di sana. Saat membuka sebuah korden, Natori menemukan sebuah topeng di baliknya.




“Uwa ... topeng?”

Matoba kemudian mendekati Natori. “Heh ... sepertinya memang banyak hal aneh di rumah ini. Apa ini lubang pengintip juga?”

“Hm?” Natori mengernyit saat melihat sebuah sinar dari mata topeng tersebut.




“Mundur!” teriak Natori kepada Matoba bertepatan dengan munculnya sebuah pedang dari mata topeng tersebut. “Pedang ...,” ucap Natori.
“Apa jebakan berbahaya ini juga dibuat oleh si pengganggu itu?” tanya Natori.

“Tidak,” sahut Matoba sambil memperhatikan pedang yang ada di hadapannya itu. “Pedang ini sudah tua dan ada kertas mantra tertempel di sana. Sepertinya jebakan ini sudah ada di rumah ini sejak awal. Kemungkinan besar ruangan ini berisi banyak mantra jebakan untuk penyusup. Sederhananya, saat si pengganggu itu menjebak kita di sini, mantranya aktif.”

“Mantra ya ... karena itulah jendelanya tidak rusak. Sepertinya kita juga tidak bisa memanggil shiki kita yang ada di luar ... menyebalkan,” decak Natori.

“Begitukah?” Matoba berbalik menatap Natori sambil menyeringai. “Jika ini adalah mantra, kita bisa melepaskannya. Ngomong-ngomong mengenai shiki, apa kau masih menggunakan tiga shiki yang biasanya itu? Karena kau adalah seorang Natori, lebih baik kalau kau mengikat shiki lebih banyak lagi. Jika kau hanya memilih yang cocok denganmu saja, maka kau tidak akan bisa naik lebih tinggi lagi.”

Natori menatap Matoba dengan datar kemudian ia menatap ke arah lain. “Mungkin kau benar, tapi ... untukku, semua ini tidak apa-apa. Sama seperti klan Matoba yang memiliki caranya sendiri untuk melakukan sesuatu. Ada sesuatu yang sedang kucari ... ada tujuan yang ingin kucapai. Bahkan jika aku mencarinya sambil meraba-raba, aku ingin mencapai tujuanku itu.”

Matoba terdiam sejenak. “Rumah ini juga digunakan untuk tujuan yang sama. Sepertinya keluarga ini memegang sebuah ideologi yang unik dengan sabar dan setia. Tapi, mereka itu naif. Perilaku mereka mendatangkan kehancuran bagi diri mereka sendiri. Selama bertahun-tahun, hal ini tidak memberikan keuntungan bagi ayakashi maupun manusia. Hal itu malah berubah menjadi gertakan dengan menggunakan trik kotor dan mantra yang kejam. Walaupun mereka telah menyembah makhluk-tak-dikenal itu cukup lama, tanpa mampu mengendalikan kekuatan besar seperti itu ... hanya rumah ini dan ayakashi itu yang tersisa, sedangkan keluarga ini sudah habis tak bersisa. Padahal mereka adalah bagian dari klan Matoba yang terkenal. Sejujurnya ...”

Matoba menjeda ucapannya sambil menatap kesal ke luar jendela. “Aku tidak suka dengan Matoba yang tidak mampu melindungi keluarga ini di masa lalu.”

Natori menoleh dan tertegun saat melihat tatapan mata Matoba. “Matoba-san, kau ...”

“Natori?” panggil Matoba karena Natori tiba-tiba terdiam.

“Eh? Ah ... tidak. Maaf, sepertinya ini hanya imajinasiku saja, tapi apa kau tidak merasa sulit bernapas?”

Mata Matoba melebar mendengar pertanyaan Natori kemudian menatap laki-laki berkacamata itu yang sedang terbatuk-batuk. Ketua klan Matoba itu kemudian menatap ke langit-langit.

***



“Ini gawat,” ucap salah seorang anggota klan Matoba karena youkai itu sudah sampai di pintu masuk.

“Dia sudah di sini, apa yang harus kita lakukan?” tanya yang lain.

“Ke mana perginya ketua di saat seperti ini? Jangan bilang kalau dia mengendap-ngendap keluar untuk membeli cemilan atau semacamnya.”

Anggota klan Matoba yang lain tertawa tertahan mendengar pendapat temannya itu.

“Ini bukan sesuatu yang harus ditertawakan,” sela Nanase dengan nada datar. Wanita yang sudah seperti sekretaris Matoba itu membuka topeng penutup kepalanya sedikit. “Mau bagaimana lagi, kita harus menyelesaikan upacara penyambutan ini sesuai rencana.”

Sedangkan youkai yang harus disambut itu terus menerus menekan bel pintu depan.

***




Natsume dan Nyanko-sensei masih berurusan dengan si pengganggu.

“Natsume,” panggil Nyanko-sensei agar laki-laki itu waspada.

“Apa kau yang telah memotong bendera dan mencoba mengganggu upacara ini?” tanya Natsume.

“Ya,” sahut si pemilik tangan yang masih terus memegang bola itu. “Apa kau pengusir youkai?”

“Tidak,” jawab Natsume.

“Kalau begitu, pergilah, Anak kecil,” balas si pengganggu sambil melempar bolanya kepada Natsume kemudian menghilang dari balik pintu.

“Wa!” pekik Natsume sambil menghindari bola yang dilempar ke arahnya. “Tunggu!” Natsume segera mengejar si penggangu. Setelah membuka pintu di hadapannya, Natsume tiba di sebuah lorong. “Kenapa ada lorong di tempat seperti ini?” gumam Natsume sambil berlari mengejar si pengganggu.

Nyanko-sensei juga ikut berlari di depan Natsume. “Di sini sempit, aku punya perasaan buruk.”

“Tolong tunggu!” teriak Natsume. “Kenapa kau mencoba mengganggu–” ucapan Natsume terhenti saat tiba-tiba ia merasakan kakinya tidak menapak lantai lagi. “Waaa!”




Tanpa sempat berpegangan pada apapun, Natsume dan Nyanko-sensei terjun ke bawah karena lantai tempat mereka berpijak tiba-tiba berlubang.

‘Perangkap?’

“UWAHHHH!” teriak Natsume lantang.




Namun tiba-tiba saja tangan Natsume ditarik oleh youkai yang sedang ia kejar tadi.


“Hati-hati,” ucap youkai itu.

‘Dia menolongku?’

“Terima kasih,” balas Natsume kemudian.

‘Dia bukannya youkai jahat?’

“Kenapa kau mencoba menghalangi upacara ini?” tanya Natsume masih dalam posisinya yang tergantung di udara.

“Aku ingin rumah ini lenyap,” sahut youkai itu.

Natsume sejenak tertegun tapi tiba-tiba saja youkai yang memegang Natsume itu tergelincir dan mengakibatkan mereka bertiga jatuh.

“Aaaaaaa!”

***




Matoba dan Natori masih berusaha mencari petunjuk agar mereka bisa bebas dari ruangan yang mengurung mereka.

“Kemungkinan besar, ruangan ini ... jebakan ini jenis yang tiba-tiba saja muncul di udara,” ucap Natori berpikir.

“Udara ...,” ulang Matoba.

“Aku khawatir dengan Natsume dan upacaranya. Kita harus keluar dari sini secepat yang kita bisa.” Natori menolah ke arah Matoba yang tiba-tiba saja terdiam. “Matoba-san?”

“Eh? Aa ... hal ini memang agak problematik,” sahut Matoba.

Natori menatap ke luar jendela. “Jika kita tidak bisa menemukan petunjuk untuk memecahkan ini ...”

“Aku yakin bisa, tapi ... mantranya sendiri sebenarnya bukan masalah besar,” balas Matoba.

“Eh?”

Matoba kemudian merogoh kimono yang dipakainya dan mengambil sebuah bungkusan. “Mantra ini adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh keluarga ini. Kita hanya perlu menemukan pangkal mantra ini untuk memecahkannya.”




Matoba kemudian mengeluarkan barang seperti lilin dari bungkusan yang ia bawa. Laki-laki itu kemudian membakarnya dan membiarkan asapnya mengitari ruangan itu.




Sedangkan Natori di sebelahnya hanya bisa menutup hidungnya untuk menahan batuknya.

“Mau bagaimana lagi,” ucap Matoba. “Kita mungkin saja tidak bisa keluar dari ruangan ini sejenak. Jika kita tidak bisa keluar ... maka di luar, Natsume-kun bisa saja menyelesaikan semua ini dengan caranya sendiri,” ucap Matoba menyeringai.

Natori menoleh ke arah Matoba dengan matanya yang melebar. “Matoba-san ...”

“Natori, kau juga seharusnya lebih sering menggunakan apapun yang kau bisa. Lakukan apapun yang kau bisa, dan jangan pikirkan hal-hal yang tidak bisa kau lakukan.”

Matoba terdiam sejenak sambil memperhatikan asap yang terus berputar-putar di ruangan itu. “Aku ingin tahu berapa lama anak itu akan bertindak seperti ini terus.”

Natori hanya bisa terdiam mendengar penuturan Matoba mengenai Natsume. “Matoba-san,” panggil Natori kemudian. “Apa kau pernah berpikir untuk meninggalkan pekerjaan ini?” Natori melirik Matoba untuk menunggu jawaban laki-laki itu tapi sayangnya ketua klan Matoba itu tidak menjawab dan malah memperhatikan asap yang tiba-tiba berputar di salah satu bagian dinding.

“Ah ... sepertinya sumber mantra di ruangan ini ada di sana. Apa kau bisa melakukan mantra penjatuhan kertas?” tanya Matoba.

“Mantra kertas?” ulang Natori di sela-sela batuknya.

“Yaa ... aku yakin itu adalah solusi agar kita bisa keluar dari sini. Kau satu-satunya yang tahu mantra semacam itu,” balas Matoba yang membuat mata Natori melebar.

“Apa kau tidak bisa melihatnya? Yahh ... aku memang hanya bisa melihatnya dengan samar-samar. Ada banyak coretan kutukan di dinding,” ucap Matoba lagi.




Matoba kembali bersuara. “Coretan itu tipikal, hanya kutukan sederhana. Sepertinya ada kelemahan pada mantra ini. Bagaimana? Apa kau bisa melakukannya, Natori?” tanya Matoba tersenyum. “Kalau kau tidak bisa, haruskah aku menangani semua ini dengan caraku sendiri?”

***

‘Pergi dan lenyaplah.’

‘Kami tidak butuh makhluk lemah sepertimu.’

‘Jangan perlihatkan dirimu di sini lagi.’

Natsume terkesiap setelah mendengar suara-suara aneh dari alam bawah sadarnya.




Ia kemudian mendapati dirinya terjatuh di atas sebuah futon. Laki-laki itu kemudian mendudukkan dirinya dan dapat melihat ada banyak barang bertumpuk di sekelilingnya. “Kita baru saja jatuh di lubang jebakan. Sepertinya kita berada di sebuah gudang.”

“Ughh...”

Natsume menoleh ke belakang saat mendengar suara lirih tersebut. Ia segera saja terkesiap saat menyadari kalau ia terjatuh di atas youkai yang tadi menolongnya.

“Ah,” Youkai itu kemudian membuka matanya.




Natsume segera berdiri dan menjauh dari youkai itu. “Kau juga terjatuh, apa kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja,” sahut youkai itu kemudian beridiri. “Yang lebih penting ... aku harus cepat kembali dan menghentikan mereka. Keluar ... keluar ...”

Melihat youkai itu pergi, Natsume segera mengejarnya dan memeluknya agar youkai itu tidak bisa pergi. “Tu-tunggu!”

‘Aku tidak yakin apakah dia ayakashi yang baik atau jahat ...’

“Kenapa kau mencoba mengganggu upacara ini dan menghancurkan rumah ini? Apa kau punya dendam terhadap tempat ini?” tanya Natsume.

‘Jika aku bisa berbicara dan menahan youkai ini cukup lama, upacaranya bisa diselesaikan.’

“Ya ampun, kau membuatku berada dalam masalah,” decih Nyanko-sensei.

“Sensei ...”

“Aku yakin semua ini berhubungan dengan Matoba,” ucap Nyanko-sensei lagi. “Tapi aku rasa masalah ini milik keluarga ini. Pengusir youkai seperti Matoba tidak akan melakukan hal seperti ini.”

‘Itu benar ... entah mengapa, rumah ini memiliki semacam jebakan di dalamnya. Tapi, keluarga ini sudah ...’

Youkai yang ditahan Natsume tiba-tiba saja tertawa kecil. “Kau yakin? Kau mau mendengarkan ... ceritaku?”




Natsume menjauhkan tubuhnya sedikit agar bisa menatap youkai tersebut. “Ya, akan aku dengarkan.”

***



Sedangkan di tempat lain, Natori sedang membaca mantra yang diminta Matoba.

“Izinkanlah itu muncul, jalan yang membimbing kami dari ruangan tertutup ini. Jalan yang menghilang dari tempat ini. Di antara empat sudut ini, di antara empat dinding ini. Kembalilah, kembalilah, tunjukkan dirimu,” ucap Natori membacakan mantra sambil menahan napas. “Dalam bentuk kertas ini,” ucapnya lagi untuk mengakhiri mantranya kemudian menempelkan kertas yang ia pegang di dinding di hadapannya.




Detik berikutnya muncul banyak kertas dari dinding tersebut yang kemudian terlepas dan mulai berjatuhan perlahan.

“Ho oh,” gumam Matoba puas saat melihat hasil kerja Natori.

Natori segera menarik napas panjang setelah manahan napas saat membaca mantra tadi.

“Pintu yang sebenarnya sudah muncul,” Matoba tersenyum melihat pintu yang muncul dari balik kertas yang berjatuhan itu. “Kerja bagus.”

Natori segera menoleh ke arah Matoba. “Kalau begitu ... kita pergi?”

***




Di pintu depan, boneka kertas milik klan Matoba masih terus bersuara. “Lewat sini, lewat sini.”

Di belakang boneka kertas itu terlihat beberapa anak buah klan Matoba sedang membuka sebuah kertas. Tiba-tiba saja Matoba menepuk pundaknya. “Maaf membuat kalian menunggu, bertukarlah denganku,” bisik Matoba.

“Kau terlambat, Ketua. Dari mana saja kau?” tanya bawahannya itu berbisik.

“Aku akan menceritakannya nanti,” sahut Matoba sambil memakai topeng kertasnya. “Rumah ini benar-benar menarik.”

“Dia sudah di sini,” bisik bawahannya lagi.

Natori yang berada di belakang Matoba menepuk salah satu pundak bawahan Matoba. “Oi, di mana Natsume?”

“Natsume? Entahlah, dia sedang mencari si pengganggu.”

Mendengar hal itu, Natori juga ikut memakai topeng kertasnya dan berlari di koridor untuk mencari Natsume.

Sedangkan Matoba bersiap memulai upacara penyambutannya. Laki-laki itu menghadap ke arah pintu depan. “Saa ... aku ingin tahu youkai mana yang datang menyambut kita ...,” gumamnya.

***

Dan bersambung lagi. Kirain cerita ini bakal tamat di chapter ini tapi ternyata belum. Chapter depan keluarnya tanggal 24 Maret, aduhh lama banget nunggunya hiks. Btw, saya suka banget chapter ini, penuh intrik perebutan Natsume dari Matoba dan Natori hahaha #enggakgituwoi
Sebenarnya kalo boleh, saya malah pengen Matoba dan Natori tetap terjebak di sana, trus Natsume yang nyelesain semua masalah ini sendirian, biar kita bisa melihat betapa hebatnya dia wkwkwk... tapi gini juga enggak apa-apa. Oh iya, terima kasih banyak buat nakain atas translasi Bahasa Inggrisnya dan Raffmanga untuk scannya ^^


 

My Rosemary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review