Pengarang:
Midorikawa Yuki
Majalah:
Lala
Penerbit:
Hakusensha
Bulan
Terbit: Januari 2018
Terjadi
kepanikan saat bawahan Matoba tidak menemukan ketuanya itu padahal youkai yang
akan disambut sudah berada di depan pintu masuk.
“Di
mana dia?”
“Apa
yang harus kita lakukan?”
Ucapan-ucapan
panik terdengar dari orang-orang yang memakai topeng kertas di kepalanya.
***
Natsume
dan Nyanko-sensei berjalan di koridor untuk mencari seseorang yang mengganggu
jalannya upacara penyambutan seperti yang diperintahkan Matoba.
“Apa
itu? Sepertinya ada keributan,” ucap Nyanko-sensei.
“Itu
mungkin karena ayakashi itu sudah datang sekarang. Kita juga harus cepat. Kita
harus menemukan orang yang mengganggu ...,” balas Natsume. “Apa kau bisa merasakan
sesuatu, Sensei?”
Nyanko-sensei
yang sekarang berada di pelukan Natsume kemudian menatap laki-laki itu. “Kau
terlalu optimis, Natsume. Kita sedang berada di rumah milik pengusir youkai.
Jangan berharap kalau aku bisa banyak membantu.”
Tiba-tiba
saja pintu di dekat mereka terbuka pelan. Dari sana kemudian keluar sebuah
tangan yang sedang memegang bola.
“Aku
akan memberikanmu bola ini,” ucap pemilik tangan itu. “Anak kecil, maukah kau
bermain di luar? Karena itu ... jangan menghalangiku.”
Mendengar
semua kalimat itu, Natsume seketika sadar kalau ia sudah bertemu dengan si
pengganggu.
***
Di
saat yang sama, Matoba dan Natori masih terjebak di dalam sebuah ruangan.
“Tidak
mau terbuka ya?” Natori berusaha membuka pintu ruangan itu.
Matoba
melipat tangannya sambil memperhatikan Natori. “Sepertinya memang ada seseorang
yang ingin mengganggu jalannya upacara penyambutan ini. Apa yang harus kita
lakukan?”
“Hmm
... aku rasa kita harus mendobrak pintu ini,” sahut Natori.
“Bisakah
kita melakukan itu?” tanya Matoba lagi.
“Pintu
ini sudah tua. Kalau kita bisa merusak engsel–”
Natori
belum sempat menyelesaikan ucapannya saat tiba-tiba saja Matoba mengangkat
sebuah kursi dan melemparnya ke arah jendela hingga membuat laki-laki
berkacamata itu terkesiap.
“Jangan
gegabah! Bagaimana kalau ada seseorang di luar?!” teriak Natori memperingatkan
Matoba.
Tapi
Natori segera terdiam saat melihat kursi yang dilempar Matoba patah dan bahkan tidak
berhasil merusak jendela di ruangan itu.
“Jendelanya
tidak rusak?” ucap Natori retorik.
“Ini
aneh. Jendela yang tadi terbuka tiba-tiba saja terkunci. Ini ...,” gumam
Matoba. “Ayo kita geledah ruangan ini terlebih dulu.”
Kedua
laki-laki itu kemudian berkeliling untuk meneliti setiap jengkal ruangan itu untuk
mencari hal aneh di sana. Saat membuka sebuah korden, Natori menemukan sebuah
topeng di baliknya.
“Uwa
... topeng?”
Matoba
kemudian mendekati Natori. “Heh ... sepertinya memang banyak hal aneh di rumah
ini. Apa ini lubang pengintip juga?”
“Hm?”
Natori mengernyit saat melihat sebuah sinar dari mata topeng tersebut.
“Mundur!”
teriak Natori kepada Matoba bertepatan dengan munculnya sebuah pedang dari mata
topeng tersebut. “Pedang ...,” ucap Natori.
“Apa
jebakan berbahaya ini juga dibuat oleh si pengganggu itu?” tanya Natori.
“Tidak,”
sahut Matoba sambil memperhatikan pedang yang ada di hadapannya itu. “Pedang
ini sudah tua dan ada kertas mantra tertempel di sana. Sepertinya jebakan ini
sudah ada di rumah ini sejak awal. Kemungkinan besar ruangan ini berisi banyak
mantra jebakan untuk penyusup. Sederhananya, saat si pengganggu itu menjebak
kita di sini, mantranya aktif.”
“Mantra
ya ... karena itulah jendelanya tidak rusak. Sepertinya kita juga tidak bisa
memanggil shiki kita yang ada di luar ... menyebalkan,” decak Natori.
“Begitukah?”
Matoba berbalik menatap Natori sambil menyeringai. “Jika ini adalah mantra,
kita bisa melepaskannya. Ngomong-ngomong mengenai shiki, apa kau masih
menggunakan tiga shiki yang biasanya itu? Karena kau adalah seorang Natori,
lebih baik kalau kau mengikat shiki lebih banyak lagi. Jika kau hanya memilih
yang cocok denganmu saja, maka kau tidak akan bisa naik lebih tinggi lagi.”
Natori
menatap Matoba dengan datar kemudian ia menatap ke arah lain. “Mungkin kau
benar, tapi ... untukku, semua ini tidak apa-apa. Sama seperti klan Matoba yang
memiliki caranya sendiri untuk melakukan sesuatu. Ada sesuatu yang sedang
kucari ... ada tujuan yang ingin kucapai. Bahkan jika aku mencarinya sambil
meraba-raba, aku ingin mencapai tujuanku itu.”
Matoba
terdiam sejenak. “Rumah ini juga digunakan untuk tujuan yang sama. Sepertinya
keluarga ini memegang sebuah ideologi yang unik dengan sabar dan setia. Tapi,
mereka itu naif. Perilaku mereka mendatangkan kehancuran bagi diri mereka
sendiri. Selama bertahun-tahun, hal ini tidak memberikan keuntungan bagi
ayakashi maupun manusia. Hal itu malah berubah menjadi gertakan dengan
menggunakan trik kotor dan mantra yang kejam. Walaupun mereka telah menyembah
makhluk-tak-dikenal itu cukup lama, tanpa mampu mengendalikan kekuatan besar
seperti itu ... hanya rumah ini dan ayakashi itu yang tersisa, sedangkan keluarga
ini sudah habis tak bersisa. Padahal mereka adalah bagian dari klan Matoba yang
terkenal. Sejujurnya ...”
Matoba
menjeda ucapannya sambil menatap kesal ke luar jendela. “Aku tidak suka dengan
Matoba yang tidak mampu melindungi keluarga ini di masa lalu.”
Natori
menoleh dan tertegun saat melihat tatapan mata Matoba. “Matoba-san, kau ...”
“Natori?”
panggil Matoba karena Natori tiba-tiba terdiam.
“Eh?
Ah ... tidak. Maaf, sepertinya ini hanya imajinasiku saja, tapi apa kau tidak
merasa sulit bernapas?”
Mata
Matoba melebar mendengar pertanyaan Natori kemudian menatap laki-laki
berkacamata itu yang sedang terbatuk-batuk. Ketua klan Matoba itu kemudian
menatap ke langit-langit.
***
“Ini
gawat,” ucap salah seorang anggota klan Matoba karena youkai itu sudah sampai
di pintu masuk.
“Dia
sudah di sini, apa yang harus kita lakukan?” tanya yang lain.
“Ke
mana perginya ketua di saat seperti ini? Jangan bilang kalau dia
mengendap-ngendap keluar untuk membeli cemilan atau semacamnya.”
Anggota
klan Matoba yang lain tertawa tertahan mendengar pendapat temannya itu.
“Ini
bukan sesuatu yang harus ditertawakan,” sela Nanase dengan nada datar. Wanita
yang sudah seperti sekretaris Matoba itu membuka topeng penutup kepalanya
sedikit. “Mau bagaimana lagi, kita harus menyelesaikan upacara penyambutan ini
sesuai rencana.”
Sedangkan
youkai yang harus disambut itu terus menerus menekan bel pintu depan.
***
Natsume
dan Nyanko-sensei masih berurusan dengan si pengganggu.
“Natsume,”
panggil Nyanko-sensei agar laki-laki itu waspada.
“Apa
kau yang telah memotong bendera dan mencoba mengganggu upacara ini?” tanya
Natsume.
“Ya,”
sahut si pemilik tangan yang masih terus memegang bola itu. “Apa kau pengusir
youkai?”
“Tidak,”
jawab Natsume.
“Kalau
begitu, pergilah, Anak kecil,” balas si pengganggu sambil melempar bolanya kepada
Natsume kemudian menghilang dari balik pintu.
“Wa!”
pekik Natsume sambil menghindari bola yang dilempar ke arahnya. “Tunggu!”
Natsume segera mengejar si penggangu. Setelah membuka pintu di hadapannya,
Natsume tiba di sebuah lorong. “Kenapa ada lorong di tempat seperti ini?” gumam
Natsume sambil berlari mengejar si pengganggu.
Nyanko-sensei
juga ikut berlari di depan Natsume. “Di sini sempit, aku punya perasaan buruk.”
“Tolong
tunggu!” teriak Natsume. “Kenapa kau mencoba mengganggu–” ucapan Natsume
terhenti saat tiba-tiba ia merasakan kakinya tidak menapak lantai lagi. “Waaa!”
Tanpa
sempat berpegangan pada apapun, Natsume dan Nyanko-sensei terjun ke bawah
karena lantai tempat mereka berpijak tiba-tiba berlubang.
‘Perangkap?’
“UWAHHHH!”
teriak Natsume lantang.
Namun
tiba-tiba saja tangan Natsume ditarik oleh youkai yang sedang ia kejar tadi.
“Hati-hati,”
ucap youkai itu.
‘Dia menolongku?’
“Terima
kasih,” balas Natsume kemudian.
‘Dia bukannya youkai jahat?’
“Kenapa
kau mencoba menghalangi upacara ini?” tanya Natsume masih dalam posisinya yang
tergantung di udara.
“Aku
ingin rumah ini lenyap,” sahut youkai itu.
Natsume
sejenak tertegun tapi tiba-tiba saja youkai yang memegang Natsume itu tergelincir
dan mengakibatkan mereka bertiga jatuh.
“Aaaaaaa!”
***
Matoba
dan Natori masih berusaha mencari petunjuk agar mereka bisa bebas dari ruangan
yang mengurung mereka.
“Kemungkinan
besar, ruangan ini ... jebakan ini jenis yang tiba-tiba saja muncul di udara,” ucap
Natori berpikir.
“Udara
...,” ulang Matoba.
“Aku
khawatir dengan Natsume dan upacaranya. Kita harus keluar dari sini secepat
yang kita bisa.” Natori menolah ke arah Matoba yang tiba-tiba saja terdiam. “Matoba-san?”
“Eh?
Aa ... hal ini memang agak problematik,” sahut Matoba.
Natori
menatap ke luar jendela. “Jika kita tidak bisa menemukan petunjuk untuk
memecahkan ini ...”
“Aku
yakin bisa, tapi ... mantranya sendiri sebenarnya bukan masalah besar,” balas
Matoba.
“Eh?”
Matoba
kemudian merogoh kimono yang dipakainya dan mengambil sebuah bungkusan. “Mantra
ini adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh keluarga ini. Kita hanya perlu menemukan
pangkal mantra ini untuk memecahkannya.”
Matoba
kemudian mengeluarkan barang seperti lilin dari bungkusan yang ia bawa.
Laki-laki itu kemudian membakarnya dan membiarkan asapnya mengitari ruangan
itu.
Sedangkan
Natori di sebelahnya hanya bisa menutup hidungnya untuk menahan batuknya.
“Mau
bagaimana lagi,” ucap Matoba. “Kita mungkin saja tidak bisa keluar dari ruangan
ini sejenak. Jika kita tidak bisa keluar ... maka di luar, Natsume-kun bisa
saja menyelesaikan semua ini dengan caranya sendiri,” ucap Matoba menyeringai.
Natori
menoleh ke arah Matoba dengan matanya yang melebar. “Matoba-san ...”
“Natori,
kau juga seharusnya lebih sering menggunakan apapun yang kau bisa. Lakukan
apapun yang kau bisa, dan jangan pikirkan hal-hal yang tidak bisa kau lakukan.”
Matoba
terdiam sejenak sambil memperhatikan asap yang terus berputar-putar di ruangan
itu. “Aku ingin tahu berapa lama anak itu akan bertindak seperti ini terus.”
Natori
hanya bisa terdiam mendengar penuturan Matoba mengenai Natsume. “Matoba-san,”
panggil Natori kemudian. “Apa kau pernah berpikir untuk meninggalkan pekerjaan
ini?” Natori melirik Matoba untuk menunggu jawaban laki-laki itu tapi sayangnya
ketua klan Matoba itu tidak menjawab dan malah memperhatikan asap yang
tiba-tiba berputar di salah satu bagian dinding.
“Ah
... sepertinya sumber mantra di ruangan ini ada di sana. Apa kau bisa melakukan
mantra penjatuhan kertas?” tanya Matoba.
“Mantra
kertas?” ulang Natori di sela-sela batuknya.
“Yaa
... aku yakin itu adalah solusi agar kita bisa keluar dari sini. Kau satu-satunya
yang tahu mantra semacam itu,” balas Matoba yang membuat mata Natori melebar.
“Apa
kau tidak bisa melihatnya? Yahh ... aku memang hanya bisa melihatnya dengan samar-samar.
Ada banyak coretan kutukan di dinding,” ucap Matoba lagi.
Matoba
kembali bersuara. “Coretan itu tipikal, hanya kutukan sederhana. Sepertinya ada
kelemahan pada mantra ini. Bagaimana? Apa kau bisa melakukannya, Natori?” tanya
Matoba tersenyum. “Kalau kau tidak bisa, haruskah aku menangani semua ini
dengan caraku sendiri?”
***
‘Pergi dan lenyaplah.’
‘Kami tidak butuh makhluk lemah
sepertimu.’
‘Jangan perlihatkan dirimu di sini
lagi.’
Natsume
terkesiap setelah mendengar suara-suara aneh dari alam bawah sadarnya.
Ia
kemudian mendapati dirinya terjatuh di atas sebuah futon. Laki-laki itu
kemudian mendudukkan dirinya dan dapat melihat ada banyak barang bertumpuk di
sekelilingnya. “Kita baru saja jatuh di lubang jebakan. Sepertinya kita berada
di sebuah gudang.”
“Ughh...”
Natsume
menoleh ke belakang saat mendengar suara lirih tersebut. Ia segera saja
terkesiap saat menyadari kalau ia terjatuh di atas youkai yang tadi
menolongnya.
“Ah,”
Youkai itu kemudian membuka matanya.
Natsume
segera berdiri dan menjauh dari youkai itu. “Kau juga terjatuh, apa kau
baik-baik saja?”
“Aku
baik-baik saja,” sahut youkai itu kemudian beridiri. “Yang lebih penting ...
aku harus cepat kembali dan menghentikan mereka. Keluar ... keluar ...”
Melihat
youkai itu pergi, Natsume segera mengejarnya dan memeluknya agar youkai itu
tidak bisa pergi. “Tu-tunggu!”
‘Aku tidak yakin apakah dia ayakashi
yang baik atau jahat ...’
“Kenapa
kau mencoba mengganggu upacara ini dan menghancurkan rumah ini? Apa kau punya
dendam terhadap tempat ini?” tanya Natsume.
‘Jika aku bisa berbicara dan
menahan youkai ini cukup lama, upacaranya bisa diselesaikan.’
“Ya
ampun, kau membuatku berada dalam masalah,” decih Nyanko-sensei.
“Sensei
...”
“Aku
yakin semua ini berhubungan dengan Matoba,” ucap Nyanko-sensei lagi. “Tapi aku
rasa masalah ini milik keluarga ini. Pengusir youkai seperti Matoba tidak akan
melakukan hal seperti ini.”
‘Itu benar ... entah mengapa, rumah
ini memiliki semacam jebakan di dalamnya. Tapi, keluarga ini sudah ...’
Youkai
yang ditahan Natsume tiba-tiba saja tertawa kecil. “Kau yakin? Kau mau
mendengarkan ... ceritaku?”
Natsume
menjauhkan tubuhnya sedikit agar bisa menatap youkai tersebut. “Ya, akan aku
dengarkan.”
***
Sedangkan
di tempat lain, Natori sedang membaca mantra yang diminta Matoba.
“Izinkanlah
itu muncul, jalan yang membimbing kami dari ruangan tertutup ini. Jalan yang
menghilang dari tempat ini. Di antara empat sudut ini, di antara empat dinding
ini. Kembalilah, kembalilah, tunjukkan dirimu,” ucap Natori membacakan mantra
sambil menahan napas. “Dalam bentuk kertas ini,” ucapnya lagi untuk mengakhiri
mantranya kemudian menempelkan kertas yang ia pegang di dinding di hadapannya.
Detik
berikutnya muncul banyak kertas dari dinding tersebut yang kemudian terlepas
dan mulai berjatuhan perlahan.
“Ho
oh,” gumam Matoba puas saat melihat hasil kerja Natori.
Natori
segera menarik napas panjang setelah manahan napas saat membaca mantra tadi.
“Pintu
yang sebenarnya sudah muncul,” Matoba tersenyum melihat pintu yang muncul dari
balik kertas yang berjatuhan itu. “Kerja bagus.”
Natori
segera menoleh ke arah Matoba. “Kalau begitu ... kita pergi?”
***
Di
pintu depan, boneka kertas milik klan Matoba masih terus bersuara. “Lewat sini,
lewat sini.”
Di
belakang boneka kertas itu terlihat beberapa anak buah klan Matoba sedang
membuka sebuah kertas. Tiba-tiba saja Matoba menepuk pundaknya. “Maaf membuat
kalian menunggu, bertukarlah denganku,” bisik Matoba.
“Kau
terlambat, Ketua. Dari mana saja kau?” tanya bawahannya itu berbisik.
“Aku
akan menceritakannya nanti,” sahut Matoba sambil memakai topeng kertasnya. “Rumah
ini benar-benar menarik.”
“Dia
sudah di sini,” bisik bawahannya lagi.
Natori
yang berada di belakang Matoba menepuk salah satu pundak bawahan Matoba. “Oi,
di mana Natsume?”
“Natsume?
Entahlah, dia sedang mencari si pengganggu.”
Mendengar
hal itu, Natori juga ikut memakai topeng kertasnya dan berlari di koridor untuk
mencari Natsume.
Sedangkan
Matoba bersiap memulai upacara penyambutannya. Laki-laki itu menghadap ke arah
pintu depan. “Saa ... aku ingin tahu youkai mana yang datang menyambut kita ...,”
gumamnya.
***
Dan
bersambung lagi. Kirain cerita ini bakal tamat di chapter ini tapi ternyata
belum. Chapter depan keluarnya tanggal 24 Maret, aduhh lama banget nunggunya
hiks. Btw, saya suka banget chapter ini, penuh intrik perebutan Natsume dari
Matoba dan Natori hahaha #enggakgituwoi
Sebenarnya
kalo boleh, saya malah pengen Matoba dan Natori tetap terjebak di sana, trus
Natsume yang nyelesain semua masalah ini sendirian, biar kita bisa melihat
betapa hebatnya dia wkwkwk... tapi gini juga enggak apa-apa. Oh iya, terima
kasih banyak buat nakain atas translasi Bahasa Inggrisnya dan Raffmanga untuk
scannya ^^